Bangkit, Bergerak dan Berubah! - Kolose 3:1-17



Kehadiran Paulus untuk jemaat Kolose, sangatlah tegas dan berbeda dengan guru-guru palsu saat itu. Bahkan, bila kita meihat konteks dalam surat Kolose, maka Paulus memang bertujuan untuk memberantas ajaran palsu yang sedang menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan, dan gereja.

Tidak berhenti pada hal itu saja, Paulus juga mengajak dan menuntut jemaat Kolose agar Realitas Kristuslah yang hidup di dalam hidup mereka (Kol 1:27) harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kol 3:18--4:1) dan disiplin rohani (Kol 4:2-6). Tentu dalam kesempatan ini kita tidak akan membahasnya secara keseluruhan, Fokus kita hanya pada Kolose 3:1-17; bagaimana Kristus tampak dalam setiap perilaku kita.

Pertama-tama setiap dari kita harus menyadari bahwa pasal ini dimulai dengan mengajak para pembacanya untuk memakai misi Allah bukan pola pikir kita.  Bagi calonteolog.com ini menjadi dasar utama untuk seorang memulai dan berlaku sebagai manusia baru.

Mengapa?

Sebab, orang-orang Kristen yang membaca teks ini terjebak kepada ayat 5 yakni penaggalan sifat manusia lama seperti; percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Memang, tidak dapat dipungkiri bagi beberapa orang sering kali terjebak dalam kesalahan-kesalahan tersebut. Tapi bagaimana bila kesalahan-kesalahan itu secara terus menerus kita lakukan, dalam peribadahan kita, dalam setiap latihan rohani kita bahkan dalam setiap kesaksian kita.



Lah, bagaimana maksudnya?

Saudara pernah melihat bagaimana seorang berpuasa dan berdoa berhari hari? Pernahkah saudara bertanya, mengapa mereka ini melakukan hal tersebut? Perhatikan! calonteolog.com tidak sedang menghakimi setiap dari kita yang berpuasa dan berdoa berhari-hari. Tapi, apakah latihan rohani yang saudara lakukan muncul dari Kristus atau dari ego dan hawa nafsu yang ada dalam diri kita? Bila peribadahan itu muncul bukan karena Kristus melainkan dari keinginan untuk memuaskan diri, maka pikiran kita memang bukan dikuasai oleh Kristus. Bahkan hati kita tidak mengarah kepadaNya, melainkan peribadahn itu jatuh pada pemuasan diri. Calonteolog.com pernah melihat bagaimana suatu komunitas berkeliling dan berdoa beberapa malam untuk kota dan pemerintahannya.

Orang-orang tersebut tidak memikirkan egonya dalam setiap doa yang dia panjatkan. Seperti Kristus, peribadahan mereka berdampak dan dapat dirasakan oleh orang sekelilingnya. Jadi, bukan salah untuk memiliki dan menaruh harapan kita dalam setiap doa. Tapi jangan sampai setiap harapan kita, justru menjadi jebakan untuk kita tidak mampu menerima apa yang Tuhan inginkan untuk dilakukan dalam kehidupan kita.

Faktanya, saat ini ada banyak orang-orang Kristen yang memanipulasi peribadahannya justru karena pola pikirnya yang tidak sama dengan Kristus. Mereka terjebak dalam hawa nafsu keagamaannya. Mereka beribadah, mereka bernyanyi dan bersorak bukan untuk kemuliaan Tuhan. Tetapi, hanyalah pemuasan emosi semata.

Tanggal 31 Oktober, kita mengenang bagaimana bapa-bapa Gereja yang mereformasi dan melawan manipulasi-manipulasi peribadahan kala itu. Sekarang, pesan serupa juga disampaikan kepada Kekristenan saat ini. Adakah semangat perubahan, adakah semangat untuk mengubah hidup dan pola pikir kita menjadi seperti misi Allah?

Pernahkah saudara membersihkan rumah saudara? Adakah perasaan atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak saudara, seperti “Bagaimana semuanya bisa kotor secepat ini?” gerutu saudara sembari membersihkan. Padahal baru beberapa waktu yang lalu saudara membersihkannya.

Calonteolog.com pikir, saudara mengakui, bahwa setiap kali saudara membersihkan rumah. Sebenarnya saudara sedang menjalani hidup, dan demikianlah cara saudara hidup di dalam rumah yang bersih. Itu bukanlah sebuah peristiwa yang hanya sekali terjadi.

Tapi, sering kali kita tidak mengakui hal tersebut. Kita justru ingin membersihkan rumah hanya sekali saja dan ingin agar rumah tetap bersih. Tetapi rupanya, kotoran tidak mudah menyerah begitu saja. Butir demi butir debu membuat rumah menjadi kotor kembali. Sedikit demi sedikit, noda pun bertumpuk.

Dosa bagaikan debu dan noda di rumah saudara. Kita ingin memusnahkannya dengan sekali berdoa untuk mengakui dosa dan bertobat. Tetapi dosa tidak menyerah semudah itu. Perilaku buruk kembali merasuki pikiran kita. Pilihan demi pilihan yang kita ambil menghasilkan tumpukan berbagai konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Kematian dan kebangkitan Kristus menghilangkan kewajiban untuk mempersembahkan korban setiap hari. Tetapi pengakuan dosa dan pertobatan masih diperlukan dalam kehidupan orang Kristiani setiap hari. Menyingkirkan hal-hal seperti amarah, kegeraman, dan kejahatan adalah cara hidup, bukan peristiwa yang hanya terjadi satu kali. Berkembang dan teruslah bergerak, karena saudara harus terus menerus melakukan perkembangan dalam hidup saudara. Sampai saudara benar-benar memiliki kualitas iman, bukan kuantitas peribadahan yang banyak. 

Demikianlah halnya dengan Gereja, peristiwa reformasi yang kita kenal memang hanyalah sekali, tetapi fakta menunjukkan bahwa reformasi terus lahir dan terjadi sampai saat ini. Karena Firman itu hidup! Kekristenan itu hidup dan berjumpa dengan dunia! Kekristen itu berada dalam dunia! Bila Gereja tidak lagi memiliki makna ini, saudara pantas mempertanyakannya. Apakah Gereja tersebut benar-benar berbicara mengenai kualitas atau kuantitas? Apakah kualitas Gereja, saudara memang hadir dan berdampak bagi banyak orang? Apakah kualitas Gereja saudara memang menghasilkan buah, atau hanya sekedar manipulasi-manipulasi peribadahan saja?

For in the true nature of things, if we rightly consider, every green tree is far more glorious than if it were made of gold and silver.

Martin Luther



Komentar