"MUKJIZAT" dan "SETAN DALAM GEREJA" / Lukas 4:31-37

 

Photo by krakenimages on Unsplash

Setiap orang memiliki pemahaman tersendiri tentang mukjizat. Namun, hampir semua orang memikirkan hal yang sama, bahwa mukjizat itu adalah sesuatu yang ajaib dan membuat ketakjuban orang-orang.

Menariknya, Andar Ismail justru melihat bahwa para penulis Perjanjian Lama tidak pernah membedakan kejadian biasa dan kejadian ajaib. Mereka memakai ragam sastra yang tidak membedakan kenyataan dan keyakinan. Kejadian biasa ataupun kejadian ajaib tidak dibedakan. Misalnya saja, turunnya hujan disebut nifla’ot yang berarti Ajaib (bdk Ayb 5:9-10). Sedang para penulis Perjanjian Baru mengartikan mukjizat bukan dari dampaknya, yaitu sensasi, melainkan fungsinya, yaitu sebagai tanda datangnya Kerajaan Allah dalam diri Yesus.

Dengan kata lain, berdasarkan bahan yang menjadi refleksi kita yakni; saat Yesus mengusir Setan dalam Gereja dilakukan bukan sebagai alat pencari sensasi. Melainkan sebagai alat atau tanda yang menunjukkan bahwa diriNya adalah Mesias. Sehingga, umat diharapkan percaya dan bertobat. Oleh karena itu, maka Yesus menolak melakukan mukjizat jika itu hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu dan sensasi (lih. Mrk 8:11-13)

Pengertian ini disampaikan agar kita jangan terlalu menikmati kebanggan atas kejadian-kejadian yang kita sebut ajaib dalam hidup kita, namun lupa untuk Kembali dan bertobat kepada Tuhan.

Seperti kisah seorang Bapak tua yang dahulunya hidup dalam kekacauan. Lalu mengalami mukjizat luar biasa dari Tuhan. Karena kejadian itu, si Bapak tua langsung membuat kuburan dan menuliskan namanya pada kuburan tersebut. Sebagai pertanda, bahwa Bapak tua itu telah hidup baru atas mukjizat tersebut, dan dirinya yang lama telah terkubur. Hanya saja, berjalannya waktu Bapak Tua hanya terkesima dengan cerita mukjizat yang dia alami dan selalu beritakan. Ia lupa dengan janji untuk terus bertumbuh dalam iman dan pengajaran Kristus. Alhasil, ketika masalah mendatanginya kehidupannya yang lama, juga penuh kekacuan kembali merasuki hidupnya. Singkat cerita, anak dari Bapak tua itu merasa kesal dengan kehidupanya. Lalu memutuskan mengambil palu besar dan menghancurkan kuburan yang dibuat oleh Bapak tua tersebut.

Ya, anak Bapak Tua itu menghancurkan tulisan kuburan tersebut dan menuliskan “Bapak Tua telah bangkit dari kematiannya”

Seperti halnya yang terjadi dengan bapak tua tersebut, demikianlah orang-orang yang selalu terkesima dan menangkap peristiwa ajaib dalam hidupnya sebagai perhentian untuk dirinya belajar berkarya dan berbagi kasih Kristus. Banyak yang lupa bahwa peristiwa-peristiwa ajaib tersebut hanyalah Langkah awal untuk kita mengalami pertobatan dan kembali kepada jalan kebenaran juga menjalaninya. Bukan sekedar menceritakan dan menyaksikannya namun lupa untuk menghidupi dan menjalaninya.

Hal Kedua, yang menarik dalam kisah ini adalah tentang SETAN dalam GEREJA. Dulu, mungkin kita terkejut mendengarkan ungkapan ini. Tetapi sekarang, kita menyadari bahwa ungkapan ini nyata dan sering terjadi dalam kehidupan bergereja. Karena seringnya terjadi, kitapun lupa bahwa ternyata orang lain yang kita sebut setan juga menyebut diri kita sebagai setan pula.

Dulu saya juga tidak pernah bisa menerima paham yang mengatakan bahwa setan mengenal dan memahami Kristus. Tapi, pertambahan umur menyadarkan saya akan paham itu sebagai kebenaran. Bahkan, tidak jarang pula setan jadi minder sama manusia. Karena setelah dia tidak lagi merasuki manusia dan pergi. Kelakukan manusianya justru melebihi setan, alhasil dia kebingungan dan penisun dini karena melihat kelakuan manusia yang awalnya dia rasuki.

Mengapa tidak? Bayangkan saja, setan taat dengan perintah Yesus seperti dalam bahan refleksi kita. Sedang manusia? Bukannya taat, malah memakai nama “YESUS” untuk menjalankan kelakuannya yang melebihi setan.

Terakhir, Seringkali orang berpikir bahwa rumah ibadat itu hanya menjadi tempat untuk mempelajari taurat, menyembah Tuhan, melakukan kurban dan semua yang bersifat ritual. Pemahaman demikian sangat mempersempit hakekat rumah ibadah atau gereja hari ini. Ternyata di jaman Tuhan Yesus, bahkan ada orang yang kerasukan setan pun masuk dalam rumah ibadat. Artinya memang di rumah ibadah seharusnya tempat perjumpaan berbagai macam orang dengan segala problematikanya dengan Yesus.

Terlepas dari apa yang menjadi motivasinya atau mungkin ia hanya sekedar ingin tahu siapa Yesus, kehadiran orang yang kerasukan setan di rumah ibadat itu mengantar dia pada pembebasan yang sangat berarti, yaitu dia diselamatkan dan dibebaskan dari belenggu kuasa setan. 

Dengan kata lain, bagi saudara yang saat ini mungkin sangat merindukan ada suatu pemulihan dalam hidup pribadi maupun keluarga. Yang selama ini terasa ditekan, dihimpit, dibelenggu atau bahkan dikuasai oleh seribu satu macam persoalan. Atau mungkin kita merasa ada kuasa lain yang mengintimidari kehidupan pribadi maupun keluarga kita.  Jangan hadapi sendiri, ada Yesus dengan otoritas-Nya yang sanggup membebaskan dan menyelamatkan kita dari semua itu. Bagian kita adalah membuka diri dan hati seluas-luasnya dan mengijinkan Dia menghardik semua belenggu itu. Artinya berpihaklah kepada Dia dan ijinkan Dia untuk berkuasa atas seluruh hidup dan problematika kita, niscaya kita akan bebas dan merdeka oleh otoritas-Nya. Seperti, seorang yang kerasukan itu demikianlah saudara datang kepada Yesus untuk membukakan hati saudara dan dipulihkan olehNya.

Komentar