BERIBADAH DENGAN HATI YANG PENUH KERINDUAN


Dalam satu kesempatan, calonteolog.com pernah melihat suatu rumah yang memiliki banyak sekali foto di dinding-dinding rumahnya. Bahkan tidak hanya itu, ada banyak gambar-gambar yang memperlihatkan betapa rumah itu menyimpan banyak sekali kisah dan kenangan yang selalu dirindukan oleh penghuninya. Tidak heran, penghuni-penghuni dalam rumah itu selalu memiliki impian untuk selalu pulang dan kembali ke dalam rumahnya. Sekalipun, telah jauhnya ia melangkah dari rumah tersebut. Rumah itu tetaplah menjadi impian dan kerinduan bagi penghuninya.

Tetapi, tidak sedikit pula kesempatan yang dimiliki oleh calonteolog.com melihat beberapa rumah-rumah orang tua yang harus dijual, dikarenakan anak-anaknya yang merasa tidak memiliki kenangan apapun di dalam rumah itu. Tentu hal ini tidak melulu berbicara tentang kenangan yang ada di dalamnya. Sebab sering pula rumah-rumah tersebut dijual oleh anak-anaknya, karena orang tua yang tidak ada lagi di rumah tersebut ataupun fakotr ekonomi di dalamnya.

Calonteolog.com juga tidak menyangkal keduanya, namun ada ketakutan sendiri dalam hati. Bila seumpama rumah itu merupakan sebuah Gereja, tempat untuk orang-orang Kristen beribadah di dalamnya. Adakah di dalam hati para jemaatnya untuk memiliki kerinduan untuk berkumpul dan bersekutu bersama. Ataukah rumah itu, direncanakan untuk dijual oleh orang-orangnya karena tidak adanya lagi orang-orang yang merindukan untuk datang dan hadir di dalam Gereja tersebut.

Saudaraku, calonteolog.com membaca kisah tentang betapa meriahnya orang-orang Israel bisa merayakan penthabisan rumah Allah dan paskah pertamanya di dalam kitab Ezra 6:13-22. Calonteolog.com itu bisa hadir dalam diri orang-orang Israel, karena kisah pahit yang mengikuti pembangunan rumah Allah tersebut. Bahkan sampai saat ini, ketika bait Allah tersebut tinggal reruntuhan. Masih ada banyak orang-orang Israel datang ke reruntuhan tersebut dan memiliki pengharapan untuk membangun rumah Allah itu kembali.

Betapa harunya, untuk calonteolog.com yang terus mendengar kisah-kisah orang-orang Kristen yang berkunjung ke Israel dan melihat orang-orang medatangi dan berdoa di reruntuhan itu, sampai saat ini. Bayangkan bila semua orang Kristen saat ini memiliki pengalaman iman yang sama seperti mereka yang datang di reruntuhan tersebut. Calonteolog.com yakin, bahwa orang-orang Kristen akan sulit untuk membuat alasan tidak beribadah dalam Gerejanya masing-masing.


Di Indonesia sendiri, menurut penelitian calonteolog.com perkembangan gereja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Namun saudara juga perlu merenungkan kembali apa yang melatar belakangi pertambahan Gereja ini. Apakah Gereja ini bertambah hanya sekedar kuantitas dan tidak menambah pertumbuhan rohani di dalamnya? Ataukah pertambahan itu disebabkan oleh konflik yang tidak mendapatkan penyelesaian dan iman jemaat tidak menjadi dewasa? Saudara bisa melihat dewasa ini bagaimana pembangunan Gereja yang begitu mewah dan menterang kita dapat terpesona melihatnya. Apakah pesona itu keluar dari diri orang-orang percaya yang menjadi ibadah yang hidup? Keberhasilan membangun rumah ibadah harusnya tetap diikuti oleh keberhasilan dalam ibadah bersama di dalam kesatuan, kasih dan saling menghormati dan juga ketaatan kita untuk melakukan perintah Tuhan.

