JANGAN LAGI BERDALIH, BERIKANLAH HATIMU UNTUK GEREJA



Saat belajar dari kisah pembangunan kembali Bait Allah ini. Calonteolog.com melihat para nabi dan suruhan Tuhan, termasuk Ezra yang memberikan apresiasi kepada orang-orang dengan potensinya masing-masing. Suatu teladan untuk kita lakukan dalam kehidupan Gereja. Mengenali potensi jemaat dengan tepat akan sangat menolong untuk kita mengetahui segala yang dibutuhkan dalam proses peribadahan kita. Bahkan para pelayan-pelayanan Gereja, sudah saatnya untuk mengajak jemaat-jemaatnya untuk berperan aktif. 

Mengapa, karena dalam proses pembangunan Bait Allah, Ezra tidak bisa terlalu mendominasi. Ia juga harus memberikan kepercayaan kepada orang-orang untuk berjuang bersama dengan dirinya. Ezra juga membutuhkan orang lain untuk Bait Allah bisa menjadi tepat sasaran. Demikian halnya untuk para pelayan Tuhan saat ini. Berhentilah untuk mendominasi dalam Gereja kita masing-masing. Jangan sampai sikap dominan kita, justru membuat orang lain terhalang untuk membantu pelayanan saudara menjadi tepat sasaran. Karena Bait Allah ataupun Gereja saat ini bukan hanya tempat untuk orang menyembah dan memuji Tuhan. Tetapi, simbol ketulusan setiap orang yang percaya kepadanya. Bagaimana mungkin, persekutuan itu menjadi kumpulan orang-orang tulus melayani, memuji dan menyembah kepada Tuhan. Bila saudara sendiri yang mendominasi? Atau sebaliknya bagaimana mungkin saudara bisa datang dan beribadah di Gereja, bila saudara hanya mau dilayani?

Pertanyaan kedua ini, menarik untuk calonteolog.com bahas dalam kesempatan ini. Namun, sebelum lebih jauh membahasnya. Alangkah baiknya bila kita melihat kisah seorang anak kecil bernama budi, anak kecil yang menjajakan koran. Ia basah kuyup dan menggigil di simpang jalan Tugu Pancoran, Menunggu pembeli surat kabar sore yang dijual malam.Ya, si Budi hanya menunggu orang-orang datang bertanya dan membeli koran sorenya.

Apakah? Koran itu terjual? Tidak!

Sebab si Budi hanya menunggu dan menanti pembeli. Sampai akhirnya si Budi berfikir cara terbaik untuk bagaimana dirinya bisa menjual koran sore tersebut. Ia berteriak kepada banyak orang-orang sekitar;
            Baca berita hangat! Lima puluh orang tertipu! Lima puluh orang tertipu!

Penasaran, seorang pria berjalan, membeli koran itu, lalu membacanya dan berkata,
            Hei, nak, ini adalah koran lawas, di mana berita tentang adanya penipuan besar?

Si budi kecil itu, tetap berjalan dan berkeliling sembari meneriakan hal yang sama. Ya, malam itu kelima puluh koranya terjual habis seketika. Sungguh si budi kecil tidak hanya menunggu hujan duit datang kepadanya. Justru hujan airlah yang membuat pikiran panasnya berjalan dan berteriak kebanyak orang.

Calonteolog.com tidak ingin mengajarkan saudara menipu banyak orang. Bukan pula mengajak saudara untuk menjual koran di simpang jalan Tugu Pancoran. Bukan juga mengajak saudara untuk berjalan di tengah hujan agar mendapatkan ide lebih baik dalam menyelesaikan setiap masalah dan keluhan saudara. Calonteolog.com ingin saudara bergerak dan tidak menunggu ditengah masalah yang terus menghujani saudara. Saudara nanti akan sakit bila terus-terusan berada ditempat tersebut.
Pesan utama ini juga terlihat ketika membaca Kitab Ezra. Saudara tahu? Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia. Tuhan menggerakkan hati koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh, bahwa orang-orang Israel harus kembali pulang untuk mendirikan rumah Tuhan.

