Saat Harapan Tidak Sesuai Dengan Kenyataan / 2 Samuel 7 : 1 - 16

 

AGM Galeri

Sering kali kita merasakan kecewa, sedih, atau apapun itu, karena kenyataan yang sering kali tidak sesuai dengan apa yang sudah kita harapkan sebelumnya. Padahal setiap kenyataan pasti akan membawa sisi positifnya sendiri. Hal yang jarang disadari oleh kebanyakan orang. Beberapa orang justru terpuruk dalam kesedihannya sendiri dalam rentang waktu tertentu. Ada yang sebentar, ada juga yang tidak berhasil menyadari akan kebaikan  justru sering kali didatangkan dari sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

Bahan refleksi kita hari ini bercerita tentang harapan Daud untuk memberikan tempat yang megah bagi Tabut Perjanjian. Daud mempunyai rumah yang bagus tetapi tabut hanya berdiam di dalam kemah. Akan tetapi, jawaban Tuhan melalui Nabi Natan, mengoreksi konsep Daud sekaligus menubuatkan hal yang akan Tuhan kerjakan. Perasaan gagal, putus asa? Mungkin (?) Tapi setelahya Tuhan meneguhkan kembali tentang kesedihan dan keinginan Daud yang perlu dikoreksi. Maka dari itu dalam Ayat 5-10 menyatakan bahwa Allah adalah transenden. Dia melampaui segala ciptaan. Dia lebih agung dan lebih besar dari seluruh ciptaan. Apakah mungkin ada rumah yang dapat me-nampung Dia? Tetapi dalam bagian ini juga Allah menyatakan bahwa Dia adalah imanen. Dia rela menyatakan kehadiran-Nya bersama-sama dengan bangsa Israel. Walaupun Dia Mahahadir, tetapi kehadiran-Nya secara intim dinyatakan di tengah-tengah Israel. Maka, pada waktu Israel berdiam di dalam kemah, simbol kehadiran Allah, yaitu tabut, juga ditempatkan di dalam kemah. Allah menyertai bangsa Israel dengan rela berdiam bersama-sama dengan mereka.

Pengertian Lebih Luas, Tuhan berikan kepada Daud…

Bahkan tidak berhenti sampai disitu saja dalam Ayat 11-16 dinyatakan tentang janji Tuhan kepadanya. Daud ingin membangun rumah bagi Tuhan untuk menampung Tabut Perjanjian, lambang kehadiran Tuhan. Tetapi Tuhan mengatakan bahwa Dialah yang akan membangun keturunan bagi Daud. Kata “rumah” dalam bahasa Ibrani, “bayit”, bisa berarti rumah atau keluarga. Dengan pengertian ini seolah-olah Tuhan mengatakan kepada Daud, bukan Daud yang akan menegakkan rumah bagi Tuhan, tetapi Tuhanlah yang akan menegakkan rumah/keluarga Daud. Dari keluarga Daud itulah Tuhan akan memberikan keturunan yang akan membangun bait bagi Allah. Ini adalah janji yang sangat luas. Janji bagi Israel, janji bagi Daud, janji bagi takhta kerajaan Allah di dunia ini, dan janji bagi seluruh umat Tuhan sepanjang masa. Tuhan berjanji bahwa Dialah yang akan menegakkan tempat bagi umat-Nya untuk berdiam dengan tenteram dan tidak diganggu musuh-musuhnya (ay. 10). Dia jugalah yang akan menentukan keturunan Daud akan terus bertakhta hingga Anak Daud (yang digenapi di dalam Kristus) datang dan mengklaim takhta Daud. Takhta inilah yang akan Tuhan pelihara bagi Daud supaya akan ada bait bagi Allah sekaligus takhta kerajaan bagi Allah. Bait bagi Allah akan didirikan oleh keturunan Daud. Takhta kerajaan bagi Allah juga akan didirikan melalui keturunan Daud.

Ini sebuah rancangan lebih luas dari keinginan yang muncul dari Daud..

Pernahkah saudara menikmati beberapa roti yang berisi coklat ataupun kelapa ditengahnya? Pada salah satu jajanan roti yang selalu saya beli, biasanya si pembuat roti tidak meletakkan apapun di pinggiran roti tersebut, hanya adonan tepung biasa. Tidak heran, saat masa anak-anak sering sekali saya hanya memakan bagian tengah roti lalu membuang pinggiran roti tersebut.

Mungkin? Serupa dengan pembahasan kita sebelumnya, ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan pilihan tinggal dua yakni, “Give up” atau “Gate up”.

Ibarat roti tadi, kita hanya mencicipi sepotong dan merasakan tidak enak, lalu mencampakkannya. Padahal bisa saja, bagian yang saudara cicipi itu adalah bagian pinggiran yang hambar. Ada bagian lain dari kue yang bisa saudara nikmati. Jika saudara berusaha lebih keras lagi, mungkin hasil yang manis akan kamu rasakan tak lama lagi.

