SERMON PA PERMATA GBKP 17 APRIL-23 APRIL 2022



KAKA NELAMATKEN AGINA

KELUARAN 2:1-10

Aron Ginting Manik, S.Si Teol C,CM

 

Teks dan Konteks

Miryam adalah saudara perempuan dari Musa dan Harun. Seperti kita ketahui, ketika masa kelahiran Musa, Firaun memerintahkan kepada para bidan dan seluruh kalangan masyarakat untuk membunuh bayi laki-laki Ibrani. Mengingat jumlah bangsa Ibrani (sekarang disebut ISRAEL) sangat banyak jumlahnya. Sehingga Pemerintahan MESIR mengalami ketakutan, terjadi pemberontakan apabila kaum laki-laki Ibrani semakin banyak.

 

Miryam memiliki peran besar dalam penyelamatan Musa, saat dia baru lahir. Tentu semua oleh karena karya Allah kepada Miryam, agar tergenapi nubuatan Allah akan pembebasan bangsa ISRAEL dari tanah Mesir.

 

Berdasarakan Kisah ini, tentu hal baik kita dapatkan dari sikap Miryam kepada saudaranya. Namun, apakah dikemudian hari hubungan mereka baik-baik saja?

 

Singkat cerita, saat Musa dewasa, Ia akhirnya mengetahui asal-usulnya dan menemukan saudaranya yakni Harun dan Musa. Cerita mereka tidak seperti Tangkuban Perahu yang menumbuhkan rasa cinta anak kepada ibunya. Pertikaian mereka, terjadi ketika Musa mempersunting perempuan Kush. Pernikahan yang tidak direstui oleh Harun dan Miryam. Pertengkaran mereka sangat hebat, sampai membuat diri Miryam mendapat hukuman dan harus disucikan selam 7 hari lamanya.

 

Aplikasi

Telah banyak riset yang menunjukkan hubungan kakak adik yang baik memiliki dampak positif. Di antaranya, terhindar dari depresi di usia dewasa dan mampu menjalani hidup dengan lebih bahagia. Hubungan yang ’bersahabat’ juga akan membuat mereka lebih kuat menghadapi kejadian traumatis atau sakit. Kakak adik akan saling memberi dukungan secara emosional, sosial maupun psikologi walaupun mungkin nanti mereka tinggal berjauhan.

 

Berikut ini tiga alasan mengapa hubungan kakak beradik sangat penting:

·        Tidak seperti hubungan pertemanan, ikatan kakak beradik tak akan pernah putus. Riset menunjukkan, tali persaudaraan ini seringkali menjadi hubungan terlama dalam hidup seseorang.

·        Hubungan saudara kandung sangat alamiah. Mereka berbagi orangtua yang sama, lingkungan yang sama, ingatan bahkan mungkin pengalaman yang tidak jauh beda.

·        Saudara kandung kita adalah bagian dari pohon keluarga. Ini berarti ia adalah bagian dari hidup kita, seseorang yang memiliki sejarah yang sama membuat tak ada hubungan lain yang bisa menandinginya.

 

Lalu bagaimana dengan tidak saudara kandung?

Budaya Karo mengajarkan kita tentang budaya  “ertutur” yang tujuannya mempersatukan relasi kita, secara khusus kita yang bersuku karo dan termasuk mereka yang telah diberikan marga/beru. Atau dengan kata lain, ikatan saudara tidak hanya terbangun karena Orangtua yang sama, lebih daripada itu dalam “ertutur” relasi keluarga juga terbangun.

 

GBKP masih membangun dan meawriskan hubungan ini. Karena itu, saat kita diperantauan dan masuk ke GBKP; kita akan menemukan dan membangun kekeluargaan didalamnya.

 

Alhasil, melalui bahan PA ini; Pertama-tama kita diingatkan untuk saling mengasihi dan peduli kepada keluarga kita di GBKP, secara khusus dalam hubugan PERMATA-KAKR

 

Masalahnya

 

Permata sering kali merasa malu dan malas untuk membangun interaksi sosial dengan KAKR. Istilah saat ini, KAKR di diskreditkan sebagai kalangan “BOCAH INGUSAN” atau “GENERASI MICIN”. Padahal bila ditelusuri lebih jauh, dahulu kita juga dianggap demikian oleh Kakak kita semua.

