Aku ingin bermain kartu, aku ingin bermain billiard. Apakah itu Judi? Dosakah? 1 Korintus 10:23-24

Membahas hal ini sebenarnya agak sulit bagi saya, sebab untuk benar-benar membahas tema ini. Kita harus benar-benar memiliki pemahaman yang kuat dan bukan untuk mencari pembelaan saja. Khususnya pemahaman mengenai definisi dari judi ini sendiri. Apa yang kita pahami mengenai judi? Jika judi sebagai sesuatu yang membuat orang-orang yang memainkannya menjadi memiliki harapan untuk selalu menang dan menguntungkan diri sendiri dari kepemilikan orang lain, maka itu sifatnya tidak membangun dan bahkan egois seperti yang disampaikan dalam teks kita saat ini.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah permainan kartu dan permainan billiard juga merupakan judi? Bagi saya, tidak. Seseorang yang mengikuti permainan kartu dan permainan billiard itu bukan judi. Tetapi seseorang yang bermainkan kartu dan memasangkan taruhan yang begitu berat untuk mengalahkan dan mengambil harta milik orang lain, itu adalah judi. Apakah permainan bola itu judi? Ketika seseorang memasang taruhan dengan orang lain untuk mendukung tim yang satu, maka itulah yang disebut judi.


Jadi apa standarnya? Tidak ada! Karena kita adalah manusia yang seyogianya sebagai orang-orang yang percaya dan menerima keselamatan untuk hadir di dunia sebagai terang dan garam. Hal remeh-temeh ini sebenarnya bukan lagi sesuatu yang harus dibahas. Kita tau sejauh mana permainan-permainan itu bisa dikatakan merugikan orang lain, dan membangun orang lain. Apakah ketika seorang menanam tanamannya dan berpengharapan agar tumbuhan tersebut bisa bertumbuh dengan subur dan berkembang dengan melihat setiap kemungkinan dan peluang juga dikatakan berjudi?

Dalam pelayanan PI, saya pernah bermain gaplek kesuatu kedai kopi. Lalu saya melihat seorang disitu yang sudah tua dan terkenal hebat bermain gaplek. Lalu saya berkenalan sambil bercerita cerita dengan dia, nama permainannya “Buka-Tutup”. Jadi aku dan hanya dia yang bermain. Selama permainan kami ngobrol panjang lebar. Sampai akhirnya ia menanyakan siapa aku, lalu permainanpun diberhentikan. Karena dia segan bermain dengan aku. Apa yang ingin saya sampaikan dari kisah ini? Pesannya adalah jangan terlalu menutup diri pada satu pemahaman saja. Terbukalah dalam melihat sesuatu. Mungkin jika saya tidak memulai percakapan saya lewat dari permainan tersebut, mungkin saya tidak akan pernah mengenal dan mengetahui siapa dia. Bahkan mungkin bila saya tidak masuk dan menganggap kedai kopi ditempat itu sebagai sesuatu yang haram, saya tidak akan pernah berbicara tentang kebenaran kepadanya.

Marilah untuk lebih realistis melihat sesuatunya bukan dari hitam dan putih. Bukan dari mana yang salah dan benarnya. Jadi jangan tanyakan apakah manusia itu boleh berjudi, tapi tanyalah “Mau jadi apakah manusia yang berjudi dan hanya mementingkan dirinya sendiri?”. “Mau menjadi Manusia seperti apakah anda?”.

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.
Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya
(Galatia 6:7)

Komentar