PENDETA BERBISNIS? DETASER, BOLEH?

 


Pendeta berbisnis? Detaser berbisnis?

Tentu, ungkapan ini sangatlah serius dan menuai pro – kontra bagi jemaat. Mengingat pemahaman mengenai bisnis dan pelayanan yang masing dipandang sebagai sesuatu yang terpisah, hal tersebut tidak terlepas dari dunia bisnis yang dipandang memiliki nilai moralnya sendiri yaitu melihat hasil sebagai yang utama tanpa memperhatikan proses mendapatkannya. Selain itu, bisnis masih dipandang berurusan dengan duniawi dan pelayan berurusan dengan sorgawi. Bisnis juga jarang dipandang sebagai panggilan, hanya sebagai pekerjaan semata. Sehingga ketika seorang pelayan Tuhan memiliki usaha sampingan berbisnis akan sulit diterima. Selain karena alasan tersebut, ada alasan lain yang membuat pendeta, vikaris dan detaser di GBKP akan kesulitan apabila ia memiliki usaha sampingan berbisnis yaitu masalah waktu. Pendeta, Vikaris dan Detaser yang dipandang sebagai pekerjaan penuh waktu akan sulit memiliki usaha sampingan berbisins karena di dalam berbisnis juga ada kesibukan sendiri untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Motivasi juga menjadi salah satu pertimbangan yang membuat pelayan sulit untuk diterima apabila memiliki usaha sampingan berbisnis.

Selain daripada itu, bisnis dalam pandangan sebagian besar orang kristen masihlah menjadi sesuatu yang dianggap “kotor”. Bisnis dipandang sebagai sesuatu yang “duniawi” dan gereja adalah sesuatu yang “sorgawi”. Oleh karena itu, Eka Darmaputera mengatakan, bagi orang-orang jujur, saleh, dan bermoral, bisnis bukanlah tempat bagi mereka. ini karena pengertian bisnis adalah sesuatu yang menjual barang atau jasa kepada konsumennya supaya ia mendapatkan laba. Bisnis juga sering dipisahkan dari kehidupan spiritualitas, khususnya dalam hidup bergereja. Hal ini juga tidak terlepas dari orang-orang kristen pada zaman Perjanjian Baru yang kurang menaruh kepedulian serius baik terhadap bisnis maupun politik.

Ketika kita menjadi pelayan dengan gaji yang hanya cukup untuk sandang dan pangan, kita tidak diminta menuntut supaya jemaat memenuhi kebutuhan seorang pelayan karena sudah dilayani. Hal tersebut justru menjadi seorang pelayan sebagai “peminta-minta” di mata jemaat.

Bagaimana dengan Detaser? Bila Pendeta, tentu sudah memiliki pemasukan tetap yang sudah diaturkan oleh Sinodal. Seperti diketahui, Detaser adalah salah satu pelayan sementara yang dibentuk oleh moderamen GBKP dengan kontrak pelayanan selama setahun dalam setiap runggun. Tak berbeda dengan trainer dalam perusahaan, demikianlah seorang Detaser di GBKP akan diangkat menjadi Vikaris apabila dinyatakan lulus dan dapat menjadi Pendeta GBKP. Bagaimana bila Detaser, sampai tidak lulus sampai pada batas usia yang ditentukan? Tentu hal ini akan menjadi masalah besar bagi Detaser, sebab tidak ada jaminan apapun bahwa dirinya akan diterima selain daripada mengikuti tes Vikaris.

Oleh karena itu, penulis belajar dari diri Paulus yang tidak ingin menjadi beban bagi orang lain, bahkan ia ingin menjadi teladan bagi orang (2 Tesalonika 3:7-8). Cara hidup Paulus ini adalah baik untuk menghindari mental “minta-minta” untuk kebutuhannya. Rasul Paulus melakukan pelayanan tetapi di satu sisi ia juga bekerja sambilan untuk menopang pelayanannya, sehingga tidak ada mental “minta-minta” dalam dirinya.

Tentu ada banyak pertimbangan, sebelum benar-benar terjun dalam bisnis sampingan bagi seorang Pelayan Tuhan. Sebab, ketika menjadi seorang pelayan prioritasnya adalah melayani Tuhan dengan cara melayani jemaat sepenuh hati dan dengan totalitas sehingga seorang pelayan dipanggil/disebut sebagai pekerja penuh waktu. Artinya apabila pelayan Tuhan memiliki usaha sampingan dan ada jemaat yang datang untuk meminta bantuan dari pelayan Tuhan, maka dirinya harus siap untuk meninggalkan usaha sampingannya terlebih dahulu guna membantu jemaat. Atau dengan kata lain, segala kegiatan yang dilakukan dari seorang pendeta harus didasari dengan motivasi memuliakan Tuhan dan mendatangkan Damai Sejahtera. Bukan untuk memuaskan nafsu dan keinginan pribadi saja. Apalagi sampai memanfaatkan AGAMA sebagai taktik bisnis. Tentu hal tersebut akan sangat keliru.

Komentar