Kedewasaan Penuh - Efesus 4:7-16

 


Percayakah kita, bahwa hal paling sulit adalah mengenal. Seorang istri atau suami akan terus mengalami proses pengenalan kepada pasangannya sampai kematian memisahkannya. Demikian pula antara orangtua dan anak, seberapa lamapun kebersamaan diantara mereka. Semua hanya menjalani proses pengenalan dan mengenal. Sampai pada kematian, tak jarang diantara kita masih terus belajar untuk mengenal dan memperkenalkannya kepada orang lain. Persis seperti mengenal Kristus dan memperkenalkannya kepada orang lain. Para murid yang memiliki kebersamaan dengan Yesus juga memiliki proses yang panjang dalam mengenal diri Yesus. Apalagi dengan kita saat ini yang tidak bersama dengan kristus? Bagaimana kita mencapai proses pengenalan itu dan menghidupinya sebagai bagian dari ajakan Paulus untuk hidup dengan kedewasaan penuh? Bila pada akhirnya kita tidak pernah mencoba untuk melihat dan mengenali Allah, Yesus dan Roh Kudus.

Bila kita lihat cara Allah memperkenalkan diri kepada kita sungguhlah sangat indah. Ia memperkenalkan dirinya dimulai dengan kuasaNya dan tercatat dalam banyak kitab juga tulisan dalam perjanjian lama. Namun, proses itu ternyata tidak membuat diriNya dikenal dan bahkan banyak bentuk perlawanan yang ditunjukkan dari sikap hidup kepada Allah. Sampai akhirnya IA memutuskan untuk hadir dan mendekat melalui wujud Yesus yang hidup dan sama seperti manusia. Apakah itu berhasil? Tidak, diantara kita dapat melihat bagaimana proses para murid sampai pada kematian Yesus, contohnya seorang Petrus yang harus belajar kembali tentang Kristus dengan bantuan Roh Kudus.

Demikian pula dengan setiap, proses menuju kedewasaan penuh seperti yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus, hanya akan berhasil bila dibantu oleh Roh Kudus. IA memiliki andil besar untuk kita dapat memahami dan mengerti Kristus. Seperti seorang pengerajin tanah liat, demikianlah Allah bekerja membentuk kita yakni sentuhan dari Kristus yang lembut juga pengerasan dari Roh Kudus yakni pengeringan untuk menutup setiap celah dalam tanah liat.

Dengan kata lain proses pencapaian kedewasaan penuh, selain daripada pengenalan terhadap Tuhan melalui firmanNya. Kita juga diajak untuk meminta bimbingan dan pertolongan Roh Kudus dalam mencapainya. Hanya dengan hal tersebut, kita dapat mempersatukan iman dan pengetahuan yang sering kali bertolak belakang dalam banyak perdebatan-perdebatan.

Kesadaran itu juga akan membawa kita pada sikap rendah hati dalam menanggapi kenyataan hidup yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian, tak hanya dalam perekenomian namun juga dalam  hal sosial. Seperti halnya Paulus dalam pengajarannya kepada jemaat di Efesus, yang awalnya mengalami penolakan. Namun kerendahan hati yang Roh Kudus ajarkan kepadanya membawa diri Paulus pada kecintaan akan pelayanan dan pemberitaan Kristus. Saya jadi teringat dengan apa yang Mother Teresa pernah katakan, "Jika Anda menilai orang, Anda tidak punya waktu untuk mencintai mereka."

Tinggi hati sering membawa kita pada penilaian akan kehidupan diri dan orang lain. Sesuatu yang akhirnya membawa diri pada tingkatan yang paling rendah dalam diri manusia. Sebab kita akan selalu terfokus pada benar dan salah. Mungkin saudara bertanya, apa salahnya ketika seseorang menunjukkan kebenaran bagi orang lain. Bukankah kita diminta untuk menjadi Terang dan Garam? Benar! Setiap kita memang diminta untuk menjadi Terang dan Garam. Tapi, ingatlah bahwa garam pernah menjadi musibah besar bagi Amerika dan Lampu Tembak sering menggaggu perjalanan banyak orang.

Malik Ibn Abnas pernah berkata;

Jika ada orang membela kebenaran, namun dengan cara menghujat, mencerca dan marah-marah, ketahuilah, niat orang itu telah cacat. Kebenaran tak perlu dibela dengan cara-cara seperti itu. Cukup senandungkan kebenaran itu; ia akan diterima.

Kala kita mempertengkarkan benar dan salah. Maka kita terjebak pada tataran manusia yang paling rendah. Saudara tidak akan menang, sekalipun diri saudara terlihat benar dibandingkan dengan yang lain. Saudara juga tidak akan kalah, sekalipun diri saudara terlihat salah dihadapan orang lain. Sebab, Kita diciptakan bukan untuk membuktikan kebenaran kita sendiri, tapi belajar pada kebenaran akan orang lain. Karena, "Beberapa orang datang dalam hidup kita sebagai berkah. Beberapa datang dalam hidupmu sebagai pelajaran." – Mother Teresa.

Melalui proses ini kedewasaan penuh itu dapat diwujudnyatakan dengan menghadirkan Kerjaan Allah bagi Dunia. Melalui proses mendukung, mendorong dan memberi diri untuk orang lain. Baik dalam pelayanan Gereja ataupun sosial. Karakter kita diuji dilihat dari bagaimana kita memperlakukan orang lain yang tidak dapat melakukan apa-apa untuk kita.

Komentar