BERTUMBUH DAN BERBUAH / 2 PETRUS 1:3-8


Berakar, bertumbuh dan berbuah merupakan istilah yang sering kita kenal dalam dunia tumbuhan. Satu benih yang ditanam memulai hidup dengan berakar,  dan proses hidup semakin terlihat ketika benih itu terus mengalami pertumbuhan dan akhirnya memperlihatkan hasil dengan berbuah. Tumbuhan yang sehat adalah tumbuahan yang setiap waktu mengalami perubahan seiring dengan waktu. Tapi indikasi sehat,  tidak cukup hanya bertumbuh dan mengalami perubahan tapi juga harus menghasilkan buah yang baik. Termasuk pula dalam khotbah minggu kita saat ini;

Saudara mulai mengikut Yesus Kristus dengan beriman di dalam Dia. Setelah mengakui dosa-dosa dan mengakui bahwa saudara membutuhkan Juruselamat, Saudara memohon pengampunan dosa dari Allah. Jika Saudara mempercayai Kristus, Saudara akan menerima hadiah berupa hidup yang kekal. Karena kasih karunia-Nya, Saudara menjadi anak Allah dan dijanjikan kehidupan kekal di surga bersama-Nya.

Namun jangan berhenti sampai di situ! Tak seorang pun yang mengimani Kristus dapat membiarkan pertumbuhan dan kematangan rohaninya diawali dan dihentikan dengan hanya satu kali tindakan penyerahan diri secara rohani.

Pertumbuhan juga harus terjadi dan di mulai dari iman, yang membuat kita menerima panggilan dan pilihan Allah. Panggilan dan pilihan Allah terhadap kita mengijinkan kita untuk menerima anugerah, baik anugerah  segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (ay.3), anugerah janji yang sangat berharga dan sangat besar  (ay.4). Dari hal ini kita melihat bahwa kita sudah memiliki dasar untuk hidup dalam keterpanggilan dan keterpilihan untuk hidup dalam kesalehan, yaitu pengetahuan dan janji Tuhan.

Petrus yakin dalam pengetahuan dan janji Tuhan yang menjadi  dasar bagi jemaat untuk hidup dalam kesalehan tidak mampu menciptakan pertumbuhan tanpa usaha dari jemaat itu sendiri. Kata “dengan sungguh-sungguh”, dalam ayat 5, menuntut jemaat untuk juga berusaha menambah iman mereka. Tidak cukup hanya dengan pengakuan dan percaya pada  anugerah yang diberikan Tuhan, tetapi juga harus menambahkan pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan Yesus dari usaha mereka sendiri.

Caranya bagaimana? Bergaul dan Mengenal Allah dalam anugerah dan janji yang telah diberikan kepada mereka yang mengimaniNya. Karena itu pertanyaannya sekarang adalah Bagaimana? Bagaimana cara bergaul dan mengenal Allah?

Melansir dari tulisan Yahya Wijaya berjudul “Iman Atau Fanatisme” didapati;

Pertama, bergaul dan mengenal Allah pertama-tama berarti melibatkan Allah dalam kehidupan kita sehari-hari; dalam rencana-rencana kita, dalam memecahkan masalah-masalah kita, dalam suka dan duka kita. Keterlibatan, sekaligus pengakuan bahwa hanya Allah saja yang menentukan dan memutuskan semua hal itu. Jadi, bukan hanya pertimbangan kita sendiri yang kita pakai, melainkan juga pertimbangan-pertimbangan Allah. Sekalipun kadang-kadang pertimbangan Allah itu tidak cocok dengan pertimbangan kita.

Kedua, bergaul dengan Allah dengan pengertian melibat diri dalam urusanNya, rencana-Nya, pekerjaanNya. Misal, kalau ada orang yang jatuh miskin, barangkali kita sendiri juga tidak punya urusan. Yang punya urusan adalah Allah dan Iblis. Urusan Allah adalah agar si miskin dapat ditolong, sedang urusan Iblis adalah agar si miskin dapat menjadi semakin menderita. Kalau kita bergaul dengan iblis, kita akan senang menghina dan memojokkan si miskin. Tetapi kalau kita bergaul dengan Allah, kita akan berusaha bersama Allah mencarikan jalan keluar untuk membantunya bangkit dari hidup putus asa dan menjadi berbahagia.

Sangat sulit memang, tapi demikianlah cara untuk kita dapat bertumbuh dan berbuah. Dengan terus bergaul dengan Allah, melibatkan Dia dalam urusan-urusan kita, dan melibatkan diri dalam urusan-urusan Allah, maka sifat-sifat Allah yang baik, adil, pengasih dan pengampun itu bukan hanya tinggal sebagai pengetahuan, tapi juga membimbing dan menyertai kita untuk bertumbuh dan berkembang.

Ingatlah, David Roper dalam bukunya yang berjudul “Mazmur 23: Kidung Pujian dari Hati yang Bersuka” menulis: "Segala sesuatu yang berguna memerlukan waktu, tetapi waktu berada di pihak kita. Kita harus terus bertumbuh sepanjang sisa hidup kita. Allah benar-benar sabar. Dia tak akan pernah berputus asa terhadap kita sampai pekerjaan-Nya selesai .... Kita memang belum selesai--tetapi suatu hari kelak, tak lama lagi, Allah akan menyelesaikannya .... Dan itu sudah cukup berarti bagi saya." Sudahkah ini cukup berarti bagi Anda?

Komentar