Pendahuluan
Tulisan ini
merupakan jawaban dari rasa penasaran penulis akan sosok Melkisedek
(selanjutnya disingkat ME). Dengan melihat sosok ini dalam Kej. 14:17-24. Tetapi tulisan ini tidak
berhenti pada hal itu saja. Sebab setelah mengetahui sosok ME, fokus akan
berubah kepada sosok Abraham[1]
dan sikapnya terhadap raja-raja yang ia temui saat itu. Sikap itu jugalah yang
nantinya akan menjadi bahan refleksi yang kemudian berbicara kepada kehidupan
masyarakat karo (termasuk penulis). Adapun tulisan ini akan diawali dengan
menjawab pertanyaan (1) Siapa itu ME?, setelah itu dilanjutkan kepada (2) Tafsir Teks Kejadian
14:17-24, terakhir, (3) Teks Kejadian 14:17-24 dan Kehidupan Masyarakat Karo
Masa Kini.
1.
Siapa itu
ME?
Dalam Kitab
Kejadian nama ini disebutkan sebagai seorang raja Salem dan juga seorang imam
Allah Yang Mahatinggi. Menarik ketika ditelusuri dalam teks, sosok ini
tiba-tiba saja muncul setelah Abraham kembali mengalahkan Kedorlaomer dengan
membawa roti dan anggur kemudian memberikan berkat dan menghilang. Pada
Perjanjian Baru yakni Kitab Ibrani, nama ini dimunculkan sebanyak sembilan
kali. Adapun nama ini digambarkan sebagai seorang raja Salem dan imam Allah
Yang Mahatinggi, sama seperti yang diungkapkan dalam kitab Kejadian. Tetapi,
jika ditelusuri lebih lanjut, ada hal-hal tambahan yang dilukiskan penulis
Ibrani tentang identitas dari ME, yakni; Ia digambarkan sebagai pertama-tama
raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu damai sejahtera. Ia tidak berbapa,
tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak
berkesudahan, ia dijadikan sama dengan Anak Allah, dan ia menjadi imam sampai
selama-lamanya (lih. Ibr 7:2-3).
Bukan hanya dalam
Alkitab, beberapa peneliti juga memberikan waktunya untuk meneliti sosok ini
diluar teks Alkitab. Sosok ini dianggap sebagai figur raja-imam yang ideal dan
malah dalam teks-teks Laut Mati (Dead Sea Scrolss)[2] ia
diberi predikat sebagai hakim surgawi, a
havenly judge.
Beberapa teolog seperti
Emanuel Gerrit Singgih juga memberikan informasi penting mengenai tokoh ini.
Menurutnya, selain perannya yang adalah Raja di dalam teks, ME juga imam dari
El Elyon dan jabatan-rangkap tampaknya merupakan hal yang agak biasa di Asia
Barat Daya Kuno kala itu.[3] Sedang
Walter Lempp, melihat tokoh ini berdasarkan nama, menurutnya nama bukanlah
hanya omong kosong, melainkan intisari dan ciri seluruh kehidupan dan tingkah
laku dari tokoh tersebut, untuk itu ME yang diakhiri dengan kata zedeq yang berati keadilan atau
kebenaran disebut Lempp, sebagai raja yang melaksanakan keadilan. Tak hanya
berhenti disitu, melihat dari nama kota yang diperintah oleh ME, maka
menurutnya ME adalah seorang raja yang mempergunakan kuasanya bukan untuk
menguasai dan menjajah rakyatnya dan bangsa-bangsa lain, melainkan untuk
menegakkan keselamatan dan keadilan (kebenaran) untuk rakyatnya.[4]
Baiklah kiranya
untuk kita meyakini setiap informasi-informasi mengenai tokoh ini. Namun baik
juga kiranya kita melihat tokoh ini dengan beberapa hal seperti konteks masa
tersebut dan tak terkecuali ideologi yang berkembang pada masa-masa tersebut. Adapun
konteks masa tersebut, dapat diambil dari pandangan Singgih yang telah
disinggung sebelumnya mengungkapkan bahwa Raja yang merangkap jadi imam tampaknya
memang hal yang biasa pada masa itu. Kelihatannya juga didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Daniel
Snell bahwa, para pejabat kerajaan ternyata sering kali, erat dihubungkan
dengan pejabat keagamaan, dan kadang-kadang mereka benar-benar sebagai pejabat
keagamaan[5].
