JADILAH LASKAR KRISTUS YANG SETIA (KHOTBAH HUT PERMATA GBKP) / 2 Timotius 2: 1-5

 


Fakta menarik menunjukkan bahwa pada tanggal 12 September 1948 dibentuk sebagai suatu wadah perjuangan, terlihat dari kepanjangannya yang pertama PERSATUAN MEMAJUKAN DAN MEMPERTAHANKAN AGAMA sebelum diubah menjadi PERSADAN MAN ANAK GEREJANTA. Atau dengan lain, pencanangan kategorial PERMATA dalam Gereja GBKP dimulai dengan perjuangan dan dilahirkan untuk sebuah perjuangan. Karena itu akan menjadi menarik, bila fakta ini kita sesuaikan dengan kondisi dan konteks permata saat ini. Apakah PERMATA saat ini masih memiliki semangat perjuangan dalam seluruh kehidupannya?

Pertanyaan ini menjadi penting karena disituasi saat ini, kebanyakan orang tua telah memberikan label kepada PERMATA bahwa kita sudah banyak yang kehilangan nilai-nilai perjuangan.Tentu label ini tidak bisa ditolak begitu saja, karena banyak diantara PERMATA yang mudah sekali meninggalkan sesuatu di saat tidak lagi merasa nyaman. Merasa tidak nyaman di sekolah, minta pindah sekolah. Tidak nyaman di pekerjaan, terburu-buru resign. Tidak nyaman di rumah, pergi. Tidak nyaman di gereja, pindah ke gereja lain. Kecenderungannya, saat generasi muda dihadapkan dengan situasi sulit, mereka bukannya berusaha memperbaiki itu, tapi malah menghindari atau meninggalkannya.

Dengan kata lain, kenyamanan sering menjadi alasan utama untuk PERMATA bertindak. Jadi bukan lagi dimulai dan dilahirkan dengan sebuah perjuangan. Tentu ini, menjadi yang sangat berbeda dengan Rasul Paulus yang mempertaruhkan nyawanya demi orang lain (2 Timotius 2:10). Ia dilempari batu dan dibiarkan mati (Kisah Para Rasul 14:19). Pada kesempatan lain ia dikeroyok, disesah, dan dipenjara (16:22,23). Tiga kali kapalnya kandas, dan beberapa kali ia dicambuk dan dipukul dengan tongkat (2 Korintus 11:23-28). Mengapa Paulus rela menanggung penderitaan semacam ini? Karena mengingat tentang api kekal dan kehidupan kekal, maka dengan senang hati ia menanggung risiko itu.

Bahkan hal tersebut juga diajarkan kepada Timotius dan juga PERMATA dalam bahan yang menjadi refleksi kita saat ini, yakni 2 Timotius 2:1-5, disebutkan

            1. Sebagai seorang prajurit Kristus, kita harus selalu siap untuk berjuang, menderita dan patuh kepada komandan kita yaitu Tuhan Yesus. Kita harus sadar bahwa hidup di dunia ini ibarat berada di medan perang, kita harus terus berjuang mempertahankan iman dan berperang melawan kuasa-kuasa kegelapan (iblis). Oleh karena itu, kenakanlah “…seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis;” (Efesus 6:11)

            2. Sebagai olahragawan, kita harus tekun berlatih dan taat kepada peraturan yang diberlakukan kepada setiap olahragawan saat mengikuti pertandingan, karena jika tidak bermain menurut aturan pertandingan maka kita akan didiskualifikasi. Begitu pula di dalam kekristenan, kita harus patuh kepada aturan yaitu firman Tuhan; selain itu kita harus terus mendisiplinkan diri untuk tetap fokus kepada tujuan akhir. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan,…” (2 Timotius 4:7-8.) Mahkota ini adalah ‘stephanos’, yaitu mahkota hasil perjuangan, yang di dalamnya terkandung berkat-berkat Tuhan yang senantiasa menyertai kehidupan kita.

Berbicara mengenai perjuangan pula, saya teringat tentang kisah anjing pelacak. Saat anjing itu mulai mengejar rusa, tiba-tiba seekor rubah melintas di jalan yang dilewatinya, sehingga ia mengejar rubah itu. Setelah beberapa saat, seekor kelinci melintas, dan ia pun beralih mengejar kelinci itu. Kemudian, seekor tikus melintas pula dan anjing itu beralih lagi mengejar si tikus hingga sampai di depan lubangnya. Akhirnya, si anjing pelacak yang awalnya berburu rusa yang bagus, kini hanya bisa memandangi lubang tikus!

Kebanyakan kita pasti menertawakan anjing pelacak itu. Namun bila direnungkan, ternyata kita pun sering mudah terkecoh. Bahkan kadangkala kita menyimpang dari Kristus. Memang pada awalnya perjalanan hidup ini terasa mudah, tetapi kemudian bermunculan banyak hal yang dapat membelokkan langkah kita.

Kita perlu merenungkan kata-kata Rasul Paulus. Ia menasihati Timotius agar tetap memusatkan perhatian pada tujuan hidup dan pelayanannya (2 Timotius 1:6-13; 2:1,2,22-26; 3:14-17). Ia mendorong Timotius untuk bersaksi kepada orang lain tentang Kristus dan memperingatkan mereka untuk tidak menyimpang (4:1-5).

Nilai-nilai dunia dapat mempengaruhi kita dengan mudah, menggoda kita untuk memandang rendah "ajaran sehat" dan membenarkan ajaran yang salah (4:3,4). Oleh karenanya kita perlu mengetahui dan meyakini firman Allah, bertekun dalam melewati pencobaan yang berat, dan tetap menjaga iman (ayat 2,5,7).

Ingatlah ini selalu, kenyamanan bukanlah penentu kehidupan orang Kristen. Bahkan suasana hati sering membohongi realita yang ada. Untuk itu datang dan mintalah pertolongan dariNya untuk kita dapat terus berjuang dan mintalah agar cara pandangNya selalu menjadi alat untuk kita mengetahui apa yang menjadi prioritas dalam hidup. -AGM

Komentar