Jangan Takut, Masih Ada Harapan! - MATIUS 28:1-10




Suatu kisah tentang seekor belalang yang belajar ilmu silat dengan gurunya yang buta. Beberapa waktu lamanya si belalang telah berlatih bersama Gurunya, hingga tibalah saatnya untuk meenjalani ujiannya yang terakhir. Adapun ujian tersebut memintanya untuk berjalan diatas kayu kecil sebagai jembatan untuk melewati satu kolam kata Gurunya.

Si murid terheran-heran akan ujian tersebut, mengapa ujian terakhir hanya menjaga keseimbangan. Lalu ia pun bertanya kepada Gurunya,

            “Benarkah ini menjadi ujianku, Guru?”

Tanpa memberikan sepatah katapun, Gurunya membawa si ke kolam tempatnya akan menjalani tes tersebut. Dengan perasaan curiga, Si Belalang berjalan mengikuti Gurunya. Sesampai mereka di kolam, tempat ujian terakhir tersebut, Sang Guru berkata kepada si Belalang

“Lihat, jembatan itu lebarnya setengah meter, engkau harus melewati kolam itu dengan    jembatan yang telah disediakan. Tapi engkau, tidak boleh lupa dan gegabah. Sebab air yang ada di kolam tersebut, merupakan air asam yang dapat menghancurkan tulangmu. Beberapa murid sebelumnya telah mati dan meninggalkan tulangnya di dalam kolam tersebut.”

Bila sebelumnya, Si belalang dihantui rasa curiga. Kini, perasaan takut menguasainya terlebih ketika ia melihat tulang-tulang yang ada di dalam kolam tersebut. Ia pun meminta waktu beberapa hari untuk berlatih, sebelum ujian itu diberlangsungkan.

Sang Guru, mengabulkan permintaan si Belalang untuk berlatih. Ia memberikan sebongkah kayu yang lebarnya lebih kecil dari jembatan yang ada dikolam tempat ujiannya terakhir. Si belalang berlatih keras dan mampu berjalan dengan seimbang diatas bongkahan kayu tersebut.

Setelah beberapa waktu lamanya ia berlatih, Sang Guru memintanya untuk segera melaksanakan ujian terakhir si Belalang. Masih dengan perasaan takut, Si Belalang menyetujui permintaan Gurunya. Ia pun dibawa ke tempat kolam yang menjadi ujian terakhir baginya.

Saat ia meletakkan kakinya diatas jembatan tersebut, perasaan takutnya semakin menjadi. Ia mereasa bahwa jembatan itu semakin mengecil dan sangatlah goyang. Namun, itu hanyalah pemikirannya yang dihantui rasa takut. Sebab, Sang Guru tidak pernah menggantikan jembatan tersebut. Si belalangpun menoleh kebelakang dan melihat kembali gurunya. Tetapi ia tidak mendapatkan respon apapun selain, “Jangan takut dan pergilah!”.

Ketakutan itu semakin menjadi, sebab matanya menoleh kebawah dan melihat tulang-tulang itu tampak sangat putih. Ia membayangkan, bila akhirnya dirinya gagal melewati ujian terakhirnya dan tulangnya menjadi bagian dari tumpukan tulang yang ada di kolam tersebut.

Ya seperti dugaannya, ketika ia melangkahkan kakinya lagi. Jembatan menjadi goyang, dan membuat ia kehilangan keseimbangannya. Ia berteriak dengan kencang, “Guru, tolong aku”.

Tetapi, teriakannya tidak membuahkan hasil. Guru tidak berbuat apa-apa dan iapun terjatuh kedalam kolam.

Sungguh malang nasib belalang tersebut.

Ya, sungguh malang kisahnya. Sebab belalang tersebut pintar berenang, namun berteriak seolah olah tidak mampu berenang diatas air kolam tersebut.

Ya, air kolam tersebut bukanlah air asam seperti yang disampaikan Guru sebelumnya. Tulang-tulang yang terlihat di dalam kolam juga, hanyalah bagian dari dekorasi kolam. Bukan tulang sungguhan.  Namun, si belalang telah terjatuh kedalamnya, karena rasa takut yang terus menghantui pikirannya.
Benar saja, ujian terakhir si Belalang bukanlah melewati jembatan tersebut. Ujian terakhirnya adalah melawan rasa takut yang ada dalam dirinya.

Saudaraku, berapa banyakah diantara kita yang senasib dengan belalang? Seperti halnya belalang tadi, para murid juga mengalami ketakutan serupan. Kematian Yesus dikayu salib, membuat para murid merasa takut, khawatir dan diam. Mereka melupakan ucapan-ucapan Yesus tentang kebangkitanNya.

Karena itu Galilea menjadi tempat yang menarik bagi saya dalam kisah kebangkitan ini. Seperti kita ketahui Galilea menjadi tempat pertama kali Yesus bertemu dengan murid-muridnya. Suruhan Yesus untuk mereka pergi ke Galilea menjadi seruan perziarahan kembali para murid untuk mengingatkan , menguatkan dan menumbuhkan harapan di dalam hati para murid yang ketakutkan.

Mungkin hal serupa juga disampaikan kepada kita saat ini yang merasa takut, khawatir terhadap situasi yang kita rasakan semakin buruk. Tuhan mengajak kita untuk mengingat kembali ke hari-hari sebelumnya, mengingat bagaimana kebaikan-kebaikanNya kita, dan mengingat bagaimana pertolonganNya yang tidak pernah terlambat untuk kita.

Ya, Paskah bukan hanya peristiwa tentang Yesus yang bangkit dari kematian. Tapi ini tentang, bagaimana Yesus mengingatkan kepada kita semua, bahwa dalam setiap problema yang kita hadapi saat ini, “masih ada harapan”

Masih ada harapan, di dalam Yesus. Masih ada, tangan yang luar biasa untuk menolong kita. Masih ada sentuhan kehangatan dari Yesus untuk kita. Karena itu, bersukacitalah. Sebab, perasaan takut dan khawatir hanya akan memperburuk keadaan.

Bahkan, lebih daripada itu. Sadarilah, bahwa sukacita itu menular. Hal ini saya dapatkan ketika membuat lomba foto keluarga dan video bernyanyi anak-anak sekolah minggu. Para orang tua mengupload foto dan video anak-anaknya. Saudara tau? Sukacita yang terlihat dalam foto dan video tersebut ternyata membuat beberapa grup di media sosial tempat saya berbagi menjadi sukacita.
Benar, bahwa foto dan video itu tidak menyelesaikan apapun. Namun, foto dan video tersebut menjadi bentuk sederhana penghiburan dari Allah yang datang dan hadir dalam sukacita anak-anak kepada kita.

Lalu, mengapa engkau masih takut? Belajarlah dari iman anak-anak yang bersukacita dan meyakini hidupnya kepada BapaNya. Mereka percaya, bahwa BapaNya tidak akan pernah meninggalkan mereka. Mereka percaya, bahwa BapaNya sanggup dan mampu membantunya untuk melewati kesusahannya. Mereka percaya, bahwa pengharapan yang BapaNya tumbuhkan di hati para murid-murid dan perempuan-perempuan yang berziarah, juga dilakukan dalam hidup mereka.

“Masih ada harapan”
El-Shaddai

Tak usah kutakut
Allah menjagaku
tak usah kubimbang
Yesus p'liharaku

Dia memberkatiku
Tak usah kususah
Roh Kudus hiburku
Dia Besar
Tak usah kucemas
El Shaddai
Allah Maha Kuasa
El Shaddai mulia

Komentar