Tentu tidak jarang diantara saudara yang mengetahui,
bahkan jauh lebih mengetahui daripada calonteolog.com tentang kisah perjalanan
Yusuf sampai menuju kepada kesuksesannya. Namun yang menarik ketika calonteolog.com
membaca kisah Yusuf sembari mendengar lagu Nufi Wardhana yang berjudul “Melangkah”,
demikian liriknya;
Orang bilang kamu tak bisa.
Orang bilang kamu tak mampu.
Tapi kamu dengar mereka.
Buat langkah berat melaju.
Jangan pernah kau ragu, lanjutkan langkahmu itu...
Karna derap langkahmu kan membuat mereka takut...
Melangkah terus, dan janganlah kau rasa takut...
Karna kamu berjalan sepi di jalurmu...
Karna sepi bukan berarti kamu salah...
Karna ramai belum tentu mereka benar...
Orang bilang kamu tak bisa.
Orang bilang kamu tak mampu.
Jangan pernah kau ragu, lanjutkan langkahmu itu...
Karna derap langkahmu kan
membuat mereka takut...
Lirik yang menggiring calonteolog.com kepada satu
pemahaman bahwa Yusuf memiliki keyakinan dan penyerahan secara penuh dan total, bahwa
Tuhan pasti menggenapi hal itu baginya. Sekalipun visi yang diyakini dan dipegangnya
membawa ke masalah dan penderitaan yang seolah-olah tidak kunjung usai: dibuang
ke sumur, dijual sebagai budak dan kemudian dibawa ke rumah Potifar dengan
tangan dan kaki terikat rantai. Bahkan sering kali kita melihat, bahwa secara
manusia Yusuf terhina, kehilangan reputasi, menanggung malu dan derita.
Bayangkan saja, bila Yusuf tidak memiliki keyakinan
dan penyerahan diri secara penuh dan total kepada Tuhan. Mungkin yang terjadi
adalah pesan dan rasa yang seperti disampaikan oleh Nufi. Tentang bagaimana
kita merasa diri tidak mampu dan tidak bisa. Bukan karena kita yang tidak bisa,
tetapi karena omongan orang lain kepada kita yang mengatakan tidak bisa dan
mampu yang membuat kita akhirnya menyerah kepada keadaan.
Demikianlah, sering kali terjadi kepada orang-orang
Kristen saat ini yang hidup di dunia. Terjatuh menjadi kompromi, bukan hanya
kepada kejahatan yang ada di dalam dunia. Tetapi kompromi pada apa yang orang
lihat, katakan dan komentari dalam hidup kita. Alhasil kita menjadi lupa
dengan semua potensi yang ada dalam hidup kita.
Padahal seperti yang dituliskan dalam lirik Nufi
Wardhana tersebut, sekalipun saudara harus berjalan sendiri dan mereka berjalan
beramai. Belum tentu saudara salah dan belum tentu pula mereka benar.
Inilah salah satu hal yang baik untuk terus dijaga dan
dihidupi oleh kita, yakni membiarkan Tuhan menata dan membentuk diri
kita, menyerahkan secara totalitas kehidupan kita kepada-Nya, membiarkan Firmannya
tetap hidup dan terus kita hidupi. Sehingga keadaan tidak mengontrol hidup
kita, tetapi kepada Allah sajalah kita serahkan kehidupan kita untuk ditata
sesuai dengan kehendakNya yang amat baik.
Sebab, hikmat ini yang calonteolog.com lihat ada dalam
pribadi Yusuf. Sehingga dia tetap konsisten dan berintergritas sembari menunggu
Allah mengangkat dan memakainya. Karena seperti Yusuf
melihat bahwa hidupnya yang naik turun-dijual sebagai budak, masuk penjara,
sengsara, hingga dimuliakan di Mesir-sebagai karya Allah: "sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului
kamu" (Kejadian 45:5).
Demikian pula calonteolog.com harapkan ada dalam pribadi setiap
kita. Sehingga kita tetap memiliki rasa optimis untuk mengembangkan dan
melakukan semua hal terbaik yang bisa kita lakukan. Pertanyaanya sekarang
adalah, maukah kita melakukan dan menghidup seperti keyakinan yang ada dalam
diri Yusuf?
Dalam kehidupan Anda mungkin mengalami suatu permulaan yang sulit, mintalah
kekuatan dari-Nya untuk dapat melewati hal itu. Allah yang penuh kasih akan
selalu menopang sampai Anda mencapai akhir yang telah dirancang-Nya. Jangan menyerah
kepada keadaan, serahkan semuaNya pada rancanganNya dan tetaplah berusaha.
Komentar
Posting Komentar