CARA TERBAIK MENGASIHI MUSUH - Lukas 6:27-37

 




Kebencian sering kali terjadi bukan atas perbuatan orang lain kepada diri kita, sebaliknya respon yang salah sering melahirkan kebencian di dalam diri kita. Hal inilah yang sering pula membuat Lukas 6:27-37 menjadi sulit diterima oleh akal sehat kita yang merasa terlukai, dikhianati, dikecewakan dijahati dsb. Mengapa? Sebab kita berfikir bisa mengendalikan kehidupan kita dengan pikiran bahwa kita bisa memiliki dan mengatur orang-orang sekitar kita setiap saat, namun sesekali ingin menyingkirkan orang-orang itu bila sedang sebal dengan mereka.

 

Tahukah anda? Bila cinta semata-mata didasarkan atas tingkah laku, mungkin tidak ada orang yang pernah merasa dicintai.

 

Bukankah kita akan hidup di dunia yang lebih menyenangkan bila, ketika seseorang bertingkah laku dengan cara yang tidak kita setujui, kita melihatnya sebagai tingkah laku anak-anak mungil yang belum memahami tindakan dan konsekuensi dari perbuatannya terhadap orang lain?

 

Bukan berarti kita menyembunyikan kepala di pasar, berpura-pura bahwa segalanya indah, membiarkan orang lain “menginjak-injak” kita, atau memaafkan atau menyetujui tingkah laku negatif. Sebaliknya, inilah cara mendapatkan perspektif baik untuk membebaskan orang lain dari tuduhan dan membebaskan kita dari perasaan yang tidak menyenangkan.

 

Sebab Tuhan juga melakukan hal serupa saat di kayu salib, ia mengatakan “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (bdk Luk 23:34)

 

Lalu bagaimana? Kita biarkan begitu saja? Tentu tidak! Cobalah mengerti dan memahami orang lain dengan mengkomunikasikannya. Mencoba mengerti lebih dulu bukanlah persoalan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi filosofi komunikasi yang efektif. Ketika komunikasi itu berjalan, kita akan semakin paham kenapa tindakan tidak menyenangkan seperti yang saudara rasakan dilakukan orang lain kepada saudara. Alhasil dengan demikian, saudara dapat lebih mudah berdamai dengan siapapun.

 

Terakhir, Kebajikan dan kejahatan itu bagaikan bunga dan ilalang. Kita tidak perlu menyingkirkan ilalangnya, cukup tumbuhkan lebih banyak bunga. Ingatlah, semakin banyak bunga bertumbuh, maka bunga akan mencekik ilalang dan dilalang akan mati dengan sendirinya. Atau dengan kata lain, jika kita terus berfokus pada bunga, kebajikan dalam diri kita atau orang, kebajikan itulah yang akan mereka tunjukkan kepada kita atau kepada diri mereka sendiri. Kebajikan mereka akan tumbuh…, tumbuh…., dan tumbuh….,

 

Sehingga; ketika saudara selalu bertengkar dengan pasangan saudara, maafkanlah pertengkaran itu, lupakan mengenai hal negatif itu, jangan buang-buang waktu memikirkan dan mengingatnya. Namun, kapapun mereka melakukan hal yang baik, ingatlah itu. Milikilah syukur ketimbang kelihan.

 

Sebab ketika saudara memiliki syukur ketimbang keluhan, saudara akan selalu melihat sifat baik orang-orang dan melupakan sifat buruk mereka. Sungguh mengaggumkan bagaimana sifat baik mereka ternyata akan bertumbuh. Lalu, ketika mereka mengetahui bahwa saudara melihat sisi baik mereka, kebaikan mereka, maka:

1.      Mereka merasa bahwa Anda adalah sahabat mereka, Anda memahami mereka.

2.      Sifat baik mereka itu akan jadi tumbuh betulan.

 

Jadi, Saudara cukup melihat, menghadapi mereka dan bersikap baik terhadap sesuatu di dalam diri mereka yang benar benar bisa saudara hargai. Ketika saudara melihat yang berharga itu, bunga itu. Maka mereka akan menyadari bahwa ada sesuatu dalam diri mereka yang benar-benar bisa saudara hargai dan yang bisa mereka hargai sendiri, dan hal itu pun akan mulai tumbuh.

Komentar