BUKAN BERMEGAH PADA POTENSI YANG ADA, TETAPI BERMEGAHLAH ATAS PENYERTAAN DAN BELAS KASIHAN-NYA


Dalam melakukan perkara yang besar di dalam Tuhan, kita harus ingat bahwa itu bukan urusan kita sendiri, sebab Tuhan akan terlibat langsung. Kita hanya alat yang terbatas, tetapi saat kita mengizinkan Tuhan bekerja, maka Dia akan menolong sehingga kita sanggup melakukan hal-hal yang bahkan di luar batas kemampuan kita

Bayangkan jika sebelum memulai segala pelayanannya, Ibu Teresa datang ke gereja Anda dan memaparkan programnya untuk menolong begitu banyak jiwa di India. Bagaimana respons Anda? Tertarik? Tertantang? Atau, Anda merasa bahwa itu adalah pekerjaan yang tak mungkin diwujudkan? Pada awalnya, memang banyak orang menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Ibu Teresa adalah sesuatu yang mustahil. Namun, kini dunia dapat melihat dan merasakan buah pelayanan yang ia lakukan. Pelayanannya telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Mengapa? Bukan karena sekedar potensi yang ada padanya. Tetapi penyertaan dari Tuhan lah, yang membuat dia dimampukan.

Dalam Alkitab, Tuhan Yesus menantang murid-murid untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuan mereka, yaitu memberi makan lima ribu orang laki-laki-belum termasuk perempuan dan anak-anak, yang biasanya berjumlah lebih banyak (ayat 44). Bagi para murid, ini sesuatu yang mustahil! Yang masuk akal bagi mereka adalah meminta orang-orang itu mencari makan sendiri-sendiri (ayat 36). Akan sangat berat jika mereka yang harus menyediakannya (ayat 37). Namun, Yesus membukakan pikiran mereka, bahwa Dia dapat melakukan apa yang bagi mereka tak masuk akal. Ya, di dalam Tuhan, kita dapat melakukan perkara besar, betapa pun "kecilnya" kita. Inilah yang harus kita percayai!

Hal yang menarik adalah, calonteolog.com tidak pernah melihat bagaimana para murid menyombongkan dirinya sebagai pengikut Yesus yang mampu melakukan segala sesuatunya. Walaupun pernah beberapa murid memperebutkan posisi Hirarki dalam Kerajaan Allah. Sangat berbeda dengan beberapa oknum yang menggunakan dan memanfaatkan kedekatannya dengan orang-orang penting dan hebat untuk mengembangkan potensi dirinya, terlebih menyombongkan dirinya kepada banyak orang.

Justru calonteolog.com menemukan satu refleksi yang menarik dari peristiwa ini. Dimana Yesus memakaikan potensi yang ada (5 Roti dan 2 Ikan) untuk melanjutkannya sebagai bentuk belas kasihanNya kepada 5000 orang laki-laki berserta orang-orang lain yang mengikutinya. 

Bahkan, hal yang sama juga Paulus nasihatkan kepada Jemaat di Roma
“Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: “ Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa , sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing” Roma 12:3
Mungkin setiap kita memiliki potensi dalam diri kita masing-masing. Mengetahui potensi-potensi yang ada, itu sangat baik. Bahkan memiliki mimpi yang begitu besar dengan potensi yang telah kita miliki dan ketahui. Itu sangatlah disarankan. Tapi lebih daripada itu, setiap saudara juga diminta agar, tidak hanya memikirkan potensi diri dan bermegah atasnya. Sebab itu hanya akan menimbulkan kesombongan, seolah-olah saudara bisa melakukan dan mencapai mimpi saudara dengan usaha saudara sendiri.


Tetapi seperti yang dilakukan Yesus untuk menyadarkan para murid akan kuasaNya, ataupun nasihat Paulus untuk menyadarkan jemaat di Roma. Demikian jugalah refleksi yang datang dan seharusnya terjadi pada setiap kita, yakni mau menyerahkan kembali semua potensi itu dan memberikan Roh Kudus berkuasa atasnya. Sehingga potensi yang dimiliki, tidak membuat kita semakin tinggi hati, melainkan tetap terus berkembang dan berjalan pada penyertaan Tuhan saja.

Komentar