Namun, sanggupkah seseorang melakukannya? Sanggupkah seseorang keluar dari perasaan putus asa ? Untuk “saat itu” juga mungkin bukanlah hal yang mudah. Karena itu setiap orang perlu mengambil waktu untuk jeda.

Tahukah saudara, para peneliti di Universitas Virginia mendapati bahwa kebanyakan orang melihat kemiringan suatu bukit lebih terjal dari kenyataannya, khususnya ketika mereka sedang lelah atau membawa barang berat. Tatkala mereka mengira kemiringan bukit 30 derajat, ternyata kenyataannya hanya 10 derajat; dan yang diduga memiliki kemiringan 20 derajat, ternyata hanya 5 derajat. Taksiran mereka kerapkali salah. Mereka bahkan tak percaya dugaan mereka dapat meleset sejauh itu. Saat kita berbeban berat dan mengalami keletihan, masalah yang kecil sekalipun bisa tampak begitu besar sehingga sulit dipecahkan. Ketika menghadapi ujian kehidupan, kita tergoda untuk duduk di kaki bukit yang terjal dan berdiam diri di sana, karena lereng bukit itu tampak terlalu terjal untuk dilalui.

Itulah sebabnya, pertama-tama kita membutuhkan waktu untuk “jeda”. Ingat, bahwa saudara tidak perlu melakukan sesuatu yang besar dan "gila". Sebuah jeda juga tidak harus dihabiskan dengan liburan atau bepergian ke suatu tempat dengan pemandangan yang indah. Sebab, saudara bisa membuat sebuah rutinitas yang memberikan "jeda" dan ruang bagi diri Anda untuk membebaskan diri dari segala hal yang membuat Anda penat dan tak bahagia.

Atau ada pilihan lain yang sebenarnya paling dibutuhkan oleh manusia. Tapi sering malah diabaikan, karena dianggap hal demikian ini justru membuat semakin penat dan tidak menyenangkan. Padahal kegiatan ini sangatlah menyenangkan, paling baik dan saudara butuhkan, yakni Berdoa dan Membaca Alkitab. Mengapa? Sebab Tuhan yang akan berikan hikmat dan dia pula yang akan berikan penjalasan kepada kita. Persis seperti yang terjadi pada Daud, saat Tuhan menjelaskan kepadanya tentang penolakannya atas keinginan Daud.

Dalam setiap kajadian yang terjadi di luar kendali kita sebagai manusia biasa, selalu ada arti yang tersembunyi dan hanya bisa terbuka oleh hikmah Tuhan saja.

Terakhir, sadarkah kita bahwa  “hari esok tidak ada yang pernah tahu”. Tapi karena ratapan, emosi yang tidak terkendali dan keputus-asa-an. Kita menjadi merasa paling mengetahui hari esok. Padahal, kenyataan yang selalu menghampiri kita selalu mengandung sebuah makna baru yang justru belum terungkap dari usaha saudara ini. Bukan mustahil, pengalaman Daud juga bagian pengalaman kita yang percaya pada penyertaan Tuhan dan kehendakNya lebih luas  dari mimpi kita selama ini.

Ingatlah ini selalu kenyataan yang datang tidak sesuai dengan harapan akan diikuti dengan Rancangan dariNya yang lebih baik untuk kita. Sesuatu yang jarang sekali disadari, hanya karna fokus kita pada keterpurukan atas pencapaian tidak sesuai dengan harapan. Karena itu, berhentilah memikirkan apa-apa yang belum terjadi. Apa yang sudah terjadi saat ini juga membutuhkan solusi.

Apakah ini berarti bahwa kita harus mematikan, harapan? Tidak! Apakah kita tidak boleh terlalu berhap? Apalagi ini, jangan sampai mengurangi pengharapan, jangan sampai itu terjadi pada kita. Karena manusia hanya hidup oleh harapan.

Saat harapan tidak sesuai dengan kenyataan, saat yang sama kita harus menaruhkan iman dalam pengharapan tersebut. Karena itulah fungsi dari iman; saat keadaan semakin tidak jelas arahnya kemana; saat mimpi mungkin semakin tidak terlihat nyata. Maka saat yang sama iman menguatkan manusia, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dan Dia selalu “bekerja” bersama dengan usaha juga mimpi kita. Itulah makna penyertaan Tuhan kepada iman seorang Daud dan kepada semua orang beriman yang menyerahkan hidup kepadaNya.

Komentar

Unknown mengatakan…

Super sekali...berharaplah pada TUHAN sebab DIA telah mengukir hari esok kita yg tdk kita pahami.
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Terima kasih atas komentarnya, Terpujilah Tuhan