BERUBAH DAN MERESPON KEHENDAK ALLAH DALAM KEHIDUPAN KITA


Refleksi dari Lukas 5:1-11


Beberapa dari saudara mungkin pernah dan tidak asing mendengar kisah tentang Rapunzel. Kisah petualangan seorang putri raja yang terkurung di atas sebuah Menara selama bertahun-tehun setelah diculik oleh seorang perempuan tua yang mengaku-ngaku adalah orang tua kandungnya. Perempuan tua yang memberikan ketakutan kepada Rapunzel tentang gambaran dunia luar menara itu adalah dunia kejam, bengis, jahat, kotor, penuh tipu muslihat. Sehingga, dengan gambaran dunia luar itu Rapunzel tidak berani pergi keluar meninggalkan Menara. Tetapi hampir setiap tahun Rapunzel melihat ribuan lampion diterbangkan ke udara tiap kali dirinya berulang tahun. Ia pun mulai penasaran, Rapunzel ingin tahu perihal apa dan mengapa ribuan lampion itu selalu diterbangkan setiap tahunnya, terlebih lagi tepat pada saat hari ulang tahunnya.

Sampai pada suatu hari tanpa disengaja, Rapunzel berjumpa dengan seorang pencuri yang melarikan diri dari prajurit kerajaan karena baru saja mencuri mahkota kerajaan. Ia mengadakan kesepakatan dengan pencuri itu untuk mengantarnya ke tempat di mana ribuan lampion itu diterbangkan saat hari ulang tahunnya. Imbalannya adalah pencuri itu akan mendapatkan kembali mahkota kerajaan hasil curiannya. Untuk pertama kalinya Rapunzel menyentuhkan kakinya pada tanah dan rumput setelah bertahun-tahun lamanya terkurung di atas menara. Di satu sisi Rapunzel takut akan kemarahan perempuan tua itu, ia juga takut terhadap dunia di luar menara yang digambarkan sebagai dunia yang penuh dengan rupa-rupa kejahatan tadi, tetapi di sisi lain ia penasaran dan ingin mencari tahu mengenai ribuan lampion yang diterbangkan setiap tahun tepat pada saat hari ulang tahunnya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mencari tahu, dan akibat dari keputusan ini, hidup Rapunzel akan berubah selamanya. Ia tidak lagi menjadi tawanan perempuan tua yang mengurungnya demi kepentingan dirinya sendiri supaya kelihatan tetap awet muda berkat kehadiran Rapunzel dan rambut ajaibnya.

Mungkin saudara tidak terperangkap pada Menara dan Perempuan Tua, seperti kisah Rapunzel tersebut. Namun diantara kita mungkin ada yang terperangkap pada sesuatu yang sering kali kita sebut “Putus Asa”, selayaknya Simon Petrus yang calonteolog.com kategorikan juga sebagai orang yang kemungkinan termasuk dalam golongan Zelot. Salah satunya dikarenakan peristiwa Simon Petrus yang memiliki pedang dan menghunusnya kepada salah satu prajurit yang ingin menangkap Yesus. Dengan kata lain, Petrus adalah golongan Zelot yang kala itu hidup sebagai seorang nelayan. Tahukah anda, bahwa Orang Zelot adalah orang-orang yang termasuk kedalam golongan revolusioner. Istilah "Zelot" adalah transliterasi kata Yunani ζηλωτής (zelotes), "penghasut atau pengikut yang giat" (bahasa Inggris: zealous).Dalam bahasa Ibrani disebut kanai (קנאי, sering dipakai bentuk jamak, קנאים (kana'im)), yang berarti orang yang "giat" melayani Allah. Ada begitu banyak kisah sebelum dan setelah kehidupan Yesus, mengenai perjuangan golongan ini. Salah satu kisah yang paling terkenal dalam kalangan teolog adalah revolusi tahun 66 dan perjuangan bersama Simon Bar Kokhba di tahun 132 M.

Bayangkan saja, orang seperti Simon yang dahulunya adalah seorang yang sangat militan dan revolusioner, ditemui oleh Yesus sedang sibuk menjala ikan. Orang lain, mungkin berfikir ini memang profesinya. Tapi calonteolog.com berfikir dengan cara berbeda, yang tidak semua orang bisa menerima. Sebab, ada rasa putus asa yang calonteolog.com lihat dalam diri Simon Petrus di kisah ini. Bahkan ketika, Yesus menyuruhnya untuk pergi ke tempat yang “dalam” untuk menebarkan jala kembali. Tahukah anda? Calonteolog.com berfikir bahwa Simon melakukannya dengan terpaksa, tapi dia tetap melakukannya. Dia melakukan dengan pertimbangan yang sudah dia pastikan, bahwa tidak akan mungkin didapatkannya ikan seperti halnya yang telah dia lakukan semalaman bersama yang lainnya. Tapi dia mendapatkannya, bahkan sampai harus meminta banyak temannya untuk mengangkat jala tersebut.

