POKOK ANGGUR DAN ALLAH PEMOTONG



Refleksi Johanes 15:1-8
Bahan ini merupakan bahan yang menurut calonteolog.com sering menjadi refleksi bagi banyak orang Kristen. Tentu pesannya sudah bisa ditebak, tentu ini tentang bagaimana kita mampu menjadi dampak dan menghasilkan buah (penginjilan kepada banyak orang misalnya). Bahkan tidak sedikit juga yang menjadi seperti Guru Sekolah Minggu calonteolog.com pernah ajarkan, kalau kita berbuat jahat dan tidak menghasilkan kebaikan. Katanya Tuhan akan memotong dan memangkas kita kemudian, dilemparkan ke api neraka. Sungguh cerita itu, dulu pernah membuat calonteolog.com menjadi orang baik sementara karena ketakutan akan “Allah Pemotong”.

Karena itu, dalam kesempatan ini calonteolog.com ingin berefleksi kembali tentang Johanes 15:1-8 dengan cara yang berbeda. Mengingat firman yang terus hidup dan calonteolog.com juga meyakini bahwa refleksi baru bisa ditemukan kembali dalam teks ini.

Adapun hal pertama yang calonteolog.com hasilkan tentang diri yang sering kali kita paksakan. Pesan ini calonteolog.com dapatkan ketika melihat tanaman yang sudah terkena jamur. Sudah beberapa kali disirami dan dibersihkan, tapi tanaman tersebut tetap saja tidak lagi berbunga. Alhasil, calonteolog.com memotong bagian-bagian yang terkena jamur tersebut. Ya, bagian ranting-ranting dari tanaman itu dipotong, untuk menghasilkan  tunas yang baru dan lebih baik. Tidak lagi memaksakan ranting yang sudah berjamur tersebut.

Calonteolog.com pikir saudara juga pernah mengalami hal yang sama. Melakukan sesuatu dan melupakan ambang batas diri. Padahal kita bisa melupakan pilihan yang terus kita perjuangkan untuk menghasilkan pilihan yang baru dalam lompatan iman yang lebih tinggi. Bukankah banyak orang sukses bermunculan karena diri yang berani mengambil pilihan yang lebih baik dan tidak memaksakan diri?

Termasuk juga pada pengalaman-pengalaman hidup dalam berpacaran. Tidak jarang beberapa orang memaksakan dirinya untuk tetap bertahan pada orang yang terus melukai. Alasanya karena sudah cinta dan sayang, jadi tetap mempertahankan. Tapi selalu dilukai, bahkan parahnya tidak jarang juga yang harus kehilangan duniannya, hanya karena memilih bertahan. Sementara di sisi lain dia bisa memilih untuk melepaskan dirinya dari ikatan yang tidak sehat tersebut, untuk kembali bersukacita. Hal yang mungkin, bukan?

Atau bahkan, pernah pula dalam pengalaman seorang pelayan yang bercerita kepada calonteolog.com mengenai keinginannya yang mengundurkan diri dari pelayanannya. Ketika itu juga, saran terbaik yang calonteolog.com berikan adalah saran terbaik yang pernah diimani oleh calonteolog.com sendiri; yakni “Terkadang, saudara sudah terlalu banyak berada pada lingkungan dimana suara-suara yang masuk adalah pemikiran negatif, pesimis dan menjatuhkan semangat saudara. Alhasil, pilihannya ada dua “bertahan pada lingkungan tersebut, dan berusaha mengubahnya” atau “memilih menyerah dan mengundurkan diri dari lingkungan tersebut”. Itu yang sering kali ada dalam benak calonteolog.com saat mengalami pengalaman yang sama seperti pengalaman pelayan yang meminta mundur dari pelayanannya. Sampai perziarahan, menghasilkan satu pilihan yang lain untuk calonteolog.com. Pilihan untuk tidak memaksakan diri ada dalam lingkungan pesimis tersebut dan melangkah keluar untuk kearah optimis bersama Tuhan. Ini menjadi pilihan terbaik dan saran yang calonteolog.com berikan kepada pelayan tersebut. Mengapa? Karena saudara tidak bisa mengubah cara pandang orang melihat sesuatu. Bila saudara memaksakan orang-orang terdekat saudara melihat sampah itu bisa menghasilkan uang. Sementara dia tidak melihat dengan cara pandang yang sama. Maka saudara hanya menghabiskan waktu saudara atau saudara juga akan menjadi sama seperti dia.

Karena itu, saudara perlu keluar dalam lingkungan tersebut, bukan karena saudara menyerah dan mengubah pandangan itu. Tetapi saudara juga memerlukan Tuhan sebagai pendukung saudara, sehingga Tuhan dapat membersihkan pengaruh negatif dan pesimisme itu dalam diri kearah yang lebih positif dan optimis. Saudara harus benar-benar memotong dan memangkasnya untuk membersihkan diri kembali dan berhenti memaksakan diri berada dalam jamur tersebut.

Dalam pengalaman lain, calonteolog.com juga pernah membaca tentang hal-hal yang dilakukan oleh petani anggur yang memangkas ranting-ranting pohon anggur agar menghasilkan lebih banyak buah Dalam pengertian rohani, terkadang Bapa surgawi harus memperlakukan kita dengan cara yang sama, yaitu memangkas kehidupan kita. Tak hanya ranting-ranting mati yang harus dibuang, tetapi terkadang bahkan yang masih hidup dan penting pun harus dibuang agar dapat menghasilkan buah yang lebih baik dan lebat.

Berbagai macam keadaan dapat menjadi pisau pemangkas di tangan Tuan Pemilik Kebun Anggur. Pisau itu dapat berupa isyarat penolakan, perkataan tidak ramah, atau bahkan tanpa kata. Bisa jadi itu berupa rasa frustrasi karena terus-menerus hidup dalam kegaduhan dan kebingungan, menghadapi tugas sehari-hari, sehingga tidak punya kesempatan untuk menemukan tempat yang tenang untuk menyendiri. Atau mungkin saat menunggu campur tangan Allah ketika tampaknya tidak ada harapan sama sekali dan kita tidak punya teman yang bisa menolong.

Namun, pisau pemotong itu dikendalikan oleh sepasang tangan yang penuh kasih. Tuan Pemilik Kebun Anggur tahu apa yang bisa kita dapatkan dan Dia tahu bahwa kita akan menjadi lebih mengasihi, bersukacita, damai, penuh toleransi, baik hati, dapat dipercaya, lembut, percaya diri -- lebih kuat dan lebih baik daripada keadaan kita sekarang ini.

Kita tidak perlu menghindari pisau itu, tetapi memercayai tangan yang memegangnya. Bapa kita di surga mempunyai satu tujuan, yaitu untuk menghasilkan buah yang baik dalam diri kita. Persis seperti lirik lagu yang membawa calonteolog.com pada refleksi ini. Lagu yang terdapat dalam KJ 333 berjudul “Sayur Kubis Jatuh Harga”. Lagu inilah yang membawa calonteolog.com juga mengajak saudara untuk tetap bersukaria dalam masalah ataupun pemangkasan yang Tuhan lakukan dalam hidup saudara. Sebab bukan pemangkasan yang menjadi masalahnya, tetapi saudara harus yakin bila Tuhan kuatkan saudara dan memangkas kotoran dan masalah yang saudara alami sebagai ranting, untuk merangsang sukacita yang baru dalam hidup saudara. Ya, bersukacitalah kepada Allah pemotong itu. Sebab Dia mengerti yang terbaik dan dia kuatkan saudara untuk menjadi lebih baik. Percayalah dan serahkanlah kepadaNya.

Komentar