JANGAN SALAH, HIDUP BERIMAN BUKANLAH HIDUP DALAM KESENGSARAAN



Salah satu ilustrasi yang pernah dan mungkin juga pernah saudara dengarkan mengenai persamaan iman dan bambu Cina. Seperti diketahui bambu cina tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 6-7 tahun pertama, mungkin hanya tumbuh beberapa puluh cm saja. Namun setelah waktu tersebut, pertumbuhan bambu cinta tidak dapat dibendung, ia tumbuh begitu cepatnya dan ukurannya bukan lagi cm melainkan meter.

Hal tersebut terjadi, bukan karena bambu cina tidak mengalami pertumbuhan selama 6-7 tahun, sebaliknya pertumbuhan tersebut berfokus pada akar. Atau dengan kata lain tumbuhan ini sedang menyiapkan pondasi yang kuat agar ia bisa menopang ketinggiannya yang berpuluh-puluh meter. Bayangkan apa yang terjadi jika pohon bambu cina tidak mempunyai akar yang cukup kuat untuk menopang ketinggiannya? Sedikit tiupan angin saja akan membuatnya tumbang.

Demikianlah, ilustrasi ini menjelaskan tentang pembangunan iman seseorang dalam proses kehidupan. Ia ditempah untuk membentuk akar dan pondasi yang kuat. Sehingga, dikala kesengsaraan datang, orang-orang beriman tidak akan jatuh dan imannya tidak akan patah.

Tapi pemahaman ini akan menjadi berbeda saat seseorang keterikatan bersama kesengsaraan. Atau dengan kata lain, pilihan untuk hidup sebagai seorang Kristen adalah pilihan hidup untuk menderita. Alhasil, tidak mengherankan bila akhirnya beberapa filsuf memandang Agama hanya sebagai obat penenang, bahkan alat para kapitalis untuk membungkam kalangan buruh yang terus menerus mengalami penindasan. Lebih daripada itu, pemahaman tersebut hanya akan membuat orang-orang beriman menjadi pelaku iman yang pesimis dan mudah berputus asa.

Lalu bagaimana?

Sadarilah sejatinya, saat kita memilih menjadi seorang Kristen dan hidup bersama Kristus. Saat yang sama, kita menjadi seorang yang merdeka, sebab darahNya telah menjadi penebusan bagi orang percaya untuk hidup sebagai manusia merdeka. Seperti halnya para rasul yang tetap mampu bersemangat, bersukacita dan berbahagia sekalipun kesengsaraan terus mendatanginya. Sebab kesengsaraan orang benar dengan kesengsaraan orang yang hidup dalam dosa sangatlah berbeda. Misalnya, dalam kitab Roma kita melihat perbedaan kontras antara dua kemungkinan jalan hidup. Roma 1:18-32 mencatat tentang orang-orang yang susah dan takut karena tidak mau hidup untuk Allah. Hidup mereka sarat dengan masalah dan kekacauan. Namun dalam Roma 5:1-11, kita melihat apa yang terjadi tatkala seseorang mempercayai Kristus. "Kami merasa damai. Kami bersukacita," demikian yang kita dengar. Kita sendiri mengalami pengharapan, kasih, dan keselamatan. Benar-benar kontras!

Dengan kata lain, Paulus tidak melihat kesengsaraan (yang berarti "tekanan" dalam bahasa Yunani) sebagai sesuatu yang membuat dirinya tidak lagi merdeka. Paulus justru menganggap kesengsaraan sebagai sesuatu yang harus diterima sebagai bagian dari kehidupan seorang Kristen di dalam dunia.   

Sederhana bukan?

Jadi jangan salahkan orang lain yang memilih untuk lari dari Kekristenan, bila pada akhirnya kita yang menyebut diri sebagai orang beriman justru tidak dapat berdamai dan bersukacita atas kesengsaraan. Apa lebihnya kita dibanding orang lain, bila kesengsaraan justru menghilangkan harapan dan membuat diri putus asa?
Sekalipun jalan Gelap, langkah kita jangan terhenti. Nyalakan pelita dan teruslah berjalan. – AGM

Sebagai penutup, saya membagikan 3 sikap untuk menjadi seorang yang merdeka sekalipun kesengsaraan mendatangi hidup kita. 

Hal pertama, jadilah seorang yang rasional dalam ketidakpahamanmu melihat kesengsaraan. Sebab, setipa orang tidak harus mengerti mengapa kesengsaraan tersebut datang dan menekan dia. Sebaliknya setiap orang hanya diminta untuk mengerti bila Allah mencintainya. Jangan pernah taruh rasa curiga pada cinta yang Allah berikan dalam hidupmu.

Hal kedua, tetaplah hidup dalam pengharapan dan tujuan yang besar. Kesengsaraan hari ini tidak pernah menghancurkan usahamu untuk hidup dalam kebenaran. Sebab Allah tidak pernah meninggalkanmu dan Roh kudus telah dikaruniakan kepada setiap orang percaya untuk menghibur, menguatkan dan memampukan kita menjalani proses hidup di dunia ini.

Hal ketiga, hiduplah dalam persekutuan yang saling menguatkan dan jadilah seseorang yang menguatkan bukan menjatuhkan. Jangan menjadi 3 murid yang berbangga melihat Yesus dalam kemuliaan, lalu tertidur ketika Yesus berdoa di taman Getsemani.

Komentar