Berdamai dalam Momen Social Distancing - Mazmur 69:30-37


Hidup dalam rutinitas, menahan luka dan sakit itu tidak baik, semua orang harus mengevakuasikan dirinya. Semua orang saat ini perlu ketenangan untuk dirinya, mengembalikan waktunya untuk diri sendiri ataupun waktu bersama keluarganya yang selama ini hilang. Mari berdamai dalam momen Social Distancing[1]



Social distancing menjadi salah satu senjata yang saat ini digunakan oleh Pemerintah dalam memotong penyebaran virus COVID-19. Menghentikan segala rutinitas yang selama ini dilakukan diluar rumah, meninggalkan keramaian dan kembali ke rumah. Tentu, kebijakan ini menjadi pro dan kontra di beberapa kalangan. Bahkan ada pula yang mengajak untuk lockdown, bukan hanya sekedar social distancing.

Terlepas dari seluruh pro dan kontra tersebut, dalam kesempatan ini saya ingin berefleksi tentang sikap penulis Mazmur, khususnya dalam pasal ke-69 dam korelasinya dengan berdamai dalam momen social distancing saat ini. 

Adapun dalam Mazmur 69 Daud mengeluh tentang kesulitan-kesulitannya. Keluhan-keluhannya itu bercampur dengan permohonan untuk mendapat pertolongan. Ia mengeluh betapa kesulitan-kesulitan itu menekan jiwanya dalam-dalam (ay.2-3); mengeluh tentang lamanya penderitaannya itu berlangsung (ay.4); mengeluh tentang kebencian musuh-musuhnya dan banyaknya jumlah mereka, juga ketidakadilan dan kekejaman mereka serta kesukaran yang mereka timbulkan kepadanya (ay. 5); mengeluh tentang kejahatan teman-teman dan sanak-saudaranya (ay.9); mengeluh tentang penghinaan yang diberkan kepadanya dan celaan yang terus-menerus membebaninya.  

Situasi yang tidak begitu kondusif menimpa Daud saat itu. Mungkin saudara juga sedang mengalami hal serupa. Ketika luka, masalah dan penderitaan menghampiri diri sendiri dan membuat segala sesuatunya terasa hampa. Bila demikian, maka tampaknya tulisan ini baik untuk saya bagikan kepada saudara.

Seperti kita ketahui, virus COVID-19 yang menyerang Indonesia membuat segala sesuatunya juga tidak terlihat kondusif. Untuk itu beberapa daerah sudah melakukan lockdown, dan beberapa diantara lainnya mengikuti kebijakan pemerintah untuk melakukan social distancing. Suatu sikap yang menurut saya baik untuk menahan laju perkembangan virus dan juga bermanfaat untuk kita pakai sebagai momen berdamai dengan diri sendiri dan membangun koneksi dengan Tuhan, juga orang terdekat kita (mis: keluarga).

Saat kehampaan terjadi, koneksi antara sesama akan hilang. Ini bukan soal jarak dan kuantitas. Sebab, ketika seseorang dirudung dengan kondisi yang begitu rumit dan membuatnya hampa. Dalam kerumunan banyak orang, tidak mengartikan bahwa kehampaan itu hilang. Sebab, situasi tersebut tejadi karena ada masalah di dalam diri sendiri, bukan diluar dari diri kita. Untuk itu, memanfaatkan momen social distancing untuk berdamai dengan diri sendiri dapat mungkin terjadi bila, kita lebih dahulu paham tentang masalah yang akhirnya memunculkan kehampaan tersebut. Saat setiap dari kita telah mengetahuinya, maka tindakan selanjutnya sama seperti yang Daud lakukan yakni open up atau membuka diri dalam doa dan keluh kesah kepada Tuhan baik untuk kita lakukan dalam moment social distancing ini. Sebab, menutup diri dan melarutkan diri dalam luka, masalah dan penderitaan sangatlah melelahkan. Bagaikan bom waktu yang lambat atau cepatnya akan meledakan diri sendiri.

Saudara mungkin pernah beberapa kali menonton ataupun membaca kisah-kisah romantis. Tentang kehadiran Ratu ataupun Cinta yang menguatkan pangeran untuk bangkit dari keterpurukannya. Demikianlah halnya saat saudara memanfaatkan social distancing dengan berdoa dan menyampaikan keluh kesah kepada Tuhan. Saudara, dapat merasakan kehadiran Allah yang tidak pernah meninggalkan dan selalu setia.

Sebab kehampaan yang selama ini terjadi dalam diri sendiri, selain karena kita terlarut dalam luka, masalah dan penderitaan. Juga disebabkan terputusnya koneksi dengan cinta dari Tuhan ataupun orang orang yang mencintai saudara (mis. keluarga). Dan momen social distancing yang dibijaki Pemerintah saat ini, adalah momen baik untuk merajut koneksi terputus selama ini. Mari kita memulainya dalam doa kepada Tuhan, membangun kebersamaan dengan keluarga dan orang yang dicintai dalam rumah. 

Sebab ketika, situasi Daud sedang tidak kondusif, ia memilih untuk mengisolasikan dirinya untuk berbicara dan menyampaikan permohonanya kepada Tuhan. Lalu, pada bagian akhirnya Dia mengakhiri keluhan dan permohonannya itu dengan suara sukacita dan pujian, dengan keyakinan bahwa Allah akan menolong dan melepaskan dia, dan akan mengerjakan kebaikan bagi yang berserah kepada Nya. (ay 31-37)


Daud telah berdamai dan bahkan bersukacita dalam penderitaannya. Apakah, penderitaan itu telah diselesaikan? Tidak! Belum selesai, namun berdamai dengan diri sendiri dan semua penderitaan tersebutlah yang membuat dirinya bersukacita. Lalu, sampai kapan saudara bertahan dan terlarut dalam luka, masalah dan penderitaan ini? Mari, manfaatkan momen ini dan berdamailah dengan dirimu sendiri.





[1] Social distance atau social distancing adalah masyarakat diminta untuk menghindari hadir di pertemuan besar atau kerumunan orang. Jika Anda harus berada di sekitar orang, jaga jarak dengan orang lain sekitar 6 kaki (2 meter). Baca selengkapnya di artikel "Apa Itu Social Distancing dan Karantina Diri untuk Cegah Corona", https://tirto.id/eFr9 ini …….

Komentar