BELAJAR DOA; LAGI! Matius 6:5-15 (PART 1)

 

Photo by Samuel Martins on Unsplash

MANUSIA, masih benarkah kita masih menjadi manusia?

Pertanyaan ini saya lontarkan dengan sangat mendalam, mengingat RASA KEINGINAN dalam diri membuat diri kita sebagai ciptaan ILAHI sudah melebihi daripada SETAN. Bayangkan saja, Yak 2:19 mengungkapkan,” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah u  saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”, sedang manusia? Apakah manusia masih memiliki rasa gemetar dihadapan Tuhan? Atau sebaliknya? Manusia justru mengangkat kepalanya saat ingin meminta dan berdoa kepada Tuhan?

Realitas selanjutnya juga menarik untuk kita lihat, dimana kaum-kaum Farisi semakin nyata dan terlihat di masa saat ini. Manusia semakin banyak menjadi seperti yang Tuhan Yesus katakan di dalam ayat 5 bahwa kita menjadi orang-orang munafik dan senang memanjatkan doa-doa yang membuat orang berpikir kalau kita sangat rohani. Kita senang kalau orang berpikir bahwa mereka sangat mengasihi Tuhan dan sangat saleh. Tetapi apa yang ditampilkan itu palsu.

Tambah menarik, ternyata praktek-praktek kesombongan dalam berdoa juga menjual bagi beberapa rohaniawan dan umat menyukai hal tersebut. Bahkan rela memberikan reward untuk doa-doa semacam itu.

Ironis? Tapi demikianlah yang terjadi.

Bayangkan saja bila kita memposisikan diri sebagai seorang yang diminta tolong oleh orang lain. Ia meminta tolong dengan kesombongannya dan bahkan terlihat memaksa kita? Atau seseorang minta tolong kepada kita atas permintaan orang lain, dan mereka mendapatkan upah atas perantaraan tersebut, apakah saudara mau menolongnya?

Ada dua hal yang layak untuk kita renungkan,

Pertama, tundukanlah terlebih dahulu hati kita saat berdoa. Seperti layaknya kita meminta tolong kepada orang lain atau yang kita harapkan saat orang lain meminta tolong kepada kita. Persis seperti kita meletakkan segala sesuatunya didepan seorang Raja dengan kerendahan hati dan pengharapan. Kesungguhan tersebutlah yang Tuhan ajarkan dalam Matius 6:5-15

Kedua, seperti yang Tuhan ajarkan dalam DOA BAPA KAMI, demikianlah doa kita tidak seharusnya bermotivasi egois. Jika doa kita hanya berpusat pada diri, maka kita akan berdoa dengan begitu lantang untuk memanfaatkan kemahakuasaan Allah bagi kepentingan kita pribadi. Percayalah, tidak ada seorangpun diantara kita yang mampu memanipulasi kuasa-Nya bagi kepentingan kita sendiri. Siapapun diantara kita, tidak ada istilah “Orang Dalam” atau “previllage” untuk memanipulasikan kuasa Tuhan bagi kepentingan dan keinginan hati kita saja.

Ingatlah Raja Daud di dalam 2 Samuel 12:16-23. Dia berdoa dengan sangat tekun tetapi di dalam ketekunannya dia tidak pernah melupakan rasa hormat kepada Tuhan dan keberserahan total kepada kehendak dan rencana Allah. Kita harus berdoa dengan ketekunan yang besar. Tetapi ketekunan yang disertai dengan iman, keberserahan kepada Allah, dan kerelaan untuk menaati kehendak Allah.

Komentar

Anonim mengatakan…
Mantap 👍🙏