Aku adalah Aku - "YESUS" Part 2


Perdebatan-perdebatan yang terjadi dalam berbagai konsili-konsili tidak pernah lepas dari pembahasan mengenai Yesus. Ada banyak rumusan-rumusan yang diungkapkan mengenai Dia dalam konsili konsili masa lalu. Ada yang melihat-Nya sebagai satu esensi dengan Bapa, ada pula yang melihatnya sebagai salah satu Ciptaan Allah, yang menyerupai Allah walaupu tidak sama. Sampai pada akhirnya berujung pada rumusan yang menyatakan keutuhannya sebagai manusia dan begitu juga keutuhan sebagai Allah.

Pergesaran-pergeseran ini memberikan pelajaran kepada kita tentang Dia yang bebas dan dinamis. Penyataan dirinya kepada setiap orang berbeda-beda. Tidak ada satu pengalaman iman apapun yang membatasi Dia. Sehingga tidak ada pula satu rumusan yang bisa mewakili Dia yang bebas dan Dinamis. Perumusan-perumusan tentang Dia hanya membatasi sifatnya yang bebas dan dinamis. Bahkan, seperti yang kita ketahui pula, rumusan-rumusan hanya membuat perbedaa-perbedaan yang berujung pada tindakan yang radikal. Tidak heran, masa itu banyak orang yang mati dikarenakan pengalaman imanya.

Sedang zaman kita saat ini adalah zaman skeptisme. Misalnya, masyarakat saat ini akan terpesona pada The Da Vinci Code karena novel ini memperlakukan dengan kasar kepastia-kepastian atau kepastian-kepastian yang diandaikan tentang masa lalu dan menawarkan sebuah cerita yang lebih membangkitkan minat. Penyingkapan mengenai apa yang sesungguhnya telah terjadi pada masa lampau tidaklah menarik minat. Penyingkapan itu bisa benar dan bisa juga salah, tetapi minimal tidak diperbudak untuk mengikuti otoritas yang tidak bisa salah, baik religious maupun sekuler The Da Vinci Code dialami sebagai sesuatu yang membebaskan imajinasi untuk memahami sekia banyak kemungkinan-kemungkinan lain. Novel ini membebaskan pikiran dan apa yang dianggap sebagai kekangan kepastian-kepastian dan dogma-dogma yang dipaksakan.

Sehingga karena pemikiran yang demikian, Kristologipun terus berkembang dan berubah. Rumusan-rumusan konsili hanya dianggap sebagai sesuatu yang mengikat. Hal itu juga, yang membuat rumusan-rumusan itu tidak dapat dihidupi oleh berbagai orang yang memiliki pengalaman iman yang berbeda. Tetapi sikap skeptisme juga tidak memberikan sebuah jawaban yang jelas untuk mereka yang menghidupi sikapnya yang skeptis. Sehingga tidak heran dalam beberapa hal kaum muda memperlakukan pemberontakan kepada kaum tua. Ataupun, hal sebalikya juga terjadi pada kaum tua yang menggap bahwa doktrin-doktrin itu benar.  Jika ini terus terjadi, maka spiritualitas tidak akan pernah ada dalam hidup kita saat ini.

Maka dari itu, pengalaman masa lalu dan sekarang mengajarkan kepada kita bahwa Yesus itu bebas dan dinamis. Dia tidak terbatas oleh sebuah rumusan, dia juga tidak terjelaskan oleh berbagai macam kalimat apapun. Karena Yesus bukanlah objek. Kita tidak dapat memasukkan Yesus sebagai satu dari objek-objek di dunia ini, bahwa tidak bisa juga disebut sebagai yang terbesar dari semua objek atau benda di dunia ini. Yesus bukanlah sebuah rumusan disamping rumusan-rumusan yang lain, bukan pula sebagai pengada di antara pengada yang lain. Yesus, bahkan juga bukan pengada tidak kelihatan atau sebuah benda tersembunyi. Inilah mengapa Yesus tidak dapat menjadi objek rumusan.

Kita semua mengalami Dia. Semakin kita mencoba untuk mengerti siapa dan apa kita ini, kita semakin menatap apa yag tidak dikenal da tidak dapat dikenalan. Kita tidak dapat melihat atau mendengarnya. Kita tidak dapat mencium baunya, merasakannya, atau juga menyentuhya. Kita mengenalinya dari buah-buahnya, dari manifestasi-manifestasinya. Tanggapan yang pas terhadap diri Yesus adalah kekaguman. Kita melihat bagaimana anak-anak dibuat takjub oleh keajaiban yang mereka lihat. Kekaguman adalah sebuah bentuk kesadaran tanpa kata atau gambaran atau pengetahuan. Ketika kita mengenali Yesus sebagai yang bebas dan dinamis, tanggapan spontan kita adalah kagum dan takjub.


Komentar