Kita juga bisa melihat Daud yang hidup di zaman yang kemudian, kelihatanya Daud
juga rangkap jabatan (lih. 1.Taw 15:27). Daud memakai baju efod yakni baju yang
serupa dengan imam (lih.Kel. 28:4).
Kemudian ideologi
mengenai raja yang berkembang di masa tersebut menurut Snell, raja dinyatakan sebagai
seorang dewa, dan semua kesuburan serta keberhasilan berasal dari dia.
Berdasarkan hal tersebut, adalah kemungkinan bahwa ME bukan hanya seorang raja
yang merangkap sebagai imam. Mengingat penelitian dari David F. Hinson yang
juga menyatakan bahwa di Mesopotamia setiap kota mempunya dewanya
sendiri-sendiri[6].
Sehingga jika, Salem memanglah sebuah
tempat maka tidak menutup kemungkinan, bahwa ME merupakan sesembahan (dewa?).
2.
Tafsir
Teks Kejadian 14:17-24
Pada awal ayat
ini, penulis kelihatanya ingin menunjukan kepada kita tentang suasana yang
mengharukan dan sangat menggembirakan dari raja Sodom. Sebab, sebelumnya raja
Sodom harus takluk oleh Kedorlaomer dan diceritakan pula pemberontakan yang
dilakukan olehnya juga tidak memberikan hasil. Malahan mereka harus menerima
kekalahan dan semua barang-barangnya dirampas oleh Kedorlaomer. (lih. Kej
14:4-11). Tidak heran, apabila Abraham dilukiskan sebagai pemimpin terhormat, setingkat dengan raja Palestina (Kej. 14 dan
21:22-34).[7]
Kemudian di ayat
selanjutnya tokoh misterius ME dimunculkan oleh narator dengan membawa roti dan
anggur. Sangatlah menarik untuk mencari tahu, maksud dari roti dan anggur yang
dibawakan oleh ME tersebut. Dalam tradisi masa itu, roti dan anggur adalah
makanan-pesta atau makanan raja. Selain itu, roti dan anggur adalah hasil yang
terlebih indah dan berharga daripada usaha pertanian dan perkebunan. Keduanya
sering dipersembahkan sebagai kurban, baik didalam agama Kanaan, maupun dalam
kebaktian Israel.[8]
Sangatlah istimewa, hal yang dilakukan oleh ME. Tidak heran, Singgih
menafsirkan hal ini sebagai bentuk dari sikap ME yang ingn menjalin hubungan
baik dengan Abraham, karena kemenangan yang diperloh Abraham membuatnya sangat
terkesan.[9]
Penemuan lukisan
mosaik dari kota Ur, memperlihatkan seorang raja dan para tamunya dalam suatu
pesta perjamuan kemenangan dengan orang-orang yang membawa makanan, hewan dan
berbagai barang jarahan dari musuh yang dikalahkan. Tampaknya penemuan ini
memberikan gambaran kepada kita bahwa Abraham sudah terbiasa dengan hal itu,
sebab Ia sempat tinggal di Ur-Kasdim, (lih. Kej. 11:31).
Ayat 19-20: Pemberian-berkat
adalah tugas seorang imam (Im 9:22-23; Bil 6:22-27), sehingga wajarlah
pemberkatan yang dilakukan oleh ME kepada Abraham, mengingat peran dari ME yang
saat itu adalah Imam El-Elyon. Beberapa peneliti seperti, Gard Granerod mencoba
membahas pemberkatan yang dilakukan oleh ME. Menurutnya ME mengucapkan dua kali
pemberkatan, pertama untuk Abraham dan kedua untuk El-Elyon.[10]
Namun, tulisan tidak begitu ingin mendalaminya, sebab tulisan ini lebih melihat
sikap Abraham saat diberkati oleh ME.
