BUKAN HANYA KATA, TAPI BESERAH PENUH Jeremia 17:5-10




Saya yakin Jeremia 17:5-10, menjadi ayat yang banyak disukai oleh orang-orang Kristen. Mengingat ayat ini sangat jelas memperlihatkan tentang Janji Tuhan pada mereka yang berserah pada Tuhan. Namun yang sering menjadi masalah adalah beberapa orang berdoa tapi tidak menjalani dan meyakini doanya. Seolah-olah Doa hanya bagian dari rutinitas dan bentuk ritual yang lewat begitu saja. Seperti kisah tentang seseorang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal, terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capeknya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.

Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah.

“Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?” dia menangis.

Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

“Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?” tanya pria itu kepada penyelamatnya.

“Kami melihat tanda asapmu”, jawab mereka.

Tahukah anda? Demikianlah banyak orang berdoa dan meminta kepada Tuhan, menyampaikan segala permintaan dalam perkataan-perkataan yang indah. Tapi tidak mau berserah pada cara Tuhan dan beranggapan bahwa caranya dipikirkannyalah yang terbaik.

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Padahal kita sendiri tidak mengetahui apakah peristiwa yang hari ini kita alami adalah baik atau buruk. Seperti pria dalam kisah ini, gubuk yang terbakar tersebut dia pikir sebgai situasi yang buruk. Tapi justru itu menjadi kebaikan baginya.

Memang, dalam beberapa ayat sering menjanjikan tentang kepastian akan Tuhan yang mendengar dan Tuhan yang pengasih. Bahkan beberapa orang mengambil cerita tentang bagaimana kuasa-kuasa Tuhan bekerja bagi mereka yang meminta dan memohon kepadaNya. Ilustrasi dari Yesus juga memperlihatkan hal serupa;

“Bapa manakah di antara kamu, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surge! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.” (bdk Luk 11:5-13)

Namun benarkah perumpamaan yang disampaikan Yesus tersebut adalah kepastian akan semua kehendak manusia akan dikabulkan oleh Bapa? Tentu tidak! Perumpamaan-perumpamaan yang Yesus berikan tidak menunjukkan bahwa semua permohonan manusia akan dikabulkan. Tetapi dari perumpamaan tersebut, kita mengetahui bahwa Tuhan kita seperti orang yang pernuh kasih dan murah hati. Untuk itu maka, Yesus mengajak kita untuk datang kepadaNya dengan segala kerinduan dan kegelisahan kita terhadap segala hal yang tidak seharusnya terjadi.

Oleh sebab itu seorang Guru pernah berkata bahwa, yang terpenting dalam doa kita sebenarnya bukan apakah doa itu terkabul atau tidak, tetapi bahwa dengan berdoa kita menyerahkan segala sesuatu termasuk keinginan dan pergumulan kita kepada Tuhan. Artinya, memang kita sudah seharusnya membawa keinginan dan kepentingan pribadi kita harus kita tempatkan di bawah kepentingan Kerajaan Tuhan. Kalau apa yang kita inginkan itu ternyata merugikan kemuliaan Tuhan atau merusak suasana Kerajaan Tuhan: perdamaian, kasih dan keadilan maka kita harus rela jika doa kita tidak dikabulkan Tuhan, seperti sikap Paulus ketika Tuhan menolak mengabulkan doanya.

Ingatlah ini, Tuhan akan memberi apa yang kita minta baik bagi kita, tetapi kita tidak tahu apakah yang kita minta itu “roti” atau “batu”, apakah keinginan kita sesuai atau  bertentangan dengan kerajaan Tuhan. Untuk itulah maka kita diajar untuk berdoa dengan sikap rendah hati seperti yang dilakukan Tuhan Yesus, “bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mulah yang jadi”. Maka, doa bukanlah klaim atau tuntutan agar kehendak kita dikabulkan atau segala kesusahan dienyahkan daripada kita. Sebab, doa permohonan bukanlah tentang membujuk Tuhan untuk melakukan sesuatu yang melawan kehendakNya, melainkan tindakan berdiri di hadapan Tuhan atas kehendak kita dan mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita.


Komentar