 

TAHUKAH KITA?

 

Seorang anak yang menjadi korban dari bullying dari saudara kandungnya akan mengembangkan perasaan tidak berdaya dan terasing. Ia juga mungkin akan merasa sendirian untuk menghadapi perasaan bingung, frustasi, dan tidak berdaya. Maka tidak heran ketika penderitaan seperti itu diabaikan, seorang anak tidak merasa aman di dalam rumahnya. Dengan begitu, seorang anak yang rasa sakitnya diabaikan oleh orangtua akan menarik diri dari keluarga.

 

Keheningan seperti itu dapat semakin memunculkan rasa isolasi yang dapat menyebabkan intimidasi orang lain di luar konteks keluarga. Tidak mengherankan jika terjadi kurangnya hubungan emosional, bahkan bagi beberapa orang yang pernah mengalaminya sangat merindukan koneksi dengan orang lain. Kondisi tersebut juga justru malah bisa menumbuhkan rasa sakit dan kemarahan yang cukup besar dan kemudian memutuskan hubungan dengan saudara atau keluarganya.

 

Dampak lainnya akibat bullying saudara kandung adalah anak akan bergaul dengan teman sebaya yang juga merasa terisolasi, marah, dan tidak berdaya. Anak-anak tersebut berafiliasi menjadi geng. Tidak jarang orang-orang seperti ini akhirnya berujung kecanduan hal-hal yang terlarang.

 

JADI BAGAIMANA

 

Seperti telah diingatkan pada bagian sebelumnya, hubungan persaudaran MUSA juga tidak berjalan mulus. Dalam relasinya dikemudian hari, didapati pemberontakan Miryam dan Harun kepada Musa. Namun, bagaimana setelahnya? Apakah MUSA tega melihat hukuman yang diterima Miryam? Tidak, Musa meminta Allah untuk mengampuninya.

 

Dengan kata lain, sebagaimanapun pertengkaran dan perbedaan pendapat juga pemikiran kita kepada saudara kita. Mereka tetaplah saudara kita dan tidak akan senang apabila saudara celaka.

 

Sekalipun, ketegaan itu ada; seperti banyak kasus yang memperlihatkan pertikaian antara saudara kandung. Kesemua hal tersebut tidak menyelesaikan apapun, selain menambahi masalah baru.

 

 

 

Jadi, kita harus apa?

 

Tidak ada yang lebih membantu memperluas sudut pandang kita selain memperbesar rasa peduli kita kepada orang lain. Peduili berarti berempati kepada orang lain. Dengan peduli kita berusaha menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tidak memikirkan diri sendiri dan membyangkan bagaimana rasanya bila kita yang mengalami kesulitan yang dialami orang lain itu, dan sekaligus berbelas kasih pada orang tersebut. Harus diakui bahwa persoalan orang lain, rasa sakitnya dan frustasinya, persis seperti yang kita rasakan malahan kadang – kadang lebih parah.

Mengakui kenyataan ini dan berusaha menawarkan bantuan akan membuka hati kita dan memperbesar rasa syukur kita.

Rasa peduli dapat dikembangkan dengan melatih diri sendiri. Untuk melakukannya, kita membutuhkan dua hal: niat dan tindakan. Dengan berniat berarti kita ingat untuk membuka hati kita kepada orang lain; menyampaikan apa dan siapa yang jadipersoalan, dari diri kita ke diri orang lain. Dengan bertindak berarti kita “melakukan apa yang harus kita lakukan untuknya.” Sebagai Permata kita bisa menemani aktivitas mereka dengan berbicara tentang pergaulan mereka atau kesenangan mereka. Bisa pula dengan cara menceritakan tentang hal-hal baru melalui teladan baik kepada mereka. Jadi, tidak penting ukuran dari perbuatan, pokoknya lakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan ibu Teresa, “Kita tidak dapat melakukan hal-hal besar di dunia ini. Kita hanya dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta kasih yang besar.”

 

 


Komentar