YESUSLAH BATU PENJURUMU, BERSEDIAKAH?



Dalam kehidupan calonteolog.com dan saudara, tentu telah mengalami banyak pengalaman yang menyenangkan juga menyakitkan. Beberapa pengalaman mungkin masih bisa membuat kita bertahan untuk menjalani hidup ini. Tapi tidak jarang pula pengalaman dan peristiwa-peristiwa itu membuat kita terbeban dan bahkan sulit untuk melangkah lebih jauh lagi.
Mengapa?

Karena sering kali peristiwa-peristiwa itu membawa banyak keretakan hubungan. kerusakan karakter, bahkan sampai pada ketidwarasan dalam pola pikir kita. Tidak jarang diantara kita harus terbunuh dan tenggelam karena peristiwa-peristiwa itu. Karena itu, batu penjuru menjadi sesuatu yang penting untuk kita bisa mendapatkan petunjuk, agar kita tidak terjebak pada peristiwa itu. Batu penjuru yang pernah merasakan dan mengalami apa yang ktia rasakan. Batu penjuru yang memiliki empati pada kehidupan kita. Ya, batu penjuru itu disebut penulis 1 Petrus, ada dalam kehidupan Yesus.

Tahukah saudara?

Faktanya, dalam kehidupan Yesus sebagai manusia, Ia juga sering kali mendapatkan penolakan dan terbuang. Ya, Sebagai batu hidup, Yesus mengalami dua sisi yang berbeda, yaitu dibuang oleh manusia, namun dipilih dan dihormati di hadirat Allah (1 Petrus 2:4b).

Mengapa? Mengapa Yesus ingin merasakan hal yang sama dan menerima semua situasi tersebut untuk kita, manusia?

Sebab, Allah sendirilah yang menginginkan dirinya menjadi batu penjuru untuk mendirikan kerajaan Allah di dunia ini. Sebuah batu yang ada di sudut sebuah bangunan dan sangat menentukan pembangunan bangunan tersebut. Batu tersebut diletakkan pada pertemuan dua tembok untuk menyatukan kedua tembok bangunan. Batu penjuru fondasi akan digunakan sebagai patokan sementara batu-batu lainnya dipasang tegak lurus sesuai batu penjuru. Semua batu-batu yang lain harus disesuaikan dengan batu penjutu agar bangunan tidak salah.

Dengan kata lain, Yesus tidak hanya ingin saudara dan saya mengikutiNya. Lebih daripada itu, Allah menjadikan dirinya seperti kita, merasakan hal yang sama seperti; ketakutan, kekecewaan, marah dsb. Tapi mengapa dia tetap bisa bertahan? Yesus menunjukkan bahwa Allah juga hidup di dalamnya. Itu poin utamanya, bukan soal kekuatan dari kemanusiaannya. Tetapi karena didalam kemanuisaanNya juga terdapat keilahianNya. Bahkan kerena hal ini pula, fokus kita bukan hanya pada kemanusiaan dalam diri Yesus, tetapi keinginan Allah untuk menjadi seorang Manusia. Merasakan dan menjalani hidup yang sama seperti kita. Sehingga keberadaan Yesus menjadi penting bagi saudara dan calonteolog.com sebagai batu penjuru. Untuk kita bisa disusun bersama mendirikan kerajaan Allah yaitu pembangunan suatu rumah rohani (ay. 5)

Bahkan karena pengalaman itu juga, segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan orang yang menjadikanNya sebagai batu penjuru tidak akan terbunuh dan ditenggelamkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyakitkan. Bahkan kita mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan kita, karena saudara dan calonteolog.com mengerti kemana dan bagaimana arah yang ditunjukkan oleh batu penjuru tersebut.

Pengalaman iman itu, meyakinkan saudara bahwa kehidupan kita setiap hari akan di daur ulang. Semangat, harapan dan karakter kita akan terus diperbaharui.  

Bersediakah Saudara?

Pertanyaan ini menjadi penting sebagai penutup untuk kita. Karena KETIDAK BERSEDIAANLAH yang membuat orang-orang masih meninggikan dirinya dihadapan Allah. Sadar dan tidak sadarnya, orang-orang tersebut sering kali berlaku, meminta dan mengharapkan sesuatu yang lebih daripada  konstruksi yang sudah di rancangkan SANG PEMBANGUN dari batu penjuru yang telah ia letakkan. Bahkan orang-orang yang demikianlah menginginkan dirinya menjadi batu penjuru bagi yang lainnya. Karena itu, semua pilihan kembali kepada saudara. Bersediakah?


Komentar