Calonteolog.com mengatakan hal ini, dikarenakan satu pengalaman  bersama salah satu sepupu yang begitu malas dan bahkan, sama sekali tidak menginginkan untuk kembali pulang ataupun berkunjung kerumah tempat ia dibesarkan dan dilahirkan. Alasanya, sangatlah jelas. Ia menghindari konflik dalam pribadinya, ketika dia harus kembali ataupun berkunjung ke rumah yang dahulu membesarkan dirinya. Bayangkan, ternyata hal ini juga sering menjadi cerita yang calonteolog.com dengarkan dari orang-orang yang memilih untuk meninggalkan Gerejanya.

Lebih ekstrim lagi, calonteolog.com pernah bertemu dengan seorang yang pernah menanyakan tentang keuntungan dirinya yang hadir di dalam Gereja. Adakah saudara juga mendapatkan pengalaman yang sama seperti calonteolog.com? Seseorang yang bertanya dengan penuh kekecewaan, “Apa untungnya saya hadir ke Gereja dan apa yang bisa Gereja berikan untuk saya?” Sangat ekstrim, bukan?

Tapi, calonteolog.com memilih untuk tidak menjawab apapun dari pertanyaan itu. Sebab bagi calonteolog.com ini bukan soal apa yang Gereja berikan kepadanya. Karena hal demikian, bukanlah menjadi hal yang ia ingin tahu. Tetapi pertanyaan itu justru, menjadi evaluasi bagi calonteolog.com. Tentang Gereja yang selama ini, tidak menjadi rumah yang dirindukan. Justru menjadi rumah, yang memberikan kenangan-kenangan yang buruk kepada orang lain.

Walaupun tidak jarang juga, ada orang-orang yang selalu ingin pulang kerumah. Bukan karena kerinduannya akan rumah tersebut. Tetapi, ia datang untuk melampiaskan semua keinginannya pada orang-orang yang ada dalam rumah tersebut. Alhasil, kehadiran dari orang-orang tersebut menjadi kehadiran yang tidak diinginkan.Sebab, ia hadir dengan motivasi keuntungan dari rumah, sehingga orang-orang ini biasanya selalu berusaha untuk menjual semua kenangan dan kisah itu, bahkan rumah itu pula, berdasarkan nilai ekonomi yang ada. Kehadiran orang-orang seperti ini juga sering terlihat dalam Gereja. Ia datang dan mencari Gereja-Gereja yang menghadirkan mukjizat, penyembuhan dan kemakmuran. Ya, ia datang untuk memenuhi keinginannya, bukan kerinduannya untuk beribadah kepada Tuhan. Calonteolog.com yakin, orang-orang demikian adalah orang-orang yang tidak diperkenankan hadir dalam rumah Bapa. Sebab, dalam persekutuan bersama Bapa, setiap orang tidak memikirkan diri dan egonya sendiri. Melainkan kepentingan bersama untuk memuliakan Tuhan, mengasihi dan menyayangi satu dengan yang lainnya.

Ya, Gereja itu tidak lebih daripada sebuah rumah yang saudara dan saudara lainnya tempati. Karena itu, sudah menjadi tanggung jawab semua penghuninya untuk saling membangun Gereja yang bukan hanya bisa berdiri secara fisik, tetapi juga berdiri dalam kehendak Tuhan. Sehingga, dalam Gereja tersebut para penghuninya membangun suasana yang ramah bukan marah pada sesama penghuninya. Tidak berfikir tentang apa yang penghuni lainnya lakukan kepada dirinya, tetapi apa yang terbaik untuk dia lakukan kepada penghuni lainnya. Sehingga kehendak Tuhan itu bukan ego dari masing-masing penghuni, bahkan terlihat dan nyata dalam keramahan tersebut. Bahkan peribadahan saudara yang demikian menjadi kesaksian yang nyata dan dirasakan bagi banyak orang.

Komentar