TUHAN PANGGIL, APA JAWABMU? KISAH PARA RASUL 9:1-6

 


Seperti kita ketahui, Saulus semasa hidupnya membunuh dan menganiaya para pengikut Kristus. Ia menganiaya pengikut Kristus dan tindakan tersebut nyatanya juga penganiayaan bagi Kristus pula.

Analogi menarik yang mengatakan bahwa segala bentuk kekerasan yang kita lakukan pada orang lain, kita lakukan pula pada Kristus. Sesuatu yang juga pernah Yesus analogikan pada perumpamaan mengenai tindakan-tindakan mereka yang masuk dalam kerjaan Allah (Lih. Matius 25:31-40)

Sesuatu yang mengingatkan saya bahwa, sekitar tahun 365 Basilius Agung, Uskup Kaisarea, mengatakan berikut ini: "Bila seseorang mencuri pakaian orang lain, ia dituduh pencuri. Tidakkah sebutan yang sama semestinya dikenakan juga kepada orang yang dapat memberi pakaian kepada yang telanjang tetapi tidak berbuat demikian? Makanan yang ada (ditimbun) dalam lemari penyimpanan adalah milik orang yang kelaparan; mantel yang tak dipakai lagi dan tergantung di kamar mandi adalah milik orang yang membutuhkannya. Sepatu yang semakin kumal di kamarmu termasuk milik orang yang membutuhkan sepatu. Uang yang kautimbun adalah milik orang miskin."

Dalam zaman modern ini arti perkataan Basilius Agung ini adalah bahwa orang-orang dalam negara maju menghabiskan sumber-sumber alam lebih dari bagiannya yang fair, maka mereka "merampas" makanan, pakaian dan hal-hal esensial lainnya dari mereka yang benar-benar membutuhkannya.

Ironis bukan?

Tapi beginilah cara Saulus masa kini menganiaya Yesus yang ada dalam diri orang-orang miskin dan tertindas. Kita mengatasnamakan “Hidup Sejahtera” dengan cara menyengsarakan orang lain. Terbukti dari banyaknya persaingan usaha tidak sehat; penjarahan tanah yang dilakukan oleh segelintir oknum kepada masyarakat yang dipersulit mengurus surat tanahnya dan masih banyak hal lainnya.

Menariknya lagi, hal ini ditutupi dengan mendiskrediktkan orang lain sebagai pemalas. Walaupun, beberapa orang memang melakukan hal demikian. Tapi bagaimana dengan mereka yang sudah berusaha keras, misalnya petani yang telah berjuang namun disiksa dengan harga pupuk yang mahal dan harga tidak stabil?

Sungguh, demikianlah kejamnya Saulus masa kini. Mereka tidak membunuh dengan pisau dan senjata tajam lainnya. Tapi mereka membunuh dengan menghancurkan perekonomian dan psikologis masyarakat luas.

Bagaiman dengan kita? Apakah kita juga bagian dari Saulus masa kini? Atau, adakah Saulus di dalam Keluarga?

Kemiskinan paling mengenaskan adalah kesendirian dan perasaan tidak dicintai. - Bunda Teresa

Bila direnungkan kembali, apa yang telah disampaikan Bunda Teresa; maka di dalam keluarga juga banyak diantara kita yang menjadi Saulus dengan memiskinkan keluarga kita sendiri

Loh, koq bisa?

Diantara kita telah melakukan banyak sekali kegiatan di luar rumah dengan mengatasnamakan kesibukan, yang nyatanya kita tidak pernah merasa nyaman akan suasana rumah dan selalu berharap harmonis tapi tidak pernah memulai untuk melakukannya.

Hari ini, Yesus bersuara dan memanggil kita semua sembari bertanya “Anakku, mengapakah engkau menganiayaku?” Sebab, segala bentuk penindasan yang kita lakukan kepada sesama kita, termasuk keluarga kita adalah bentuk penindasan kepada Kristus.

Bila titik awal perubahan Saulus, yakni saat melihat diri stefanus mati dirajam oleh orang Yahudi. Pertanyaan kepada kita, apakah hal serupa harus terjadi pada kita agar bertobat?

Seperti banyak anak-anak salah pergaulan, lalu orang tua mereka menyesali hidupnya dan merasa gagal. Apakah kita harus merasakan hal serupa untuk bertobat? Sekalipun itu telah terjadi, tidak ada kata terlambat untuk bertobat

Seperti banyak anak-anak yang tidak peduli dengan orangtuanya, lalu menangisi kematian orangtuanya. Apakah kita harus merasakan hal serupa untuk bertobat? Sekalipun itu telah terjadi, tidak ada kata terlambat untuk bertobat

Karena pertobatan itu tidak pernah ada kata “terlembat”, Tuhan selalu membuka tangannya untuk kita kembali dalam jalannya. Maukah, engkau mengikutiNya?

Komentar