Calonteolog.com sering belajar dari beberapa orang. Termasuk dengan Bapak dari calonteolog.com yang mengajarkan untuk mencari dan mendekati orang-orang militan untuk membantu mencapai suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Sebab, pergerakan sendirian itu tidak mungkin, menghasilkan perubahan dan dampak yang nyata kedepannya. Tapi bagaimana bila kita menemukan orang yang dahulunya adalah militan namun menjadi pesimis. Tentu jawabannya sangat sederhana, yakni membangkitkan gairah dan memotivasi kembali dirinya untuk menjadi optimis. Karena itu, pembahasan kali ini calonteolog.com melihat beberapa hal yang ada dalam kisah ini untuk membangkitkan rasa optimisme dalam diri Simon.

Pertama, calonteolog.com teringat pada kata tempat yang “dalam”, dan mungkin didalam kehidupan kita juga sehari-hari bisa dipahami sebagai tempat yang penuh dengan tantangan, ancaman, ketidakpastian karena kita telah mencoba sebelumnya seperti yang Simon lakukan, tetapi peluang tidak akan pernah hilang. Sekalipun harus berbanding 1:14juta. 

Banyak orang yang takut, enggan, tidak mau melangkah ke tempat yang dalam karena rasa takut yang ada pada dirinya. Banyak orang hanya mau berhenti pada tempat yang tidak terlalu dalam, karena tempat itu dirasa nyaman, sudah kita kuasai, sedikit mengandung resiko. Demikian pula sering kali kaum muda kerapkali hanya berhenti menggali pengetahuan sebatas apa yang diajarkan oleh orang tua mereka. Tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya sendiri sebagai akibat dari studi mendalam terhadap materi yang ia alami dan hidupi, karena takut untuk ditentang, tidak disetujui, ditertawakan, dianggap tidak berkualitas pemikirannya. Selama rasa takut itu menyelimuti diri kaum muda tadi, selama itu pulalah dirinya tidak akan menemukan hal-hal yang baru di dalam pengetahuan dan keterampilannya

Teringat pula pada apa yang dikatakan banyak teolog, tentang keprofesionalan diri Simon sebagai seorang pelayan. Calonteolog.com melihat hal itu juga dari ketaatan Simon kepada perintah Yesus untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam membutuhkan kerendahan hati yang luar biasa. Seorang nelayan diperintah oleh Yesus yang kemungkinan besar adalah seorang tukang kayu (karena Yusuf, ayah-Nya adalah seorang tukang kayu). Lagipula isi perintah itu berhubungan dengan dunia nelayan, bukan dunia tukang kayu. Sebagai nelayan, Petrus merasa lebih tahu dunia nelayan daripada Yesus yang adalah seorang tukang kayu. Tetapi tukang kayu yang ada di hadapan Petrus bukanlah sembarang tukang kayu, Ia sekaligus adalah Anak Allah, Guru dan Tuhan yang telah mengadakan berbagai mujizat kesembuhan, mengusir roh jahat, yang ajaran-Nya mengandung kuasa. Ketika Simon taat, ia mendapat pengalaman yang merubah seluruh perjalanan hidupnya. Dari seseorang yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri guna mencari untung hanya bagi dirinya sendiri, menjadi seseorang yang kini mau bekerjasama dengan Tuhan bagi tugas, karya dan perutusan Tuhan. Orientasi hidupnya kini bukan lagi keuntungan diri, melainkan Kerajaan Allah.

Calonteolog.com yakin bahwa bukan hanya kaum tua dan kaum muda yang sering kali curiga kepada perubahan. Beranggapan bahwa perubahan tidak selalu menghasilkan hal baik. Atau perubahan akan mendatangkan konflik yang besar. Tapi setidaknya, perubahan itu perlu untuk kita coba, sekalipun itu harus dilakukan secara terpaksa. Selama perubahan itu berasal dari kuasa Roh kudus, tentu dia akan menghasilkan yang baik. Sebab pada hakikatnya, tidak ada yang tidak berubah. Sekecil apapun itu, perubahan akan selalu terjadi dalam hidup saudara.

Seperti pesona Yesus membuat Simon mengalami perubahan. Dalam kehidupan kita, banyak sekali perbuatan Yesus yang memesona kita dan mengajak untuk kita sampai pada perubahan. Tapi benarkah kita mengarahkan mata dan hati kita pada pesona Tuhan, jangan sampai pesona Tuhan hilang bukan karena DIA tidak bekerja pada apapun dalam hidup saudara. Tetapi karena hati dan mata saudara yang hanya tertuju pada diri kita sendiri, tidak kepada kehendak Tuhan, khsusunya pada kebaikan bersama.  

Bahkan, bila saudara perhatikan. Kisah ini tidak hanya memperlihatkan bagaimana Yesus memesona Simon dkk, tetapi ia juga meneguhkan mereka untuk ambil bagian dalam pelayanan Allah dan meninggalkan semuanya bersama Yesus. Adakah pesona Yesus membuat diri kita memikirkan hal yang sama? Bukan yang mudah, tapi lihat Simon yang juga manusia seperti kita. Ia memberikan dirinya diubahkan dan diteguhkan untuk melakukan sesuatu yang berarti bukan hanya untuk dirinya sendiri dan kepentingannya saja. Tetapi, murni pada kehendak Tuhan.


Jangan biarkan mata dan hati kita terjebak pada kebahagian akan hasil tangkapan yang berlimpah itu. Tetapi, bahagialah dan bersukacitalah karena Tuhan mau melibatkan kita dalam suatu perubahan dalam diri kita untuk karya keselamatannya bagi kita dan semua orang.

Komentar