ALLAH YANG MENUMBUHKAN - YESAYA 30:23-24


Penyesalan itu selalu datang di akhir dan terlambat, kalau di awal namanya pendaftaran” menjadi kalimat yang tak asing bagi kita. Lebih dari sekedar humor, kalimat itu setidaknya membawa kita pada sebuah perenungan batin yang mendalam yakni tentang penyesalan. Mari kita mulai dari pertanyaan sederhana: Apa itu menyesal? 

Banyak peristiwa keseharian yang kita alami dapat menjawab pertanyaan sederhana itu. Misalnya ketika seorang mahasiswa sering bolos dan lebih memilih titip absen pada masa perkuliahan, hingga berdampak pada nilai ujiannya yang tidak maksimal. Atau pun seorang pemimpin yang salah dalam mengambil keputusan sehingga berdampak pada seluruh elemen yang dipimpinnya. 

Dari kedua peristiwa tersebut, kita bisa sepakat bahwa keduanya memunculkan sebuah penyesalan. Akan ada sebuah masa di mana mahasiswa tersebut menyesal karena ia sering bolos dan lebih memilih titip absen dibandingkan belajar. Ataupun penyesalan seorang pemimpin karena telah memilih sebuah keputusan yang salah.

Hal tersebut membawa sebuah pengertian bahwa penyesalan muncul setelah kita memilih dan kemudian menjalankan suatu keputusan. Kata ‘telah’ digunakan untuk menyatakan perbuatan atau keadaan yang lampau. Sehingga, secara tak langsung, kata ‘setelah’ sebenarnya sudah memperkuat tesis bahwa tidak mungkin penyesalan datang pada pada awal peristiwa. Ia selalu datang terlambat, mengandung hal yang negatif (maksudnya mengandung perasaan tidak senang dan kecewa) serta tidak kita harapkan untuk terjadi. 

Lantas, apa yang membedakan penyesalan dan pertobatan?

Hal esensial yang membedakan penyesalan dan pertobatan yakni adanya perbaikan. Pertobatan selalu mengandaikan perbaikan diri, namun tidak dengan penyesalan. Penyesalan bisa diikuti dengan pertobatan, tetapi penyesalan itu sendiri bukanlah pertobatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan jelas menerangkan bahwa bertobat merupakan sikap menyesal dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang salah dan sebagainya)

Adapun tema tentang penyesalan dan pertobatan ini menjadi penting bagi refleksi kita yang diambil dari Yesaya 30:23-24, sebagai bagian Nubuatan nabi Yesaya kepada Bangsa Israel di pembuangan. Bangsa Israel akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan, Allah akan memberkati pekerjaan mereka, baik pertanian dan peternakan.  ay.23. Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah.  ay.24. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas; sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak. Tapi seperti kita ketahui, bahwa hal ini dimungkinkan apabila bangsa ini mengalami pertobatan yang sungguh dengan belajar dari penderitaan-penderitaan yang selama ini mereka alami, juga anugerah dari Tuhan yang senantiasa bagi mereka yang bertobat. Jadi bukan hanya semerta-merta karena pertobatan saja, tetapi juga anugerah dari Tuhan yang penuh belas kasih.

Hal kedua yang dapat kita pahami pula dalam bahan refleksi kita minggu ini adalah bahwa dalam banyak hal, Tuhan bisa memberikan kita pengajaran untuk menggantungkan hidup kepada Tuhan, termasuk dalam sebuah penderitaan.

Seperti yang kita lihat dalam banyak kisah yang dituliskan dalam kitab Nabi Yesaya, penderitaan yang mereka alami akhirnya tidak saja menyatakan hukuman dari Allah yang kudus, tetapi juga pengajaran dan pembongkaran akan kesia-siaan yang selama ini mereka praktikan dengan berharap kepada sumber lain selain Allah. Atau dengan kata lain, penderitaan ini bertujuan untuk mengajarkan kebenaran, bukan menghancurkan umat Allah. Seumpama guru yang baik, Allahpun tidak bersukacita karena umatNya menderita hukuman, karena itu dalam banyak pesan nabi Yesaya kepada bangsa Israel terlihat bagaimana Tuhan menanti-nanti munculnya keinsyafan yang membawa mereka kepada pertobatab. Oleh karena itu, Dia tetap mendampingi umatnya (ayat 20-21).

Demikianlah, keseluruhan dari bahan refleksi ini. Untuk menutupnya saya akan membagikan sebuah kisah tentang Pohon Terkenal.

Jadi, dii California Selatan ada sebatang pohon yang terkenal di seluruh Amerika. Sepanjang tahun pohon itu dikunjungi ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Bentuk pohon itu sama sekali tidak sedap dipandang mata. Tingginya kurang dari 2 meter dengan batang agak pipih & melintir. Hanya sebagian cabang ditumbuhi daun, sedang bagian lainnya gundul. Pohon itu menjadi terkenal karena tumbuh di atas batu granit yang keras. Tingginya sekitar 100 mtr di atas permukaan laut, menghadang langsung Samudera Pasifik yang anginnya keras  mendera. Tidak ada pohon lain yang tumbuh di sekitarnya, kecuali pohon itu. Rupanya beberapa tahun lalu sebutir biji pohon terbawa angin, dan jatuh di celah batu granit yang ada tanahnya. Benih itu kemudian tumbuh, tetapi setiap kali batang muncul keluar, langsung hancur diterpa angin Pacifik yang kencang. Terkadang pohon itu tumbuh agak besar, tapi badai kembali memporakporandakan nya. Sekalipun demikian, akarnya terus tumbuh menghunjam ke bawah mencapai tanah melewati poros-poros batu granit sambil menghisap mineral-mineral di sekitarnya. Sementara itu batangnya tumbuh terus setelah berkali-kali dihancurkan angin kencang, makin lama makin kokoh dan liat sampai akhirnya cukup kuat menahan terpaan badai, sekalipun bentuknya tidak karuan. Oleh orang Amerika, pohon tersebut dianggap sebagai simbol ketegaran karena seakan-akan memberi pelajaran kepada umat manusia untuk tetap tabah dan gigih dalam menghadapi berbagai cobaan dan gelombang kehidupan.

Demikianlah, bahwa sering kali karena penderitaan lah kita didekatkan kepada Tuhan, penderitaan memberitahukan kepada kita betapa kita ini lemah dan butuh bersandar kepada Tuhan dan bukan kepada diri kita sendiri.

Pergumulan hidup yang seperti apakah yang saat ini saudara hadapi? Bagaimana saudara menghadapi pergumulan itu? Mari jangan melulu mempertanyakan kemahakuasaan Allah, tapi cobala untuk memurnikan dan mendewasakan diri dalam penderitaan itu. Sebab bila kita selalu menghabiskan waktu dengan mempertanyakan kemahakuasaan Allah, dan ingin Allah segera menolong kita keluar dari pergumulan hidup kita, maka kita tidak akan pernah menjadi murni dan dewasa secara rohani.

Marilah kita mulai membuka diri kepada Tuhan, membiarkan Tuhan yang menelanjangi hidup rohani kita, pengetahuan dan pemahaman kita yang terbatas. Biarkan Tuhan yang menyatakan Diri-Nya secara pribadi kepada saudara, sehingga saudara juga dapat mengenal-Nya secara pribadi. Sampai akhirnya kita dapat benar-benar menjadi Pohon terkenal itu juga, jadi berbahagialah karena Tuhanlah yang menjadi pendamping dan juga membantu kita dalam proses pertumbuhan menjadi sama dengan pohon itu juga. Amin.

Komentar