SEMUA ADA BATAS WAKTUNYA / Lukas 12:13-21



Kita semua berhadapan dengan batas waktu. Tagihan yang harus dibayar, surat izin yang harus diperpanjang, laporan pajak yang harus dikirimkan, dan sederet daftar lainnya.

Namun, masih ada satu batas waktu terpenting, yang akan dihadapi semua orang. Alkitab berkata, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi" (Ibrani 9:27).

Semua orang akan mati, kecuali orang-orang percaya yang masih hidup saat kedatangan Yesus kembali (1 Tesalonika 4:16,17). Dan semua orang dari permulaan sejarah akan berdiri di hadapan Allah untuk menerima penghakiman. Betapa bodohnya kita bila melalaikan persiapan yang dibutuhkan untuk pertanggungjawaban yang tak terelakkan ini!

Dalam Lukas 12, menceritakan perumpamaan yang mengkisahkan tentang seseorang yang kaya, yang memiliki banyak harta, dan ingin membuat lumbungnya lebih besar, sehingga dia akan menimbun hartanya disana selama bertahun-tahun lamanya, dan kemudian dia akan berkata kepada jiwanya : jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi Firman Tuhan berkata: Hai, orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah nanti?. Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah. Beberapa hal yang bisa kita lihat dari kehidupan orang kaya ini adalah :

-          Ia adalah seseorang yang tidak memiliki relasi dengan orang lain, sehingga ia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya serta memuji dirinya sendiri (ay. 17-18).

-          Ia tidak puas dengan apa yang ia miliki, terlihat dari apa yang dikatakannya “aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku”.

-          Ia adalah seseorang yang berorientasi pada dirinya sendiri, terbukti dari kata “aku” dan “ku” yang muncul dalam 3 ayat (17,18,19) sebanyak 13 kali.

Perumpamaan yang disampaikan Yesus ini, merupakan agar berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan dan tidak menggantungkan hidup pada kekayaan, namun kepada Tuhan. Kita tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir. Jika selama hidup kita hanya menimbun, maka sia-sialah semua yang kita miliki ketika kita sudah mati. Itulah mengapa sering kali kita dinasihatkan bahwa kedamaian dalam hidup tidak ditemukan dalam harta yang melimpah. Kita tak dapat menemukan ketenteraman hati dengan memborong "lebih banyak harta". Kita hanya akan memperoleh kepuasan sejati dengan menginvestasikan sumber penghidupan serta hidup kita dalam dan untuk kerajaan-Nya

Ada sebuah kisah tentang seorang pengacara bernama Andr‚-Francois Raffray, bermaksud membeli apartemen milik Jeanne Louise Calment di kota Arles. Dalam perjanjian dikatakan bahwa pengacara berusia 47 tahun itu setuju dan bersedia membayar 500 dolar setiap bulan kepada Bu Calment yang berusia 90 tahun, atas hak menempati apartemen itu saat pemiliknya meninggal. Benar-benar persetujuan jual-beli yang menarik! Begitu pikiran sang pengacara. Namun ternyata Bu Calment masih hidup selama 32 tahun setelah itu, sementara Raffray hanya bertahan selama 30 tahun sesudahnya. Raffray meninggal pada umur 77 tahun, setelah membayar 184.000 dolar untuk apartemen yang takkan pernah ditempatinya. Kejadian itu mengharuskan istri dan ahli waris Raffray terus membayar setiap bulan kepada Nyonya Calment sampai ia tutup usia pada umur 122 tahun! Pada ulang tahunnya ke-120, Nyonya Calment berkomentar, "Terkadang seseorang keliru mengambil keputusan dalam membuat perjanjian."

Peristiwa di atas adalah peringatan yang baik, bahwa tak seorang pun tahu hari kematiannya. Karena itu, percayalah bahwa semua ada batas waktunya, dan semua akan berlalu.

Ketika penderitaan datang, kitapun sering bertanya, “Sampai Kapan?” “Akankah penderitaan ini akan berlalu?”.  Ketika kebahagiaan dan kesuksesan datang, bagaimana? Mungkin diantara kita ada yang berfikir dan memohon, “Tuhan, janganllah kebahagian ini cepat berlalu”. Ya, inipun sangat manusiawi. Bahkan beberapa orang rela melakukan apapun untuk hidup lama dalam sukacita itu.

Padahal itulah alasan mengapa kekecewaan sering datang dalam diri kita. Sikap yang hanya menghabiskan tenaga dan pikiran untuk melawan segala Misteri yang ada dalam kehidupan kita ini.

Sampai pada akhirnya, kitapun sadar semua pengalaman yang pernah kita alami, telah dan akan berlalu. Setiap pikiran yang pernah ada muncul, telah dan akan terlupakan. Setiap emosi dan suasana hati, telah dan akan tergantikan oleh yang lain. Kita pernah bahagia, sedih, iri, depresi, marah, jatuh cinta, malu, bangga dan setiap perasaan manusia yang pernah ada. Kemana semua itu pergi? Tak pernah ada yang tahu. Yang kita tahu hanyalah akhirnya semua lenyap dalam ketiadaan. Memasukkan kebenaran ini ke dalam hidup kita adalah awal dari pejalanan yang membebaskan.

Komentar