TERIMALAH SATU AKAN YANG LAIN / Roma 15: 7 – 13



Ada suatu kisah seorang remaja yang tidak bisa berenang. Dalam persekolahan ia mendapatkan pelajaran berenang. Hari pertama pelajaran tersebut, ia sangat ketakutan. Karena selama ini dirinya belum bisa berenang. Karena takut di bully oleh teman teman lainnya, remaja itu menceburkan dirinya ke kolam renang. Seperti yang diduga, anak itu berusaha untuk menaikan kepalanya diatas air sembari mendengar seluruh tertawaan juga instruksi dari teman temannya. Semua mengintruksikan dari luar kolam dengan benar, tapi tidak seorangpun yang masuk kedalam untuk membantunya. Sampai akhrinya dia benar-benar tenggelam lalu Guru yang bertugas datang dan mengangkatnya ke pinggir kolamSangat banyak disekitar kita orang-orang seperti remaja tersebut misal mereka yang berputus asa, pesimis dan sering menghakimi dirinya sendiri. Apa yang telah kita perbuat kepada mereka? Menertawakannya? Memberikan nasihat atau penilaian?

Sadarkah kita, bahwa yang dibutuhkan bukanlah nasihat, melainkan penerimaan. Seperti yang juga menjadi nasihat utama dalam bahan refleksi kita hari ini, dituliskan “Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah” (Roma 15:7).

Penerimaan yang dilakukan oleh Yesus nyata dalam kehidupan pelayananya di dunia bahkan sampai saat ini. Bahwa teladanNya menunjukkan kepada kita tentang Tuhan yang menerima manusia dengan segala kesalahan dan kekurangannya. Suatu penerimaan yang didasarkan oleh kasih bukan dengan penilaian.

Pertanyaannya bagaimana dengan penerimaan kita kepada orang lain?

Belajar kepada Bunglon, maka penerimaan kepada sekitar bukanlah mengubah diri ataupun terjebak pada sekitar. Sebaliknya penerimaan itu hanya menggantikan kulit luar kita, untuk diri ataupun sekitar tidak merasa asing dengan “Kehadiran” kita. Tapi benarkah demikian halnya yang terjadi?

Banyak orang Kristen, yang telah mendapatkan dengan mudah anugerah Tuhan yang belas kasih itu, tetapi tidak mau belajar dari kerendahan hati Yesus untuk terbuka dan menerima semua orang. Orang-orang Kristen semacam itu menjadi pelit dalam hal: harta, kasih, pengampunan, penghargaan, pengorbanan. Kekayaan atau kepandaian atau kekuasan sangat dibutuhkan untuk mengaplikasikan bahan refleksi kita hari ini. Tetapi disadari pula bahwa ketiga hal itu juga bisa menjadi penghalang. Sebab banyak orang justru karena “kaya”, “pandai” atau “berkuasa” menjadi tidak mampu belajar rendah hati dan karenanya juga tidak mampu mengampuni, tidak mampu menghargai orang lain, tidak mampu berdamai, tidak mampu memberi sukacita. Sama seperti para Ahli di zaman Yesus, orang-orang semacam ini hanyalah tengkulak-tengkulak Anugerah, yang justru menjaduhkan anugerah Tuhan dari sesamanya manusia. Maka jangan heran jika terhadap orang-orang Kristen seperti itu, Allah akan “menyembunyikan” anugerahNya, sehingga mereka bukan hanya tidak dapat mewartakan Anugerah, tetapi juga tidak akan dapat menikmat Anugerah. Tidak percaya? Baca saja MATIUS 18:21-35


Komentar

Unknown mengatakan…
Perkataan tanpa perbuatan = nol.
Pepatah karo: "Cakap saja la lako " 😄