Berhentilah Sejenak / Daniel 6:1-10

 


Tahukah kita? Ternyata kebanyakan dari kecemasan dan pertentangan batin kita berasal dari otak kita yang sibuk dan terlalu aktif, yang selalu membutuhkan sesuatu untuk membuatnya terus bekerja, sesuatu untuk dipikirkan dan selalu bertanya-tanya, “Setelah ini apa? Sambil menghabiskan makan malam bersama keluarga kita memikirkan apa hidangan penutupnya. Waktu makan hidangan penutup, kita berpikir apa yang enak dilakukan setelah itu. Setelah menghabiskan malam hari, ada lagi pertanyaan, “Apa enaknya yang kita lakukan akhir pekan ini?” Setiba di rumah kita langsung menyalakan televisi, mengangkat gagang telepon, membuka buku atau mulai beres-beres. Seolah-olah kita takut tak punya sesuatu yang harus dilakukan, bahkan untuk semenit pun.

Padahal, setiap orang juga perlu untuk berhenti sejenak! Suatu sikap untuk tidak melakukan apa apa, yang mengajarkan kita untuk menjernihkan pikiran dan bersikap santai. Suatu sikap yang memberi pikiran kita kebebasan untuk “tidak mengetahui” selama beberapa waktu.

Atau pernahkah saudara bercermin dengan air? Bila pernah, saudara mungkin paham bahwa hanya ketika air itu diam, tidak bergerak, maka saudara bisa berdiri di depannya dan melihat pantulan jelas wajah Anda. Bahkan hal serupa juga terjadi dalam kehidupan kita, saat kita berhenti sejenak dan tidak melakukan apapun, barulah kita bisa melihat dan menyadari apa yang selama ini kita lakukan. Lalu dalam keheningan itu, saudara akan menemukan makna hidup, yang bisa saudara terapkan dalam kehidupan saudara bagi diri sendiri, keluarga ataupun sekeliling saudara.

Ingat pula dalam perhentian sejenak ini jangan bertanya soal makna hidup, janganlah mencari-carinya. Cukup diamlah dan heninglah dalam pelukan kasih Tuhan, maka saudara akan mengetahuinya.

Tapi bagaimana dengan tugas ini, bagaimana dengan permasalahan ini, bagaimana dengan semua hal ini? Pertanyaan-pertanyaan yang memacu setiap dari kita untuk takut berhenti sejenak.

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa cara berjalan burung merpati tampak lucu? Karena dengan cara berjalan seperti itu, ia menjadi tahu arah yang dituju. Merpati tidak dapat memusatkan penglihatannya sambil berjalan. Oleh sebab itu, setiap kali melangkah ia perlu memundurkan kepalanya sejenak untuk memusatkan kembali pandangannya. Gerakannya jadi tampak canggung, kepala maju ke depan, berhenti, mundur ke belakang, berhenti.

Dalam perjalanan rohani bersama Tuhan, kita memiliki masalah yang sama seperti merpati itu. Terkadang kita merasa sulit untuk melihat sambil berjalan. Kita perlu berhenti sejenak sebelum melangkah lagi, dan memusatkan perhatian kembali pada firman dan kehendak Allah. Bukan berarti kita harus berdoa dan merenungkan setiap keputusan kecil dalam hidup kita. Ingatlah, bahwa jangan sampai urusan yang bisa diselesaikan Pak RT juga dibawa-bawa kepada Tuhan. Bukan karena membatasi pekerjaan Tuhan ataupun tidak mau menyerahkan hidup secara penuh kepada Tuhan. Lebih tepatnya, manusia juga telah diberi hikmat dan kesanggupan dari Tuhan untuk melakukannya.

Namun “tetap”, perjalanan kita bersama Tuhan perlu dibangun dalam suatu pola pemberhentian sejenak yang memungkinkan kita untuk melihat dengan lebih jelas sebelum melangkah maju.

Nah, seperti Daniel, demikian jugalah kita menjawab semua tuntutan-tuntutan yang datang dalam diri saudara. Bahwa saudara berhenti, bukan karena semua sudah selesai. Justru karena saudara mengerti bahwa selama hidup di dunia ini tidak akan ada yang pernah benar benar selesai. Daripada terus membuat diri tertekan dengan semua hal tersebut, bukankah jauh lebih baik berhenti sejenak untuk meredakan semua tekanan dan meletakkan beban itu sejenak.

Komentar