Ya, pembangunan kembali Bait Allah yang terhenti akhirnya dikerjakan pada tahun 535-520 SM; dikerjakan setelah perjuangan beberapa nabi-nabi sebelumnya untuk membangkitkan semangat dan harapan dalam diri orang Israel. Termasuk perjuangan dan usaha Yeremia yang direstui Tuhan, agar hati Koresh, Raja Persia memulangkan bangsa Israel itu. Lalu dilanjutkan kembali oleh seorang Ezra yang membawa bangsa ini keluar dari Babel dan masuk ke Yerusalem
Berat, ya?

Salah satu hal terberat dalam pelayanan bersama Tuhan, adalah mengajuk setiap orang menaruh hatinya untuk Gereja. Sebab ini akan berbenturan dengan pandangan dan bahkan cacian kepada Gereja. Akan ada banyak tuduhan kepada pelayan-pelayan Tuhan yang selalu berbicara soal ini. Dituduh tidak berempati pada kehidupan jemaat,

Sungguh berat untuk mengubah pola pikir manusia, untuk menaruhkan hatinya kepada bait Allah. Bahkan menurut penelitian dalam buku The IVP Bible Background Commentary: Old Testament oleh John H. Walton, Victor H. Matthews, Mark W. Pembangunan Bait Allah itu selesai ditahun 515SM. Ada proses 5 tahun lagi, untuk benar-benar membuat Bait Allah itu selesai. Mengapa? Calonteolog.com pikir, mungkin karena orang-orang Israel menunggu seorang Salomo lagi untuk membangunnya sendiri, sementara mereka hanya asik menunggu atau mengurus kehidupannya masing-masing. Ya, sekalipun Ezra telah membagikan tugasnya masing-masing kepada orang-orang Israel, penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembangunan itu selesai setelah 20 tahun pengerjaan. Waktu yang cukup lama, bukan?

Apakah Tuhan tidak menginginkan bahwa Bait Allah itu terbangun?

Belajar dari beberapa nabi dan orang-orang yang telah Tuhan pilih untuk proses ini, menunjukkan bahwa Tuhan justru berharap agar Bait Allah itu terbangun. Apakah orang-orang yang dipilihnya hanya sekedar menyuruh dan tanpa melakukan tindakan apapun? Faktanya, Pertama, Ezra sadar bahwa tujuan kepulangan mereka adalah untuk beribadah di Bait Allah. Oleh karena itu, setelah sadar bahwa tidak ada orang Lewi dalam rombongan mereka, ia mendatangkan orang Lewi dari kaum keluarga Ido yang tinggal di Kasifya (8:15-20). Kedua, Ezra mengajak seluruh rombongan berpuasa dan berdoa meminta perlindungan Allah, sebab perjalanan sekitar 1.500 kilometer yang tidak dikawal pasukan itu menghadapi ancaman perampokan dan serangan tiap saat, apalagi mereka membawa 25 ton perak, 3,75 ton emas, dan 8,5 kilogram piala emas (8:21-23). Ketiga, Ezra mengajarkan bahwa semua emas dan perak yang mereka bawa adalah barang-barang kudus yang akan dipersembahkan kepada Allah (8:24-30). Atas pertolongan Allah, mereka tiba di Yerusalem setelah menempuh perjalanan selama empat bulan. Setelah beristirahat selama tiga hari, mereka menyelenggarakan kebaktian di Bait Allah dengan mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa (8:31-36).

Jadi Ezra bukan hanya sekedar menyuruh ataupun berharap saja. Tetapi dia berusaha dan melakukan semua yang telah Tuhan rancangkan untuk pembangunan bangsa Israel. Tapi apakah bangsa Israel juga melakukan hal serupa? Waktu yang begitu panjang, rasa-rasanya tidak menujukkan semangat yang sama ada dalam diri orang Israel.

Calonteolog.com tidak tahu, apakah saat ini saudara sedang berjuang dalam pembangunan Gereja atau tidak. Tetapi bagaimana mungkin sebuah Gereja itu berdiri bila hanya panitia pembangunan yang bekerja? Bagaimana mungkin rancangan Allah itu terjadi untuk pembangunan Gereja bila saudara hanya sibuk dengan diri saudara sendiri? Seperti Budi Kecil tadi, bergeraklah dan berusahalah, jangan sekedar rindu. Sebab rindu itu berat.

Komentar