Jangan Salah Menilai - 1 Raja-raja 5:1-16


Setiap orang memiliki kriteria dan standart di dalam hidupnya. Tidak hanya urusan soal jodoh, bahkan urusan soal sandang, pangan dan papan. Berbeda orang, maka beda pula lah kriteria dan standartnya. Salahkah? Tentu tidak!

Tidak ada yang salah, namun hal ini dapat menjadi kekeliruan apabila setiap orang memberikan penilaian terhadap sesuatu sebelum mengetahuinya lebih dulu. Contoh sederhananya seperti pengalaman yang sering saya alami selama melayani di salah satu Bakal Jemaat di Banjarmasin.

Kerap kali beberapa pelayan yang diundang untuk memberikan pelayanan firman di tempat saya melayani, tidak menyangka bahwa sayalah yang melayani di tempat ini. Bahkan tidak jarang pula, beberapa jemaat yang baru berkunjung ke Gereja, terkejut melihat sosok pelayan seperti saya dengan wajah brewokkan, berbaju kaos dan bercelana pendek. Mereka yang belum mengenal saya, mengira penampilan seorang pelayan Tuhan tidaklah seperti saya kenakan.

Kekeliruan ini tentu tidak menjadi masalah besar, dikarenakan cara berpenampilan sayalah yang membuat orang menjadi keliru. Tapi, hal tersebut akan menjadi masalah besar apabila kita memberikan pemikiran ataupun perlakuan negatif hanya karena penilaian awal saja.

Seperti yang terjadi dalam 2 Raja-raja 5:1-16, Naaman justru memberikan penilaian yang salah atas Nabi Elisa, Kuasa Allah dan Cara Allah Menyembuhkannya.

Diketahui bahwa Naaman merupakan panglima Raja Aram. Dia mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Sayangnya, Naaman menderita kusta. Badannya penuh borok, gatal dan bau. Tidak ada seorang tabib pun yang dapat menyembuhkan Naaman. Setiap malam sebelum tidur, Naaman mengeluh, karena merasa tidak nyaman. Untunglah di Aram, Naaman masih boleh bekerja. Namun Naaman tidak bisa sembuh sekalipun ia mengeluarkan banyak uang. Sampai salah satu gadis yang melayaninya memberikan pendapat kepada Naaman untuk menemui Nabi Elisa. Inilah awal mula, bagaimana Naaman dapat disembuhkan oleh Allah.

Penilaian yang salah terhadap Nabi Elisa, terjadi ketika Naaman dan Raja Aram berfikir bahwa dirinya adalah seorang Raja Israel. Padahal kala itu, Nabi Elisa bukanlah seorang raja. Alhasil, Raja Israel yang mendapati surat permintaan tersebut menjadi bingung sampai mengoyakkan pakaiannya (tanda perkabungan). Karena penilaian tersebut, Naaman tidak mendapatkan hasil apa-apa. Sampai, Nabi Elisa mendengar kabar tentang Raja Israel yang mendapati surat tersebut dan menyuruh Naaman untuk datang ketempatnya.

Namun ketika Naaman sampai ke tempat Nabi Elisa, ia justru tidak menemuinya. Dikarenakan Elisa tidak keluar rumah, dan menyuruh hambanya untuk menjumpai Nabi Elisa. Sikap yang membuat Naaman menjadi panas hati. Ia justru disuruh pergi ke sungai Yordan. Sungai yang menurutnya jauh lebih buruk dari Abana, Parpar dan Sungai-Sungai di Damsyik. Hatinya semakin panas dan menilai negatif atas sikap yang dilakukan Nabi Elisa kepadanya.

Sampai akhirnya, Naaman diingatkan kembali oleh pelayannya yang mengikuti perjalanannya menuju kediaman Nabi Elisa, katanya “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.". Ia mengikuti saran dari pelayananya tersebut dan sembuh.

Bila diperhatikan, sangatlah wajar bila Naaman menjadi panas hati dan berfikir negatif. Sebab, jelas terlihat bagaimana sikap dan tindakan Nabi Elisa yang tidak berempati terhadap seorang panglima. Namun, demikianlah yang justru menyembuhkan Naaman dari penyakit kustanya, yakni dengan cara Allah yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Dari kisah ini, saya teringat masa kecil ketika sedang sakit dan dipaksa minum obat yang sangatlah pahit dan tidak mengenakan. Saya merasa kesal, untuk melakukan hal tersebut. Tetapi bila saya tidak mendengarkan dan melakukan hal tersebut, saya akan terus-terusan sakit. Sehingga mau tidak mau, obat itupun diminum untuk mendapatkan kesembuhan.

Bukankah hal serupa juga sering kita alami dalam setiap proses hidup bersama Allah. Kita sering merasa kesal dan panas hati, dikarenakan pengharapan dan keinginan kita yang justru sering kali tidak pernah seperti yang Allah kehendaki. Kita hanya disuruh nerima dan menikmatinya.

Tetapi yang menjadi pertanyaan, adakah yang lebih indah dari setiap rancangan dan kehendakNya?

Saya lupa entah membaca dimana, tapi tulisan tersebut begitu menarik katanya;
“Bila semua doa dikabulkan, maka kehancuranlah yang terjadi, Sebab setiap orang berdoa untuk keburukan orang lain”

Kata-kata itu menarik, karena sering kali doa kita justru hanya adil menrut sudut pandang kita. Sementara, yang lain seperti apa? Cara dan kehendak Allah tidak terukur oleh akal dan pikiran kita. Untuk itu kita tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan, sebab kita barus bisa merasakan nikmatnya menjadi seorang hamba, ketika kita diberikan ujian oleh Tuhan.

Ya, demikianlah kehendak Allah yang tidak pernah kita fikirkan. Sekalipun hati kita menjadi kesal seperti Namaan, percayalah dan katakanlah dalam hati kita masing masing “ Tidak ada biji durian yang menghasilkan buah dalam waktu semalam. Tidak ada hal yang istimewa tanpa proses pembentukan dan penyertaan dari Allah.”
“Kesalahpahaman terhadap Allah, disebabkan oleh pemaksaan ego dan ketidakmampuan untuk menghargai rancangan Allah” - AGM

Komentar