Abraham tampaknya
memang terlihat menerima, dan menghormati pemberkatan yang dilakukan oleh
Abraham, sekalipun ME, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bukanlah orang
yang mempercayai Allah yang sama seperti yang dipercayai oleh Abraham.
Kemudian, kita juga harus memahami sisi menarik dari kehidupan Bapa Leluhur
masa itu yakni, menurut David. F. Hinson, Abraham belum mengetahui tentang nama
Yahwe. Para Bapa Leluhur Israel menurut Hinson, menggunakan nama El (atau dalam bentuknya jamaknya:
Elohim) sebagai suatu bentuk rasa
hormat bilamana mereka berbicara tentang Allah.[11] Apabila
kita kembali kepada teks yang akan kita tafsir yakni Kejadian 14:17-24, maka
penggunaan nama El ini juga terlihat,
yakni pada ay.22 El-Elyon. Jika demikian, mungkinkah Abraham menyembah
Allah yang berbeda dengan orang Israel ? Nampaknya tidak, menurut Hinson,
Allah Abraham dan Allah Israel adalah Allah yang sama dan satu. Sedang, yang
tertulis dalam kitab Keluaran 6:2, menurut Hinson, penulis nampaknya tidak mengetahui
hal ini, ia menempatkan nama Allah yang sama pada mulut Abraham, seolah-olah
Abraham sendirilah yang mengatakannya, atau ia menggunakan nama itu dalam
ceritanya mengenai penyataan Allah kepada Abraham. Walaupun demikian penulis
tetap benar saat ia menyamakan Allah Abraham dan Allah Israel.
Selain tidak
menolak, narator juga memperlihatkan kepada kita, tentang sikap Abraham yang
memberikan sepersepuluh dari bagiannya kepada ME, usai pemberkataan yang
dilakukan oleh ME. Konsep persembahan ini, tampaknya seperti konsep pemberian
persepuluhan pada imam-imam yang dituliskan dalam kitab Imamat. Namun, ini
memang bukanlah menjadi maslaah utama, sebab menurut Robert B. Coote dan Marry
P. Coote, para imam dan kepala suku memanglah mempromosikan kultus El di bawah
kemasyhuran Yahweh.[12]
Marilah kita
melihat hal yang tersembunyi dalam pemberian Abraham tersebut. ME, kelihatanya
bisa disamakan dengan manusia yang memproyeksikan seorang dewa ke atas dan
melalui rite-rite (ibadah) mencoba untuk mengatur dewanya guna mendapat
pelayanan dari orang lain[13].
Sehingga kita mendapatkan jawaban, bahwa tampaknya ME memang bukanlah
sesembahan seperti yang dituliskan kita perkirakan di atas. (Lalu, mengapa dalam Ibrani, Yesus
dinyatakan sebagai imam menurut aturan ME? Tampaknya tulisan ini terbatas
pembahsannya dan tidak membahas pada hal itu).Abraham, juga tampaknya
menyadari hal ini dengan memberikan kepada ME sepersepuluh dari hartanya. Pertimbangan
ini didasari oleh bapa leluhur yang tidak memahami hubungan atau pengalaman
secara kosmis. Bapa Leluhur dahulu memahami Allah dengan pengalaman leluhur
mereka dalam iman akan Allah yang menyapa mereka secara sangat pribadi.[14]
Ayat 21-24: Menarik
sekali, setelah adegan ritus yang dilakukan oleh ME, Narator memasukan kembali
cerita mengenai Abraham dan raja Sodom. Sedang nama ME, tidak lagi disinggung
dan disebutkan sama sekali. Mengenai hal ini, tulisan ini meminjam (lagi!)
