KAMIS PUTIH ; Sulit tapi ini Identitas Kita

 


Peringatan akan peristiwa di hari Kamis Putih, adalah pengjaran bagi kita tentang teladan yang singkat dan jelas. Dimulai dari;

 

Pembasuhan Kaki ;

Seperti diketahui menjelang puncak penderitaan-Nya (kematian di kayu salib), Yesus melakukan pembasuhan kaki kepada murid-murid-Nya. Sebagai Guru, Yesus rela melakukan ini kepada murid-murid-Nya. Membasuh kaki adalah tindakan membersihkan bagian tubuh yang paling sering kotor. Setiap bentuk pelayanan harus diarahkan kepada upaya ‘membersihkan kotoran’ (seberapa sering pun ‘kotoran’ itu datang) pada orang lain. Upaya ini harus dilakukan sampai pada tingkat paling bawah. Untuk itu setiap murid (pelayan Tuhan) harus mampu merendahkan hatinya bagi orang lain. Itulah contoh pelayanan yang diberikan Yesus yang wajib (ingat: kata wajib keluar dari mulut Yesus sendiri) dilakukan oleh murid dan pelayan Yesus. Contoh ini sesungguhnya tidaklah sulit dilakukan. Syaratnya pun tidak berat. Yesus tidak memberi syarat, bahwa orang harus terlebih dahulu pandai bicara, bergelar dan berpengalaman untuk melakukan pelayanan. Yang dibutuhkan disini sebagai yang paling pertama dan utama adalah kerendahan hati. Akan tetapi dalam kenyataannya ini sulit dilakukan. Mengapa? Karena umumnya kita masih terkungkung dalam pola pelayanan “memberi asal diberi”. Semangat pelayanan kita berbinar-binar pada saat kita merasa Tuhan memberi sesuatu kepada kita. Lalu ketika tidak diberi kita tidak melayani. Fatalnya lagil, kalau kita sendiri masih selalu menuntut untuk dilayani!

 

Perjamuan Terakhir:

Perjamuan Tuhan. Perjamuan Kudus. Apa pun sebutannya, tak ada ibadah lain yang sekhidmat dan sepenting Perjamuan Kudus.

Kita bisa saja mengikuti Perjamuan tanpa memusatkan pikiran kepada Allah. Namun dengan begitu, Perjamuan Kudus akan menjadi semacam ritual yang penuh aksi tapi tanpa makna. Jika kita membiarkannya, kita akan kehilangan kesempatan untuk bersyukur dan bersekutu. Selain itu, kita juga kehilangan berkat yang semestinya kita terima saat kita melakukan introspeksi diri yang sungguh-sungguh terhadap kondisi rohani kita (1 Korintus 11:28).

Perjamuan Kudus adalah saat yang khidmat untuk mengintrospeksi diri di hadapan Allah, serta mengingatkan tangggung jawab kita untuk memeriksa sikap hati kita. Perjamuan Kudus juga membantu kita untuk memperbaiki kesalahan kita di masa lalu. Pastikan diri Anda memperoleh manfaat dari Perjamuan Kudus

 

Doa di Taman Getsmani:

Kita bebas dan perlu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon sesuatu yang kita harapkan dari Tuhan seperti Daud. Tetapi, ketika doa tersebut sudah dijawab dan jawabannya adalah “tidak”, kita harus menerimanya dengan lapang dada. Kita perlu percaya bahwa Tuhan berdaulat dan bias dipercaya sehingga penolakan-Nya pun merupakan jawaban terbaik bagi kita.

Ingatlah ini selalu yang kita butuhkan dalam Doa bukanlah penerimaan atau penolakan. Tetapi, hal yang paling kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya. Ketiga hal inilah yang paling kita butuhkan dalam setiap harapan yang kita sampaikan pada Tuhan. Sehingga, saat harapan kita tidak menjadi kehendakNya, kitapu nmasih dapat menerimanya, menghadapinya dan menjalaninya dengan keyakinan bahwa Tuhan kita yang berdaulat atas hidup kita selalu memberikan rancangan terbaikNya.

SULIT, BUKAN?

Sesulit apapun itu, percayalah bahwa ini bukan tentang kemampuan kita. Sebaliknya, ini tentang penyerahan kepada Roh Kudus untuk membimbing dan melayani kita.

Komentar