SEKALIPUN DIPERHITUNGKAN, IMANMU TIDAK MELEPASKANMU DARI PENDERITAAN

 


Setiap orang memiliki reaksi berbeda beda, ketika mengalami penderitaan. Ada yang melarikan diri. Ada yang memberontak. Ada pula yang cenderung merasa diri pahlwan, merasa puas dan bangga bahwa ia menderita. Ada juga yang langsung menyerah kalah.

Sadarkah kita, saat Yesus menjadi manusia, tidak ada satu pun kecenderungan tadi tampak dalam diri Yesus. Ia tidak melarikan diri dan tidak pula memberontak terhadap penderitaan. Ia tidak menyukai, namun juga tidak menyerah pada penderitaan. Ia tidak bangga, namun juga tidak malu menderita.

Ia menjalani dan memanfaatkan penderitaan untuk sebuah pembelajaran kepada kita manusia pula, yakni belajar menjadi taat, tabah dan tekun untuk menghadapi sekaligus menjalani penderitaan.

Namun, hal itu tampaknya tidak terlihat oleh kita. Justru ayat-ayat seperti Roma 4:18-25 atau Mat 9:22 diartikan bahwa kita bisa hilang dari penderitaan asalkan beriman. Maka, kita pun berusaha untuk beriman. Kita berpuasa sambal berdoa. Kita memberi persembahan, berkaul dan lainnya. Dengan demikian, kita telah menjadikan iman sebagai syarat menghilangnya penderitaan.

Alhasil, pemahaman semacam ini justru membuat diri kita sebagai faktor penentu. Penderitaan seperti kesembuhan misalnya, penentunya bukan lagi kemurahan hati Kristus, melainkan kesungguhan iman kita. Jangan heran, Ketika penyakit terasa mengancam dan mencemaskan. Ditambah lagi dengan kenyataan yang mencekik leher, yaitu biaya pengobatan yang luar biasa mahal. Orang-orang dengan paham seperti ini, akan lebih memilih datang ke acara acara Kebaktian Penyembuhan dibanding ke dokter.

Padahal meskipun kita berobat dengan peralatan apa pun atau ke tempat pengobatan dimanapun, kita tetap bergantung pada kemurahan hati Kristus.Karena itu berjuang dengan berserah menjadi sikap Imani dalam segala hal sepanjang hidup. Kita berjuang untuk sembuh sambal mengakui bahwa tidak tiap penyakit dapat sembuh. Kita berjuang untuk hidup sambal mengakui bahwa tidak selama-lamanya kita bisa hidup. Mempertahankan adalah perjuangan iman, namun sebaliknya merelakan juga perjuangan iman. Dalam mempertahankan dan merelakan itu yang menjadi andalan bukanlah iman kita, melainkan Kemurahan hati Kristus yang kita imani.

Itulah mengapa, Kemurahan Kristus tidak diwujudkan dengan cara melenyapkan segala kesusahan di dunia ini, karena setiap orang tetap dapat mengalami kesusahan. Kemurahan Kristus diwujudkan dalam bentuk kesediaan untuk menolong setiap orang menderita yang berseru kepadaNya, baik mereka yang menderita bukan karena salahnya sendiri, maupun mereka yang menderita karena salahnya sendiri.

Karena itu, untuk sebuah perjuangan dalam penderitaan-penderitaan yang kita alami saat ini. Seperti yang telah Yesus teladankan kepada kita, berterima kasihlah padaNya yang masih mengajarkan kita tentang ketegaran dalam iman dan pengharapan.

Untuk setiap ketidakpastian akan perjuangan yang telah kita lakukan, tetaplah taat. Sebab dibalik seluruh penderitaan yang kita alami, selalu ada maksud tersembunyi dan termat baik bagi kita.

Untuk setiap penderitaan yang membayangi perjuangan kita, tetaplah bertekun padaNya, sebab IA mendidik kita dan memberikan semangat baru untuk kita menjadi kuat dan tegar dalam iman.

Bersemangatlah, pada perjuangan yang kita jalani dalam iman. Sebab, demikianlah perjalanan kita sebagai manusia yang mendedikasikan diri sebagai persembahan hidup yang wangi dihadapan Sang Khalik.

Komentar