tafsiran Singgih. Menurutnya, Raja sodom melihat bagaimana ME memperoleh
sepersepuluh dari harta rampasan, dan karena itupula Raja sodom juga ingin
mendapatkan harta rampasan tersebut. Menurut Singgih, raja Sodom menggunakan
siasat yang mempersilahkan Abraham mengambil harta rampasannya, namun
orang-orangnya diminta raja Sodom untuk dikembalikan. Karena siasat itu
diketahui, maka Abraham menjadi tersinggung dan menolak mengambil kembali harta
itu.[15]
Sedang Lempp,
melihat raja Sodom, sebagai sosok yang tidak mengenal dan tidak mengakui
kuasa-Allah yang ada dibelakang jasa-baik Abraham. Ia tawar menawar dengan
Abraham dan menuntut haknya atas golongan tawanan perang yang dibebaskan
Abraham. Menurut Lempp, barangkali didalam tuntutan atas manusia itu terdapat
dakwaan tersembunyi, bahwa Abraham merampas orang bekas warga-negara Sodom
dengan tidak sah. Tampaknya penawaran itu lebih bersifat umpan, bagi Abraham.
Umpan dalam arti, dengan diterimanya harta benda itu, maka Abraham berutang
(uang, jasa, budi) kepadanya.[16]
Tampaknya, kedua
penafsir ini memiliki pemikiran yang sama mengenai siasat dari Raja Sodom dan sepertinya
tulisan ini juga sepaham dengan pandangan tersebut. Abraham memang terlihat
tersinggung atas tawar-menawar yang dilakukan oleh raja Sodom dan wajarlah
sikap yang diambil oleh Abraham demikian.
3.
Teks
Kejadian 14:17-24 dan Kehidupan Masyarakat Karo Masa Kini
Sosok Abraham
dalam narasi tersebut, terlihat sangat hormat kepada tradisi dan kultus disekitarnya.
Menarik, di ayat 24 diceritakan kepada kita bahwa Abraham tidak sendiri saat
berperang dengan Kedorlaomer, ia bersama dengan orang-orang Aner, Eskol dan
Mamre. Tampaknya narasi ini mengingatkan, sosok Pahlwan Karo yang tidak banyak
dibicarakan saat ini yakni Kiras Bangun. Padahal yang dilakukan oleh Abraham
dengan yang dilakukan oleh Kiras Bangun, tidaklah jauh berbeda. Kiras Bangun juga
menggalang kekuatan lintas agama di Sumatera Utara dan Aceh yang kemudian
disebut pasukan Urung untuk melawan Belanda di tanah Karo.[17]
Kemudian,
tampaknya teks ini juga bukan hanya mengingatkan sosok Kiras Bangun. Ada hal
menarik lagi yang saya ambil dari H.H. Rowley. Menurut Rowley,
“Bapa leluhur tidak beribadat bersama-sama
dengan orang-orang asli Kanaan, Terkecuali, sewaktu Abraham kembali, setelah
melepaskan Lot dari tangan Raja Kedorlaomer, dia datang ke Salem dan karena
itulah ME memberkati Abraham. ME menjabat/melayani sebagai imam El-Elyon, maka
kemungkinan besar bahwa El-Elyon disamakan dengan ilah Sedek atau Salem.
Mungkin Abraham pergi menghadap kepada kuil tempat ME menjabat/melayani,
walaupun hal itu tidak disebut dalam riwayat Kejadian 14”.[18]
Hal ini, tampaknya
juga dihidupi oleh orang Karo sampai saat ini, misalnya dalam acara pernikahan
Masyarakat karo. Pernikahan masyarakat karo umumnya akan dilaksanakan dua kali,
pernikahan dalam adat dan gereja. Kedua pernikahan ini, wajib hukumnya untuk dilaksanakan.
Menariknya, sosok ME tampaknya terlihat dalam diri seorang Kalimbubu[19],
Ia mendapatkan persembahan dan memberikan berkat kepada kedua orang yang menikah.
Sangatlah menarik,
teks yang sudah hidup sejak dahulu berusaha mengingatkan kepada kehidupan
masyarakat karo saat ini, tentang pengajaran akan kehidupan yang menghormati
budaya ataupun agama yang baru. Tak hanya itu, Kiras Bangun dan Abraham juga
memperlihatkan tentang adanya kekuatan saat keharmonisan dan keseimbangan
lintas budaya dan agama dihidupi.
