Allah Bersamamu, itu Cukup!




Tahukah saudara, Allah memiliki dua rupa saat ini, yakni Allah Penyelesai Masalah dan Allah Pembuat Masalah. Loh koq, bisa? 

Pemikiran ini muncul ketika saya mengirimkan beberapa pesan singkat mengenai janji Allah yang selalu memberikan hal baik di hidup orang-orang percaya. Pesan-pesan tersebut ditanggapi dengan wajah berseri. Tidak jarang bahkan, pesan tersebut direpost ulang sebagai keyakinan tentang Allah yang sanggup menyelesaikan masalah.

Menariknya lagi, ketika saya mendengar khotbah dari seorang Pendeta terkenal di Sumatera Utara. Pendeta tersebut diundang sebagai pembicara kala itu, dan kebetulan saya diundang untuk menghadirinya. Atas dasar menambah dan merekatkan relasi dengan si pemilik acara, maka sayapun hadir dalam acara tersebut.

Saat acara tersebut, proyektor yang seharusnya bekerja untuk menampilkan gambar dan video-video ilustrasi kepada tamu undangan tidak berfungsi. Lebih lagi, si pendeta tidak membawa tim yang selalu membantu dia untuk melayani dalam sebuah acara. Hal menarik dari kejadian tersebut, ketika si pendeta mengajak semua yang hadir untuk berkata, “Dalam nama Yesus, berfungsilah proyektor”. Ketika mendengar hal tersebut saya teringat akan pesan Remy Sylado yang mengatakan;
“Agaknya orang Indonesia paling gampang melibatkan Tuhan untuk hal-hal yang mestinya bisa diselesaikan oleh Pak RT”

Sayapun tersenyum sendiri, sebab Allah kini merubah wujud menjadi Penyelesai seluruh Masalah.  
Sedang, Allah dalam rupa pembuat masalah terjadi ketika banyak para pendeta yang berniat untuk menyampaikan tentang pesan bahwa Allah itu begitu Mahakuasa, sehingga segala sesuatu terjadi atas kehendakNya saja. Namun, justru menjadi terkesan seperti Allah yang kejam, tidak berperikemanusiaan dan Pembuat Masalah. Loh, koq bisa?

Situasi ini terjadi ketika seorang jemaat Gereja yang menderita suatu penyakit. Penyakit tersebut membuat dirinya semakin terpuruk, karena beberapa dokter yang tidak dapat melakukan penanganan terhadap penyakitnya. Ia sudah tidak tahan akan penyakit tersebut, tidak heran setiap orang yang datang kepadanya selalu mendengar keluhannya. Sebab, sangat sulit baginya untuk menerima penyakit yang ada dalam dirinya tersebut. Banyak temannya mengatkan; “sabar sajalah, Tuhan pasti tidak bermaksud buruk dengan memberikan penyakit ini. Suatu saat kamu akan tahu bahwa semua penderitaan ini adalah baik bagimu”.

Itulah asal muasal, bagaimana Allah menjadi pembuat masalah didalam kehidupan kita. Sebab, Allah selalu menjadi yang paling bertanggung jawab atas segala kesusahan kita, bahwa kemalangan dan nasib buruk kita teradi atas kehendak Tuhan atau seizing dari Tuhan. Kisah-kisah yang dipakai tentu saja, proses kehidupan Ayub dan Daud sebelum menjadi raja.

Sampai detik ini, saya tidak pernah memungkiri akan mereka yang selalu datang kepada Allah akan diberikan sebuah kelegaan. Saya juga tidak pernah memungkiri tentang beratnya proses kehidupan Daud sebelum menjadi raja, ataupun proses kehidupan Ayub. Saya tidak memungkiri semua hal tersebut. Tetapi, bisakah untuk membuat Allah tetap menjadi Tuhan didalam hidup kita?

Seorang Guru penah mengajarkan kepadaku dan saya pikir baik untuk kita sadari, bahwa, Allah tidak mencegah setiap kesusahan kita. Itu benar! Tapi, apakah Allah pergi meninggalkanmu? Tidak! Kasih Allah setia dan selalu bersedia untuk memberi kekuatan, juga pertolongan kepada yang berserah. Ya, Kasih SetiaNya tidak melenyapkan kesusahan, tetapi kasihNya nyata dalam ketidakmampuan manusia menghadapi kehdiupannya.

Itulah, mengapa dekat Allah kita menjadi teduh. Karena kita memahami bahwa kita tidak pernah menjalani proses hidup ini sendirian. Ada Allah yang setia untuk menemani proses kehidupan yang kita jalani. Ada Allah yang turut merasakan penderitaanmu.

Hal ini jugalah yang akhirnya membuat saya memahami setiap tulisan-tulisan pemazmur. Bagaimana hatinya tetap tenang dalam setiap proses berat yang ia hadapi. Bahkan ia tetap mampu bersukacita, dalam masalahnya yang begitu berat.

Sehingga ketika saya mendenngar tentang orang-orang Kristen yang berbondong-bondong untuk hadir dalam sebuah peribadahan, yang mana pembawa khotbahnya terkenal dapat menyembuhkan penyakit dan melakukan mukjizat. Atau penggunaan janji-janji Allah akan hidup lebih baik setelah memberikan persembahan menjadi marak saat ini. Saya menjadi bertanya-tanya, “kapankah manusia mau memakai kuk dan belajar bersama Tuhan?”. Bukankah Yesus mengatakan;

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”
(Mat 11:28-29)

Saya tidak memungkuri tentang mengucapkan doa permohonan seperti yang banyak diumpamakan Yesus dalam pengajaranNya kepada banyak orang akan dikabulkan bahkan Ia juga mengatakan bahwa “Mintalah…Carilah….Ketoklah… maka kamu akan mendapatkan” (Mat 7:7). Itu adalah kebenaran. Namun doa permohonan bukanlah tentang membujuk Allah untuk melakukan sesuatu yang memaksakan kehendak kita dan melawan kehendaknya. Melainkan, doa permohonan adalah penyerahan dan pencarian akan kehendak Allah bagi hidup kita, maupun hidup orang-orang yang kita kasihi.

“Allah bersamamu, itu cukup”, ketika setiap dari kita dapat mengimani kata ini. Maka proses kehidupan kita akan jauh lebih indah. Sebab, yang terpenting bukan pada penyelesaian setiap masalah, menghilangkan kesusahan, mendapatkan kesembuhan ataupun mukjizat. Tetapi, “Allah bersamaku, itu cukup”, sebab hanya Ia yang dapat membantu kita bertahan melewati semua kesusahan ini. Bahkan Kasihnya sungguh setia untuk menemani kita sampai menuju pada kesudahan. Berbahagialah, sebab kita tidak berjalan sendiri. Berbahagialah, sebab kasihnya memampukan kita untuk bertahan menghadapi semua beban ini.. Berbahagialah, sebab Allah tidak diam, dalam setiap kesusahan kita. Namun, ia menguatkan dan menolong kita untuk menghadapi semua beban tersebut. Jangan khawati dan lari dari semua masalah ini, sebab Allah bersamamu, itu cukup!

Komentar