Kujalankan Tanggung Jawabku / Rut 3:1-13


 

PENDAHULUAN

Diantara kita pastilah menginginkan kehidupan yang dipenuhi dengan cinta. Untuk mencapainya, kita sendiri yang harus mengusahakannya. Daripada menunggu orang lain memberikan kasih sayang yagg kita dambakan, lebih baik kita yang menjadi visi dan sumber kasih sayang. Kita harus mengisi hidup kita dengan kasih sayang dan kebaikan yang tulus untuk memberi teladan bagi orang lain terkhusus dimulai dengan lingkungan terdekat kita yakni kade-kadeta (Keluarga Besar kita). Tulus tidak seperti keleng-keleng jambe, juma nari niembah seh I rumah itaka. Juga tidak seperti keleng-keleng lembu penenggala, erpagi-pagi isuruh nenggala.  

Ada yang berkata, “Jarak terdekat antara dua titik adalah perhatian.” Ini berlaku berkenan dengan hidup yang penuh dengan kasih sayang. Titik atau landasan awal suatu kehidupan yang penuh dengan kasih sayang adalah keinginan dan komitmen untuk menjadi sumber kasih sayang. Sikap, pilihan, tidakan kebakan, dan kerelaan kita untuk menjadi orang yang lebih dahulu menghampiri akan membawa kita menuju tujuan ini. Dahulu sikap ini bukanlah sesuatu yang harus kita pelajari dalam budaya kita. Karena itu ada istilah keleng ate anak beru, page ibas lebeng pe ikurkur. Diumpamakan kepada kasih sayang kepada saudara laki-laki, jika ia datang seandainya beras tidak ada, maka padi yang sudah ditanampun digali menjadi makanan, usaha yang optimum menyatakan kasih sayang  dari anak beru. Ataupun istilah Bagi keleng ate kalimbubu, benih pe ibereken. Diumpamkan kepada kasih sayang terhadap anak beru, benih padi pun diberikan. Bagaimana dengan saat ini, apakah hal ini kebiasaan dan komitmen samacam ini masih hidup diantara kita?          

TEKS DAN KONTEKS

Kitab Rut menceritakan pemulihan nasib Naomi yang menantunya Rut melahirkan kakeknya Raja Daud. Pasal 1 menceritakan perginya Naomi penuh dengan suami dan dua anak, dan pulangnya dalam keadaan “kosong” dengan hanya disertai menantunya orang asing. Pemulihan itu mulai digerakkan dalam 2:1 yang menyebutkan Boas, orang kaya dari pihak suami Naomi. Pasal 2 memperkenalkan Boas sebagai orang yang saleh dan yang menghargai kesetiaan Rut kepada mertuanya. Di dalamnya kita melihat rentannya perempuan (misalnya, 2:9, 22) dan integritasnya Boas soal itu. Boas mengerti bahwa dengan mengikuti Naomi ke tanah Israel, Rut sudah memilih untuk berlindung kepada Tuhan, dan dia sendiri menjadi bagian dari perlindungan itu. Naomi memuji Tuhan atas perkembangan ini, dan mulai percaya kembali bahwa Tuhan akan setia kepadanya (2:20). Khususnya, dia menyebut bahwa Boas termasuk goel (penebus), seorang keluarga dekat yang diberi tugas untuk membantu keluarga yang jatuh miskin (Im 25:25). Skenario yang diandaikan dalam 4:1-10 ialah bahwa Elimelekh pernah menjual hak panen ladangnya kepada pihak di luar keluarganya (makanya Naomi dan Rut melarat). Jadi, ada dua aspek di mana seorang goel dapat membantu: menebus ladang itu dari pihak ketiga itu supaya Naomi dapat memanfaatkannya (Im 25:14-16), dan menikahi Rut supaya ada keturunan dari suami yang meninggal. Aspek kedua itu mirip dengan kewajiban saudara almarhum untuk menikahi janda dalam Ul 25:5-10, tetapi karena Boas dan keluarga yang lebih dekat itu bukan saudara langsung, yang berlaku bukan kewajiban hukum melainkan kesempatan untuk menunaikan fungsi yang sama.