Penutup "Pemahaman Yang Belum Berhenti"
Seorang Guru yang mengajari saya dalam melihat teks Alkitab, pernah mengungkapkan bahwa “Pengalaman tidak bisa merubah realitas sebanarnya yang terjadi dalam teks, karena dalam pengalaman ada pemaknaan dan pemaknaan bisa berbeda antara yang satu dengan yang lain.” Tak berhenti sampai disitu seorang murid yang sangat pintar kala itu juga memberikan respon, “Dengan pemaknaan yang baru, seseorang dapat melihat teks dengan baru pula”. Tampaknya ini pula yang ingin disampaikan. Pengalaman seseorang dalam melihat sosok ME bisa sama, namun tak sedikit pula yang berbeda dan pemaknaan yang baru juga bisa mengubah sosok ME dengan hal yang mungkin tidak pernah dibayangkan sama sekali. Teks selalu berbicara, karena teks hidup. Teks tidak pernah berhenti menghasilkan pemaknaan yang baru, baik kepada orang yang satu dengan orang yang lain. Membiarkan teks berbicara, sama halnya memberikan kehidupan yang penuh pula pada teks. Mungkin realitasnya, Abraham ataupun ME tidak seperti yang dituliskan dalam tulisan ini. Bahkan Abraham juga tidak mengenal masyarakat Karo. Tapi, masyarakat karo dengan pola pikirnya dan pengalamannya membaca teks memberikan pemaknaan baru. Sehingga teks tersebut berbicara dan memberikan pengajaran yang baru kepada Masyarakat Karo tentang hidup yang tenggang rasa.
[1] Dalam Kejadian 14:17-24, nama yang dipakai memang Abram, tetapi karena
alasan praktis, saya menggunakan nama Abraham saja.
[2] Gruenwald, ithamar, “Melchizedek”, Encylopedia
Judaica, Volume 14, MEL-NAS, Skolinik, Fred (gen.ed), (Thomson Gale,
Framington Hills, MI, USA, 2004),h.11
[3] Singgih, Emanuel Gerrit, Dua
Konteks, (Jakarta : Gunung Mulia,
2012), h.181
[4] Lempp, Walter, Tafsiran Alkitab
Kedjadian 12:4-25:18, (Jakarta : BPK, 1969), h.100
[5] Snell, Daniel C., Kehidupan di
Timur Tengah Kuno, terj: Bambang Subandrjo (Jakarta: Gunung Mulia), h. 74
[6] Hinson, David F., Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, terj: M.Th. Mawene (Jakarta Gunung Mulia), h. 47
[7] Barth, Christoph dan Barth-Frommel, Marie –Claire, Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta :
Gunung Mulia, 2008), h. 68
[8] Lempp, Ibid. h. 101
[9] Singgih, Emanuel Gerrit, Ibid., h.180
[10] Granerod, Gard, Abraham and
Melchizedek : scribal activity of Second Temple times in Genesis 14 and Psalm
110, De-Gruyter, 2010, h. 163-165
[11] Hinson, Ibid., h. 48
[12] Coote, Robert B. & Coote, Marry P.,Kuasa, Politik dan Proses Pembuatan Alkitab terj: Minda
Perangin-nangin (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), h.30
[13] Charpentier, Etienne, Bagaimana Membaca Perjanjian Lama, terj: Debora
Malik, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1989), h.23
[14] Pr., St. Darmawijaya, Jiwa & Semangat Perjanjian Lama 1 “Iman
Leluhur’, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h.27
[15] Singgih, Ibid. 183-184
[16] Lempp, Ibid.,h.105
[17] Bangun, Berontak, dkk, Kiras
Bangun (Garamata), pahlawan nasional dari Tanah Karo, (Jakarta:Kesaint
Blanc, 2008).
[18] Rowley, H.H., Ibadat Israel Kuno
, terj: Dr. I. J. Cairns, (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), h.12
[19] Dalam masyarakat Karo dipahami ada orang yang menjadi kalimbubu. Sosok
ini dipahami sebagai Dibata Siidah “Tuhan
yang Kelihatan”.
Komentar
Posting Komentar