“PERSEMBAHAN KHUSUS BAGI TUHAN” / Bilangan 15 : 17 – 21


Pasal 15 Kitab Bilangan ini banyak memaparkan tentang peratutan kurban dalam ibadah keagamaan orang Israel, yang tujuannya adalah untuk “ menyenangkan hati Tuhan”. Pertanyaannya, apakah ketika hal ini tidak dilakukan, hati Tuhan tidak senang? Tentu! Bisa saja, karena kita yang menyebut diri sebagai anak, tidak mampu berlaku kasih kepada Bapa yang memberi.

Misalnya seperti seorang tua yang berlaku kasih kepada anak dan orang lain. Kalau orang lain, tidak memberikan sikap dan rasa terima kasihnya kepada orang tua. Tentu akan mudah dilupakan ataupun tidak terlalu melukai hati lah! Tapi hal berbeda ketika anaknya yang tidak menujukkan sikap dan rasa terima kasih kepada orang tuanya. Pastilah ada rasa kekecewaan yang mendalam, apakah tidak bisa dilupakan? Tentu bisa dilupakan, bahkan selalu ada kata “maaf” dari orang tua untuk anak-anaknya. Persis seperti yang Tuhan juga lakukan bagi bangsa Israel, sekalipun bangsa Israel sering kali memberontak kepada Tuhan dan IA memberikan teguran juga hukuman bagi mereka. Tapi apakah Tuhan tidak mengasihi mereka lagi? Tidak! Tuhan tetap mengasihi mereka.

Jadi, ketika Firman ini diberikan kepada kita. Tentu ini bukanlah menjadi suatu paksakan, tapi hanyalah pengingat, tentang memberikan persembahan ke Gereja sebagai salah satu bagian dari pengucapan syukur juga. Persis seperti bangsa Israel yang terus memberikan dan mengingat Firman ini untuk dilaksanakan sampai saat ini.

Menariknya lagi, Firman ini memiliki analogy “memberikan persembahan karena telah dikasihi Allah, bukan memberikan persembahan agar dikasihi Allah!”. Bila saudara membacanya kembali, maka disebutkan,

17 Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 15:18 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu masuk ke negeri, ke mana kamu akan Kubawa,  15:19 maka apabila kamu makan roti hasil negeri  itu haruslah kamu mempersembahkan

Nah, analogy seperti ini sering dilupakan, bukan?

Makanya beberapa diantara kita sering resah mendengar khotbah mengenai persembahan; Karena analogynya “Saat kita memberikan persembahan, maka Allah akan memberkati. Padahal bukan demikian yang dituliskan dalam Firman ini, tapi sebaliknya berikanlah karena Allah telah memberkati, menyertai dan sampai saat ini kita masih bisa menikmati makanan.

Bahkan Allah tetap dan akan selalu mengasihi kita, sekalipun kita tidak memberikan persembahan. Sebab Dia selalu mengasihi anak-anaknya yang berserah dan memberikan hidupnya kepada Tuhan. Tapi, benarkah bahwa kita adalah anak-anak yang berserah dan memberikan kehidupan kita kepada Tuhan, kalau diminta untuk memberikan persembahan kepada Gereja saja, kita merasa resah?

Hal kedua yang dapat kita refleksikan dalam firman ini adalah bahwa konteks dari Bilangan 15 tidak jauh berbeda dengan Ulangan 26:1-10, dimana bangsa Israel harus mempersembahkan hasil pertama dari hasil bumi yang mereka telah kumpulkan kepada Tuhan. Persembahan ini adalah ungkapan syukur Isarel atas segala kebaikan Tuhan bagi mereka.

Nah, ketika membicarakan persembahan hasil pertama. Setiap Gereja dengan alirannya masing-masing memiliki pemahaman dan pelaksanaan yang berbeda soal ini. Ada yang melakukannya dengan melakukan potongan di awal Tahun sebagai persembahan kepada Tuhan. Ada yang mengajarkannya dengan memberikan gaji pertama mereka kepada Gereja, ketika mereka telah mendapatkan pekerjaan. Ada banyak macamnya, saya pikir kita tidak perlu terjebak dalam perdebatan-perdebatan ini;

Saudara justru saya ajak untuk mengenal pemahaman dan pelaksanaan yang dilakukan GBKP – Gereja Batak Karo Protestan yang menjadi tempat saya mengenal dan diajarkan Firman Tuhan. Yangmana dalam pemahaman dan pelaksanaanya, GBKP mewujudkannya dalam ibadah Pesta Panen/ Kerja Rani yang dilakukan sekali dalam setahun. Hasilnya 60% untuk mendukung program pelayanan di Gereja tempat yang kita berikan dan 40% disetorkan ke Kas Moderamen melalui Klasis untuk mendukung pelayanan GBKP secara Keseluruhan. Atau dengan kata lain, dalam perwujudan yang dilakukan ada bentuk saling tolong menolong dalam pelayanan atau sering disebut pula sebagai proses memperbesar ataupun memperluas kerajaan Allah.

Kiranya jelaslah bagi kita dari kedua hal yang menjadi pesan dalam firman kita minggu ini. Bahwasanya, kita diminta memberikan persembahan sebagai bentuk ucapan syukur atas apa kesempatan hidup untuk makan hari ini. Jadi bukan karena apa yang nanti Tuhan berikan, tapi karena apa yang telah Tuhan selama ini berikan. Dan bukan pula karena apa yang lebih daripada kita, tetapi kembali lagi bahwa karena kita yang masih diberikan kesempatan untuk makan sampai saat ini. Kedua, persembahan yang kita berikan kepada Gereja, khususnya kepada GBKP. Bukan digunakan untuk memperkaya pendetanya, sekali-kali janganlah berfikir demikian. Sebab kenyataannya bahwa persembahan yang saudara beripun tujuannya memperbesar atau memperluas pelayanannya.

Ingatlah, kalaupun refleksi tni hanya membuat resah dalam benak dan diri kita. Maka, berhentilah untuk memikirkannya, sebab pada akhrinya persembahan itu juga harus dilakukan dengan sukacita dan penuh ungkapan syukur. Bukan karena keresahan

Komentar