PERPANJANGAN TANGAN TUHAN / 2 SAMUEL 9:1-13


Istilah perpanjangan Tuhan itu bukanlah sesuatu hal yang baru bagi kalangan Kristen. Menjadi Gambaran dan serupa denganNya menjadi sesuatu yang disadari oleh orang-orang Kristen sebagai jati diri dalam kehidupannya.

Rene Descartes, seorang pemikir rasionalis Perancis abad ke-17, pernah mengatakan bahwa untuk mengetahui apa yang dipikirkan seseorang, lihatlah tingkah laku mereka, bukan perkataan mereka. Mengapa kalimat ini bisa keluar? Karena banyak orang yang menunjukkan kata-kata dan perbuatan yang bertolak belakang.

Itu jugalah mengapa, terkadang tindakan jauh lebih berdampak daripada sebuah ucapan. Sebab, tidak lebih dari pemikiran Descartes, setiap orang akan lebih mudah diyakinkan dengan pembuktian dibanding sebuah ucapan. Walaupun kita sadari pula bahwa Yesus pernah mengatakan kepada Thomas; “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”

Tapi memakai perkataan Yesus ini menjadi alasan untuk kita menolak diri sebagai perpanjangan tanganNya juga tidaklah pantas. Karena itu terlepas dari kepercayaan orang lain, terlepas tentang bagaimana orang lain mengimani Tuhan. Bisakah diantara kita, orang-orang yang mengaku diri percaya kepada Tuhan, menjadi perpanjanganNya agar orang lain dipulihkan dalam hidupnya?

Sebab demikianlah kiranya pesan utama yang tampak nyata dalam 2 Samuel 9:1-13. Bahwasanya Daud menjadi perpanjangan Allah untuk memulihkan Mefisobet. Seorang keturunan Saul yang selama hidupnya justru sering menghakimi dan menghukum dirinya sendiri. Bahkan megutuki dirinya sendiri dengan menyamakan dirinya sebagai Anjing Mati.

Karena itu pemulihan yang paling dibutuhkan Mefisobet bukanlah merubah kondisi fisiknya. Sebaliknya, perlakuan Daud kepadanya mempertunjukkan bahwa diri Mefisobet begitu istimewa, tidak seperti anggapan dan penilaiannya selama ini.

Mengapa hal ini dilakukan Daud? Kata-kata pada ayat pertama dalam perikop menjelaskan bahwa perlakuan itu didasari oleh kesetiaan Daud akan janjinya kepada Yonathan. Tapi bila ditelusuri kembali pada ayat ketiga dikatakan Daud kepada Ziba pengasuh Mefisobet, "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah."

Perkataan ini sejatinya menjadi teladan untuk kita terima dalam refleksi kita saat ini. Sebuah teladan akan seseorang yang telah menerima kasih Allah dan tidak menyimpannya sendiri. Sebaliknya membagikannya tanpa dalih apapun

Jadi analoginya sangatlah jelas ditunjukkan Daud kepada Mefisobet, Bahwa Daud merasakan kesetiaan dan perbuatan Allah kepadanya telah memulihkan hidupnya dan membuat dirinya istimewa. Kemudian kasih kasih Allah yang Daud terima tersebut juga Ia tujukkan kepada Mefisobet yang selama hidupnya menghukum dan mengutuki dirinya sendiri..

Pertanyaannya sekarang, kita tidak mampu menjadi perpanjangan tangan Tuhan  itu dikarenakan hidup yang belum dipulihkan atau keegoisan kita yang hanya mau menerima tanpa ingin membagikan kasih kepada yang lain?

St.Augustinus yang hidup pada tahun 400-an di Afrika Utara, mengatakan banyak hal indah tentang siapa kita sebagai anggota, sel dan organ tubuh Kristus. Ia berkata : "Anda adalah apa yang telah Anda terima". Dengan kata-kata ini ia ingin menyatakan kepada kita bahwa ketika kita menerima Yesus sebagai Roti Hidup untuk perjalanan hidup kita, kita menjadi semakin satu dengan-Nya. Kesatuan ini melahirkan sebuah perubahan. Namun, yang harus dipahami adalah Yesus tidak berubah menjadi tubuh kita atau diri kita melainkan kitalah yang berubah menjadi Dia dengan menjadi bagian dari tubuh-Nya yang lebih hidup, aktif dan energik. Kita selanjutnya digabungkan ke dalam perpanjangan diri-Nya sendiri yang merupakan Gereja-Nya - tubuh orang-orang Kristen di dunia saat ini.

Dalam tindakan Daud, Mefisobet diingatkan tentang kasih Allah kepada dirinya. Sehingga Ia tidak perlu lagi menghukum dan menghakimi dirinya sendiri. Sedang, sebagai pembaca kita saat ini  tindakan Daud mengingatkan kita akan kasih Allah dan tindakan-Nya pada umat manusia. Tuhan Yesus datang ke dunia mencari manusia untuk diselamatkan; Daud juga berinisiatif mencari Mefiboset. Keadaan Mefiboset yang timpang kedua kakinya (ay. 13) menunjukkan keadaan manusia yang timpang karena dosa. Pengakuan Mefiboset tentang kehinaan dirinya (ay. 8) melukiskan betapa hina manusia yang ternoda dosa di hadapan Allah. Tetapi, Daud mengasihinya dan mengembalikan segala milik Saul dan seluruh keluarganya kepada Mefiboset (ay. 9). Itu mencerminkan bagaimana Tuhan memulihkan hidup kita yang tercemar dosa.

Jadi kembali lagi berbicara tentang kesetiaan Allah dalam kehidupan manusia itu tidak sebatas dengan kata-kata. Tapi tindakan nyata kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan. Karena itu yang menjadi pertanyaan penting saat ini adalah Apakah kehidupan kita juga mencerminkan kepedulian dan kasih Tuhan kepada umat manusia?

Komentar