Pasal
15 Kitab Bilangan ini banyak memaparkan tentang peratutan kurban dalam ibadah
keagamaan orang Israel, yang tujuannya adalah untuk “ menyenangkan hati Tuhan”.
Pertanyaannya, apakah ketika hal ini tidak dilakukan, hati Tuhan tidak senang? Tentu!
Bisa saja, karena kita yang menyebut diri sebagai anak, tidak mampu berlaku
kasih kepada Bapa yang memberi.
Misalnya
seperti seorang tua yang berlaku kasih kepada anak dan orang lain. Kalau orang
lain, tidak memberikan sikap dan rasa terima kasihnya kepada orang tua. Tentu
akan mudah dilupakan ataupun tidak terlalu melukai hati lah! Tapi hal berbeda
ketika anaknya yang tidak menujukkan sikap dan rasa terima kasih kepada orang
tuanya. Pastilah ada rasa kekecewaan yang mendalam, apakah tidak bisa
dilupakan? Tentu bisa dilupakan, bahkan selalu ada kata “maaf” dari orang tua
untuk anak-anaknya. Persis seperti yang Tuhan juga lakukan bagi bangsa Israel,
sekalipun bangsa Israel sering kali memberontak kepada Tuhan dan IA memberikan
teguran juga hukuman bagi mereka. Tapi apakah Tuhan tidak mengasihi mereka
lagi? Tidak! Tuhan tetap mengasihi mereka.
Jadi,
ketika Firman ini diberikan kepada kita. Tentu ini bukanlah menjadi suatu
paksakan, tapi hanyalah pengingat, tentang memberikan persembahan ke Gereja
sebagai salah satu bagian dari pengucapan syukur juga. Persis seperti bangsa
Israel yang terus memberikan dan mengingat Firman ini untuk dilaksanakan sampai
saat ini.
Menariknya
lagi, Firman ini memiliki analogy “memberikan persembahan karena telah dikasihi
Allah, bukan memberikan persembahan agar dikasihi Allah!”. Bila saudara membacanya
kembali, maka disebutkan,
17 Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
15:18 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka:
Apabila kamu masuk ke negeri, ke mana kamu akan Kubawa, 15:19 maka apabila kamu makan roti hasil
negeri itu haruslah kamu mempersembahkan
Nah,
analogy seperti ini sering dilupakan, bukan?
Makanya
beberapa diantara kita sering resah mendengar khotbah mengenai persembahan; Karena
analogynya “Saat kita memberikan persembahan, maka Allah akan memberkati.
Padahal bukan demikian yang dituliskan dalam Firman ini, tapi sebaliknya
berikanlah karena Allah telah memberkati, menyertai dan sampai saat ini kita
masih bisa menikmati makanan.
Bahkan
Allah tetap dan akan selalu mengasihi kita, sekalipun kita tidak memberikan
persembahan. Sebab Dia selalu mengasihi anak-anaknya yang berserah dan
memberikan hidupnya kepada Tuhan. Tapi, benarkah bahwa kita adalah anak-anak
yang berserah dan memberikan kehidupan kita kepada Tuhan, kalau diminta untuk
memberikan persembahan kepada Gereja saja, kita merasa resah?
Hal
kedua yang dapat kita refleksikan dalam firman ini adalah bahwa konteks dari
Bilangan 15 tidak jauh berbeda dengan Ulangan 26:1-10, dimana bangsa Israel
harus mempersembahkan hasil pertama dari hasil bumi yang mereka telah kumpulkan
kepada Tuhan. Persembahan ini adalah ungkapan syukur Isarel atas segala
kebaikan Tuhan bagi mereka.
Nah,
ketika membicarakan persembahan hasil pertama. Setiap Gereja dengan alirannya
masing-masing memiliki pemahaman dan pelaksanaan yang berbeda soal ini. Ada
yang melakukannya dengan melakukan potongan di awal Tahun sebagai persembahan
kepada Tuhan. Ada yang mengajarkannya dengan memberikan gaji pertama mereka
kepada Gereja, ketika mereka telah mendapatkan pekerjaan. Ada banyak macamnya,
saya pikir kita tidak perlu terjebak dalam perdebatan-perdebatan ini;
Saudara
justru saya ajak untuk mengenal pemahaman dan pelaksanaan yang dilakukan GBKP –
Gereja Batak Karo Protestan yang menjadi tempat saya mengenal dan diajarkan Firman
Tuhan. Yangmana dalam pemahaman dan pelaksanaanya, GBKP mewujudkannya dalam
ibadah Pesta Panen/ Kerja Rani yang dilakukan sekali dalam setahun. Hasilnya
60% untuk mendukung program pelayanan di Gereja tempat yang kita berikan dan
40% disetorkan ke Kas Moderamen melalui Klasis untuk mendukung pelayanan GBKP
secara Keseluruhan. Atau dengan kata lain, dalam perwujudan yang dilakukan ada
bentuk saling tolong menolong dalam pelayanan atau sering disebut pula sebagai
proses memperbesar ataupun memperluas kerajaan Allah.
Kiranya
jelaslah bagi kita dari kedua hal yang menjadi pesan dalam firman kita minggu
ini. Bahwasanya, kita diminta memberikan persembahan sebagai bentuk ucapan
syukur atas apa kesempatan hidup untuk makan hari ini. Jadi bukan karena apa
yang nanti Tuhan berikan, tapi karena apa yang telah Tuhan selama ini berikan.
Dan bukan pula karena apa yang lebih daripada kita, tetapi kembali lagi bahwa
karena kita yang masih diberikan kesempatan untuk makan sampai saat ini. Kedua,
persembahan yang kita berikan kepada Gereja, khususnya kepada GBKP. Bukan
digunakan untuk memperkaya pendetanya, sekali-kali janganlah berfikir demikian.
Sebab kenyataannya bahwa persembahan yang saudara beripun tujuannya memperbesar
atau memperluas pelayanannya.
Ingatlah, kalaupun refleksi tni hanya membuat resah dalam benak dan diri kita. Maka, berhentilah untuk memikirkannya, sebab pada akhrinya persembahan itu juga harus dilakukan dengan sukacita dan penuh ungkapan syukur. Bukan karena keresahan
Komentar
Posting Komentar