Trauma dan Anugerah / Yohanes1:14 dan Matius 11:28

 

Unsplash

Hidup manusia tidak lepas dari trauma, luka batin atau kepahitan. Setiap peristiwa, pengalaman bersama orang lain atau situasi tertentu dapat membawa trauma dalam kehidupan seseorang. Ada yang memiliki kemampuan untuk menanganinya, namun ada yang membutuhkan bantuan pihak lain. Ada juga yang terjebak dalam trauma dan luka itu bertahun-tahun. Bahkan hal itu memengaruhi pengembangan diri dan perjalanan hidup selanjutnya.

Apakah Yesus dapat memulihkan Trauma seseorang? Ya dan Tidak!

YA, Kristus memulihkan Trauma dengan belas kasihNya, lalu Ia memberi kesembuhan sebagai anugerah. (Bdk Yoh 1:14) Tidak, bila kita tidak mau menerima undangan yang disampaikannya dalam Matius 11:28.

Anugerah adalah sifat Kristus. Ketika Yohanes merangkum diri Yesus maka ditulisnya kalimat ini, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya… penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). PErhatikan ungkapan “Penuh kasih karunia”. Aslinya: pleres kharitos, artinya “penuh anugerah’. PErhatikan kata “grace” dalam Bahasa Inggrisnya “And the World became flesh and dwelt among us, full of grace and truth…”

Lalu Yohanes menulis sebuah kalimat lagi, “Karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh 1:16). Inggrisnya, “And from his fullness have we all received grace upon grace.” Perhatikan, bahwa dalam tiap kalimat itu dipakai kata penuh atau kepenuhan. Aslinya, pleres dan pleromotos artinya “luber atau melupa”. Apanya yang luber? Menurut ayat itu, kharin anti kharitos. Artinya, “anugerah ganti anugerah”, “anugerah demi anugerah” atau “anugerah yang satu disusul anugerah yang berikutnya”.

Ibarat botol air yang luber, Kristus adalah sumber anugerah yang luber. Ia adalah sumber anugerah kesembuhan, anugerah kehidupan dan anugerah keselamatan.

Akan tetapi, kita diundang bukan hanya untuk menikmati semua itu. Kita juga diajak untuk belajar kepadaNya, “Belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati”. Kita diajak untuk belajar dari kerendahan hati Yesus, agar orang-orang lain yang mengalami trauma pula, dengan mudah mendapatkan anugerah Allah melalui sikap kita terhadap mereka.

Sebab, Kristus datang dengan undangannya kepada semua orang yang telah mengalami trauma. Ia datang dengan merasakan kepedihan segala trauma manusia. Karena itu semua orang berhak untuk bercerita  tentang traumanya dengan mengenang kematian dan kebangkitan Kristus, sambil mengharap sebuah langit dan bumi yang dipulihkan dari segala trauma.

“Kesedihan hanyalah melihat apa yang telah terenggut dari kita. Perayaan hidup adalah menyadari Anugerah yang Kristus berikan pada kita, dan merasa bersyukur karenanya.” - AGM

Komentar