UMAT, GBKP DAN KEHADIRAN TIGATA



Perjalanan hidup yang panjang ini selalu menawarkan berbagai warna dan coraknya masing-masing. Salah satu dari corak itu adalah masalah. Masalah adalah sesuatu hal yang tidak pernah absen dalam hidup manusia. Karena masalah itu hanya ada didunia orang hidup. Jadi selama kita hidup pasti punya masalah.

Sama halnya seperti pemazmur, yang tertuang dalam Mazmur 42:1-6 merupakan bagian dari pemazmur yang sedang meratapi kehidupannya. Ia mengatakan "air mata menjadi makananku" (ay.1), "jiwaku gundah gulana" (ay.5), dan di dalam teks ini dia bertanya pada dirinya sendiri, "mengapa engkau tertekan hai jiwaku". Kalimat-kalimat Pemazmur menunjukan bahwa persoalan yang sedang dihadapinya sangat berat. Tapi, dalam beratnya masalah yang dihadapinya, tentulah ada hikmat yang dibagikan kepada kita.. 

Pengalaman Pemazmur harusnya  mengubah kebiasaan kita yang dahulu bersyukur hanya ketika masalah yang datang dapat kita lewati. Sekarang, hikmat ini mengajak kita untuk bersyukur karena harapan yang masih kita miliki, karena keyakinan akan Allah kita yang tidak pernah diam saat kita mendapati masalah dan tekanan yang berat. Sebab, Allah kita tidak asing dengan pergumulan kita di dunia ini. Pribadi yang menyelamatkan kita tetap terhubung dengan kita dan sangat mempedulikan kehidupan kita. Inilah alasan utama yang Pemazmur ajarkan dalam situasi saat ini dan layaklah bagi kita untuk mengucap syukur di dalamNya.

 

Tapi sampai kapan semua penderitaan ini berakhir?

 

Ini akan berakhir, dan inipun juga akan berlalu. Mengenai "waktu", kita memiliki ketidakpastian sampai kapan semua ini akan berlalu, ya itulah kepastiannya. Tidak heran, fakta ini membuat beberapa orang bahkan tidak sedikit diantara kita kehilangan harapan. Alhasil, mereka yang berfikir demikian ini menganggap kehidupan sangatlah pendek dan semua orang pada akhirnya akan mati. Tapi Allah tidak menginginkan ini, IA tidak menginginkan kita untuk hilang harapan dalam kondisi yang demikian ini. Kerinduan kita akan pertolonganNya tentulah ia dengarkan. Bahkan, Allahpun ikut bersama sama merasakan penderitaan kita. Termasuk dalam penderitaan yang diakibatkan oleh Covid-19 saat ini.

 

Karena itu, jangan putus asa dan teruslah berharap. Tetapi, pengharapan kita bukanalah pasif. Hal menarik dari Najwa Shihab dalam kontennya yang berjudul "Corona: Kepastian diantara Ketidakpastian". Dalam konten tersebut, ia mengatakan soal modal manusia dalam menghadapi penderitaan, yakni kemampuan beradaptasi. Tidak ada spesies lain di muka bumi yang kemampuan adaptasinya melampaui manusia. Dengan perlengkapan akal, manusia pernah, sedang dan akan bisa menyesuaikan diri lebih cepat dibandingkan spesies lain, se-ekstream dan sesulit apapun kondisinya. Dengan perlengkapan iman, kita percaya bahwa Tuhan mempersiapkan manusia dengan amat sempurna untuk membangun dunia apa pun kondisinya. Ya, ungkapan ini dan pemazmur kiranya menjadi alasan untuk kita tetap bertahan dan kuat dalam menghadapi penderitaan dan masalah yang terjadi seperti sekarang ini.

 

Tidak berhenti pada hal itu saja, manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak boleh hanya menguatkan diri sendiri dan mementingkan aspek kehidupan pribadi dan keluarga kita saja. Saat ini semua orang harus bersama-sama untuk bisa saling membangun dan membagikan kebaikan.  Karena itu kehadiran TIGATA menjadi salah satu poin penting bagi jemaat GBKP terkhusus untuk saling membantu perekenomian satu dengan yang lainnya. Sebab seperti kita ketahui pula, bahwa mengembangkan ekonomi berbasis komunitas merupakan rival terkuat bagi ekonomi berbasis kapital.Seperti, Petani (di hulu) perlahan bisa memotong beberapa rantai perdagangan sehingga harga jualnya lebih adil dan para Ibu rumah tangga (di hilir) dapat memperoleh kebutuhan dapur dengan menghemat waktu, tenaga,serta memperoleh harga yang kompetitif.

 


Tidak hanya bagi Petani saja dan Ibu Rumah Tangga, kehadiran TIGATA juga membuka aktivitas pekerjaan baru semisal pengantar barang (TIGATA OJOL), pengurus admin, digital marketer, stock-controller hingga pekerja IT. Juga terbukanya kesempatan kemitraan bersama, pelaku UMKM dan penyedia-penyedia jasa lainnya. Sebuah langkah terbesar yang dilakukan GBKP bersama TIGATA dengan menyediakan wadah bagi umat dapat saling menguatkan satu dengan lainnya dari sistem pemberdayaan jemaat, masyarakat atau diakonia bersemangat Society 5.0 yang melampaui konsepsi Industri 4.0.

 

Ingatlah selalu, bahwa Kekristenan identik dengan kasih, yaitu kasih yang bukan sekedar slogan, melainkan kasih yang disertai dengan tindakan nyata.  Daripada hanya mengeluh dan menunggu, bukankah jauh lebih baik untuk kita saling menopang?

Komentar

Unknown mengatakan…
YES..Semoga TIGATA jawaban masallah .TYM