Ingat dan Teruslah Berharap pada KasihNya, Sebab Dia Setia.- 2 Petrus 1:1-9


Suatu artikel pada Assoicated Press menyimpulkan hasil dari studi yang fokus pada ingatan manusia tentang suatu fakta bahwa ingatan manusia itu rapuh, tidak lengkap, lunak dan sangat mudah dipengaruhi oleh masukan orang lain. Ingatan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Bahkan dalam beberapa kasus, orang orang akan sedikit mengubah versi mereka tentang sebuah kejadian melalui setiap penceritaan ulang, sama seperti seorang pemancing yang melebih-lebihkan cerita tentang ikan yang lolos dari mata pancingnya. Namun sebuah catatan yang objektif dan sesuai fakta dapat memperbaiki ingatan yang menyimpang tersebu untuk kita terima sebagai kebenaran.

Tampaknya informasi ini memiliki kaitan dengan situasi dan latar belakang ketika penulis surat 2 Petrus 1 kepada penerimanya. Bila dalam konteks sebelumnya, penerima sedang dalam situasi penganiayaan oleh masyarakat. Maka situasi kali ini menunjukkan bahwa penerima surat ini sedang berada pada ancaman terhadap landasan iman mereka dari para guru palsu. Maka dari itu, penulis memberikan catatan kepada mereka untuk mengingat kebenaran yang sebenarnya;

“ Aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. ... Aku akan berusaha, supaya ... kamu selalu mengingat semuanya itu (2Petrus 1:12,15).
Dengan ingatan manusia yang rapuh, lalu ditambah dengan kebohongan-kebohongan yang terus mereka dengar. Itu membuat para penerima butuh untuk diteguhkan kembali dasarnya di dalam Kristus.

Saudara mungkin sedang mengalami hal serupa, atau juga ingatan saudara akan Kristus menjadi berubah karena masalah dan penderitaan yang saudara hadapi.

            Loh koq bisa?

Sebagai salah seorang yang mengabdikan diri sebagai pelayan Tuhan, saya sering mempertanyakan hal-hal seperti; koq firman ini sama seperti tahun lalu? Koq tema khotbahnya ini, mulu?. Atau, ketika saya masih duduk dibangku SMA. Keluarga kami menghadapi masalah dengan salah satu seorang pelayan Tuhan di Gereja. Alhasil, masalah itu berdampak ketika kami mendengarkan khotbahnya. Kami sering kesal dan mempertanyakan khotbah beliau yang begitu begitu saja, bahkan kami sering membahas dan mendiskusikannya bersama sepulang beribadah.

Nah, mungkin juga saudara pernah atau sedang mengalami masalah yang serupa dengan saya. Pertanyaans saya adalah; “Apa yang salah dengan itu?”Mungkinkah atau adakah hal berbeda yang dapat disampaikan oleh para pelayan Tuhan, bila pada akhrinya kita mengetahui bahwa inti dari khotbah, akan selalu berpusat pada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus!

Saat berefleksi dengan surat 2 Petrus 1, saya menyadari bahwa kebenaran dari Alkitab tentang kasihNya itu memang harus selalu diulang. Agar landasan kita tidak pernah goyah dan tetap teguh. Sebab rumah yang dibangun dengan pondasi yang kuat sekalipun membutuhkan renovasi. Terlebih ingatan manusia yang begitu rapuh, tidak lengkap, lunak dan sangat mudah dipengaruhi oleh masukan orang lain. Justru yang menjadi pertanyaan, mengapa kita tidak pernah menerima Firman itu, atau mengapa kita melupakan Firman itu ketika situasi semakin buruk? Ketika peristiwa semakin mengecam, jiwa tidak tenang dan tidak jarang hilang harapan. Alhasil, kita selalu hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan. Kita lupa akan Firman yang berulang-ulang kali disampaikan kepada kita bahwa; oleh belas KasihNya kita diperkenankan untuk menerima JanjiNya; oleh belas KasihNya kita dibantu dan dimampukan untuk menerima kemulianNya dan membagikannya kepada banyak orang.

Lalu, apa yang salah dengan Firman yang terus menerus diulang-ulang?

Kesalahannya sangatlah sederhana. Firman itu terus diulang-ulang dan disampaikan kepada kita. Namun secara berulang-ulang juga kita menolak Firman itu tumbuh dalam hidup kita. Sebaliknya, penerimaan itu dimungkinkan justru ketika kita memiliki kepentingan dan kesenangan pada Firman tersebut.

Tapi, sekalipun saudara demikian. Saya tidak ingin menyalahkan juga. Sebab menjelaskan indahnya penghiburan Allah melalui seekor kupu-kupu yang mendatangi saya ketika terpuruk juga bukanlah hal yang mudah. Mengapa? Sebab saya merasakan penghiburan dariNya melalui keindahan kupu-kupu tersebut, sementara orang lain mungkin membutuhkan momen, bentuk dan cara berbeda untuk merasakan hal serupa. Sebab itu, yang dibutuhkan oleh seseorang bukanlah fakta yang ada dikepalaNya tentang seekor kupu-kupu. Sebaliknya, setiap orang membutuhkan iman dalam hatinya untuk menyadari bahwa KasihNya selalu Dia berikan dalam bentuk dan cara apapun itu.

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau – Ayub 42:5

Hal terpenting saat kita menjadikan diri sebagai penyampai Firman adalah kesadaran bahwa bukan usaha kita, bukan pula karena kepentingan kitalah maka Firman itu disampaikan secara berulang-ulang kepada orang lain. Sebaliknya, oleh belas KasihNyalah maka Firman itu nyata dan hadir bagi orang lain yang mau merasakan dan menerima kehadiranNya. Bahkan oleh karena KasihNya pula kita disanggupkan untuk menyampaikan kepada orang lain tentang harapan, kebaikan dan kemuliaan dari padaNya. Sekalipun, hal tersebut harus kita lakukan secara berulang-ulang.  
Sebagai pesan penutup dan mengembalikan pembahasan kita disemula. Bahwa, mungkin saat ini ingatan saudara pada janji dan kebaikanNya berubah karena situasi saudara terpuruk. Atau mungkin saudara sedang kecewa pada Tuhan atas penantianmu akan janji dan pemulihan dari Allah. Maka saat yang sama pula, saya ingin mengingatkan saudara kembali bahwa;
             “Seperti mentari yang bersinar, seperti itulah kasih Bapa kepadamu. Seperti gelombang samudara, takkan pernah berhenti Bapa mengasihimu. Karena kasihNya lebih dari mentari yang tidak pernah berhenti memancarkan sinarnya. Bahkan cintaNya lebih dari samudera, yang dapat membuatmu tenggelam dalam kesetianNya.”

Komentar