Ketika panen (yang menjadi pencarian hidup Rut) sudah selesai, Naomi mengambil inisiatif. Kita hanya dapat menduga-duga mengapa dia menyuruh Rut pada rencana yang akan berani dan rentan (3:1-5). Dalam budaya patriarkhal zaman itu, ayah dalam keluarga yang bertanggung jawab atas pernikahan anak-anaknya. Hal itu bisa saja atas permintaan anaknya, dan jelas Boas berkenan atas Rut. Tetapi mungkin saja ayah Boas sudah meninggal: Boas sendiri tidak muda (3:10) dan dia bertindak sebagai penguasa utama dalam soal ladangnya. Sepertinya Naomi juga tidak memiliki laki-laki yang dia percayai untuk mengurus kepentingannya. Bagaimanapun persisnya letak persoalan, status Boas sebagai goel yang menjadi jalan keluarnya. Dengan menyuruh Rut kepada Boas, kerelaan Rut untuk dinikahi dapat disampaikan, sekaligus kerinduan Boas dihasut.

Boas menyambut baik prakarsa Rut itu (3:10), dan memberi pertanda baik untuk Naomi (3:17). Boas menghadapi calon goel itu dalam keadaan yang paling resmi untuk kota kecil, yakni di pintu gerbang dengan tua-tua kota (4:1-2). Boas memberitahu orangnya bahwa Naomi mau menyerahkan haknya untuk menebus ladangnya (yang ada di tangan pihak di luar keluarga) kepada keluarga yang lain yang akan mampu menebusnya. Hal itu menarik bagi orang itu karena, walaupun dia harus memelihara Naomi selama dia hidup, dia akan memiliki tanah itu setelah Naomi meninggal tanpa pewaris. Tetapi kemudian Boas mengangkat soal Rut. Andaikan Rut dinikahi dan melahirkan anak, anak itulah yang akan mewarisi tanah yang ditebus, bukan keluarga dari calon goel itu. Jadi, uang yang dipakai untuk menebus ladang Elimelekh akan hilang dari warisan keluarganya yang sudah ada. Tidak ada kewajiban hukum untuk orangnya membantu Rut, tetapi dengan sudah disebut di hadapan sepuluh tua-tua itu, dia akan kelihatan pelit andaikan dia hanya menerima bagian yang menguntungkan dan mengabaikan kebutuhan Rut. Hal itu tidak masalah bagi Boas yang sepertinya belum memiliki keluarga sendiri.

Ketika Boas dan Rut menikah dan dikaruniai anak (4:13), ternyata Naomi yang disoroti (4:14-17). Melalui penebus, Naomi yang tadinya terkutuk diberkati dengan anak yang akan memeliharanya pada masa tuanya dan yang termasuk silsilah raja Daud. Rut yang mau ditolak dan yang tidak dihitung oleh Naomi ternyata lebih berharga dari tujuh anak laki-laki.

APLIKASI
Tidak ada yang lebih membantu memperluas sudut pandang kita selain memperbesar rasa peduli kita kepada orang lain. Peduili berarti berempati kepada orang lain. Dengan peduli kita berusaha menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tidak memikirkan diri sendiri dan membyangkan bagaimana rasanya bila kita yang mengalami kesulitan yang dialami orang lain itu, dan sekaligus berbelas kasih pada orang tersebut. Harus diakui bahwa persoalan orang lain, rasa sakitnya dan frustasinya, persis seperti yang kita rasakan – malahan kadang-kadang lebih parah. Mengakui kenyataan ini dan berusaha menawarkan bantuan akan membuka hati kita dan memperbesar rasa syukur kita.

Rasa peduli dapat dikembangkan dengan melatih diri sendiri. untuk melakukannya, kita membutuhkan dua hal: niat dan tindakan. Dengan berniat berarti kita ingat untuk membuka hati kita kepada orang lain; menyampaikan apa dan siapa yang jadi persoalan, dari diri kita ke diri orang lain. Dengan bertindak berarti kita “melakukan apa yang harus kita lakukan untuknya.” Saudara bisa menyumbangkan sedikit uang atau waktu (atau kedua-duanya) secara berkala pada hal-hal yang menyentuh hati. Atau mungkin saudara akan tersenyum manis dan menyapa dengan tulus orang yang saudara temui di jalanan. Tidak penting apa yang saudara perbuat, pokoknya lakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan ibu Teresa, “Kita tidak dapat melakukan hal-hal besar di dunia ini. Kita hanya dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta kasih yang besar.”

Komentar