CINTA YANG MEMAMPUKAN- Filipi 2:8-11



Ketaatan menjadi sesuatu yang mustahil (mungkin) bagi beberapa saudara. Walaupun banyak kisah yang tertuang dalam Alkitab tentang bagaimana seorang mengasihi Allah dalam kehidupan dan kematiannya. Namun itupun terbantahkan dengan perkataan, “Memang demikianlah hidup seorang beriman”. Perkataan yang seolah-olah ingin menyatakan bahwa dirinya tidak mampu dan sanggup melakukan hal yang sama. Sesuatu yang  seolah-olah mengatakan bahwa tidak sembarang orang yang dilayakkan oleh Tuhan untuk menjalani dan mengikuti kehidupan Yesus. Apakah saudara juga merasakan hal yang sama?

Tahukah saudara, bahwa banyak pujangga yang mengatakan bila “Cinta yang Memampukan" bahkan DOEL SUMBANG. Salah satu penyanyi, yang mungkin tenar di masa orang tua calonteolog.com menuliskan lirik lagu “Arti Kehidupan” demikian;
Rintangan pasti datang menghadang
Cobaan pasti datang menghujam
Namun yakinlah bahwa cinta itu 'kan membuatmu
Mengerti akan arti kehidupan
Lagu yang seketika juga mengingatkan dan membantu calonteolog.com memahami pesan dari Paulus bagi jemaat Filipi yang kala itu dalam bayangan para teolog sedang bergejolak dalam kehidupannya. Dari luar, jemaat menghadapi penganiayaan dari orang-orang yang tidak menyukai keberadaan mereka. Dari dalam, ada beberapa orang anggota jemaat yang saling berseteru satu sama lain (Flp. 4:2). Belum lagi guru-guru palsu yang membingungkan Gereja dengan ajaran-ajarannya yang menyesatkan (Flp. 3:2). Gejolak kehidupan gereja seperti itu bisa saja menggoda jemaat untuk tidak lagi taat iman. Oleh sebab itu menjadi perlu, jemaat ini mengingat kembali “ketaatan yang berkorban”, yang telah ditunjukkan oleh Kristus, agar mereka dapat berdamai dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan orang lain.

Mungkinkah segampang itu? Mungkinkah ketika Paulus mengatakan hal sedemikian, jemaat yang berada di Filipi mampu kembali taat dan melakukan hal yang sama? Calonteolog.com meragukan hal tersebut. Sebab hal yang serupa bila para teolog lakukan kepada orang-orang yang mendengarnya. Tentu akan mendapatkan sanggahan dari para pendengarnya. Sanggahan seperti, “Hidup itu gak segampang yang engkau bicarakan!”. Ya, walaupun terlihat kasar, tapi calonteolog.com pun bisa mengatakan hal yang demikian pula.

Tapi tahukah anda? Ada begitu banyak kisah-kisah yang dituliskan oleh seorang pujangga tentang besarnya kekuatan cinta. Sampai beberapa kisah, terlihat seperti di luar nalar manusia. Tapi semuanya dapat dijalani dan dilakukan. Mengapa? Semua karena cinta!

Ya, demikianlah kekuatan cinta. Bisa membawa seseorang untuk melakukan semua hal diluar nalarnya. Baik itu positif ataupun hal yang bahkan berakibat negatif bagi dirinya dan orang-orang yang menyayanginya.  Tentu, calonteolog.com tidak menyarankan hal ini dalam kehidupan saudara.
Sebelum melanjutkan refleksi ini, perlu diingat bahwa calonteolog.com, tidak sedang jatuh cinta saat menuliskan hal ini. Bahkan calonteolog.com sedang patah hati saat menuliskan refleksi ini. Tapi calonteolog.com mengungkapkan demikian karena itulah yang menjadi power terbesar dalam kehidupan manusia. Bahkan hal inipun terjadi dalam kehidupan Yesus.

Cintalah yang membuat Allah mau turun dari tahtaNya, hanya untuk memberikan pengampunan pada manusia. Cinta yang membuat Allah mau memberikan diriNya dihina dan disalibkan sebagai manusia yang bersalah didepan Pilatus, hanya untuk menebus diri manusia.

Tapi jika kesimpulan hanya berhenti pada hal itu saja. Rasa-rasanya, semua orangpun menyadari dan mengetahuinya. Tetapi adakah hal yang sama juga dilakukan oleh kita, manusia? Tentu, Saudara punya jawabanya masing-masing.

Hanya saja, satu hal yang calonteolog.com pahami. Bahwa mungkin selama ini saudara ataupun banyak diantara kita yang beranggapan bahwa karya Salib sebagai bentuk penebusan dan pengampunan sehingga seorang dilayakkan di mata Allah. Tapi calonteolog.com menyadari pula, bahwa saudarapun mengetahui betapa banyak tokoh di dalam perjanjian lama juga dilayakkan oleh manusia. Persis, sebelum semua kisah kehidupan dan kematian Yesus berlangsung di dunia.

Dengan kata lain, calonteolog.com mendapatkan pemahaman bahwa sepertinya Allah ingin juga merasakan apa yang dirasakan oleh manusia. Allah ingin juga merasakan kerapuhan-kerapuhan yang dimiliki oleh manusia, sehingga membuat dirinya sulit untuk mengasihi Allah. IA ingin merasakan hal itu dan menjadikan dirinya teladan pula bagi banyak orang.

Ini yang calonteolog.com refleksikan dari perkataan Paulus kepada jemaat di Filipi. Bahwa Allah menjadikan dirinya telada bagi manusia dengan merasakan penderitaan-penderitaan yang dihadapi manusia dalam rupa Yesus. Bahkan IA tidak menghindari penderitaan dan kesakitan itu.  

Ya, inilah teladan yang diberikan kepada manusia. Semua hal itu dilakukan hanya karena satu alas an, yakni Cinta Allah kepada manusia. Sampai-sampai IA memberikan diriNya utnuk merasakan apa yang mungkin selama ini saudara keluhkan dalam hidup ini.

Karena itu, dalam bayangan calonteolog.com saat ini justru tentang perasaan manusia sendiri kepada Allah. Apakah manusia juga memiliki cinta yang sama? Cinta yang membawa Allah untuk meninggalkan zona nyaman tahtaNya. Cinta yang membawa Allah untuk menerima sakit yang diderita oleh manusia selama ini. Cinta yang membawa Allah untuk menerima diri disebut hina di atas Salib. Apakah cinta itu ada pada manusia? Apakah cinta yang sama dimiliki oleh manusia untuk tetap setia dan taat kepada jalan Salib Yesus?

Jika cinta itu ada, mengapa diantara kita justru tidak memperlihatkan hal itu kepada Allah? Jangan-jangan cinta itu tidak kita miliki sama sekali, sehingga kita selalu beralasan untuk memikul Salib bersama denganNya. Jangan-jangan cinta itu hanya kata-kata kiasan yang selalu kita nyanyikan, bicarakan dan dengarkan tanpa pernah kita hidupi sama sekali.

Sebab, bila ketaatan menjadi sulit bagi saudara. Maka benarlah, bila cinta itu tidak ada dalam diri saudara.


Komentar