BUKAN KEBERUNTUNGAN, TAPI BELAS KASIH TUHAN Kejadian 26:12-14


 

“Jika Pekerja Keras adalah pemilik kekayaan. Maka Para Kuli-lah yang paling Kaya dan Berkecukupan. Jika Orang Pintar adalah pemilik kekayaan. Maka Para Dosen-lah yang paling Kaya dan Berkecukupan. Namun Faktanya, tidak demikian. Semua berkat datangnya dari Tuhan dan belas kasihNya”

Ishak hidup di tengah-tengah orang Filistin yang ternyata merupakan tetangga yang jahat. Di sana ia menjadi orang yang sangat kaya dan berkuasa sehingga mereka takut kepadanya dan memintanya untuk meninggalkan daerah mereka. Sebagai seseorang yang “jauh lebih berkuasa” dari mereka (Kejadian 26:16), Ishak sebenarnya bisa menolak permintaan mereka, namun sebaliknya ia justru mengalah dan pindah ke lembah terdekat di mana Abraham, ayahnya, telah menggali beberapa sumur bertahun-tahun yang lalu.

Orang-orang Filistin telah menutup sumur-sumur itu setelah Abraham mati. Dan setiap kali Ishak menggali kembali salah satu sumur, mereka menyatakannya sebagai milik mereka, walaupun mereka tidak pernah menggunakannya. Mereka hanya senang bertengkar. Namun, Ishak terus berpindah tempat sampai ia memasuki daerah di mana orang Filistin tidak lagi menentang haknya atas sumber air yang ada di situ.

Bagaimana dengan kita? Siapa yang sering kita persalahkan ketika pendapatan kita tidak sesuai dengan harapan? Tengkulak? Pimpinan Kerja? Pemerintah? Atau bagaimana?

Seringkali, saat berbicara tentang perekonomian dalam berumah tangga yang terjadi semua orang mencari kambing hitam untuk dipersalahkan. Lalu berhenti belajar dan menyerah kepada keberuntungan. Sangat berbeda dengan yang dilakukan Ishak dalam perikop kita kali ini. Ia selalu berusaha mencari celah dan peluang yang baik untuk kehidupannya sekalipun orang filistin selalu berusaha menutupinya.

Coba ditarik kembali dalam kehidupan kita masing-masing. Berapa sering kita melakukan kegiatan konsisten yang menghasilkan sesuatu yang sama namun berharap dengan hasil yang berbeda? Albert Einsten mengatakan hal ini sebagai bentuk kegiatan orang paling gila. Tapi, nyatanya masih banyak kita melakukan hal tersebut dan akhirnya kita mempermasalahkan apa yang ada “di luar kita”.

Pada hakikatnya kita adalah manusia yang diciptakan akal dan budi untuk berkreasi dan inovasi sebagai tindakan adaptif dalam setiap kegiatan usaha dan pekerjaan kita. Caranya tentu dimulai dengan bentuk evaluasi, dengan harapan melalui kegiatan ini muncul hal-hal yang seharusnya layak untuk kita pelajari dalam mengembangkan soft-skill.

Tapi apakah semua ingin melakukan hal tersebut?

 

Sejatinya sangat penting bagi kita untuk banyak belajar dan meningkatkan keahlian dan pengetahuan dari waktu ke waktu agar bisa terus menguatkan bisnis dan mencapai goal yang ditetapkan. Goal dapat dicapai dengan usaha dan kerja keras yang berkelanjutan, menghadapi setiap tantangan dan kemunduran yang ada, seiring dengan pembelajaran baru yang muncul dalam perjalanannya.

Growth mindset dalam bisnis memberi kita kebebasan dan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan fixed mindset membatasi gerak dan membuat kita kurang beradaptasi dengan perubahan. Hal inilah yang berdampak langsung pada kesuksesan kita.


Memiliki growth mindset adalah suatu perjalanan yang melibatkan pemikiran kecil yang progresif dan melakukan perubahan lebih banyak daripada mengambil langkah besar dalam satu waktu. Kebanyakan dari kita tidak ada yang hanya memiliki growth mindset atau fixed mindset saja. Kita semua memiliki kombinasi keduanya dan semua itu bisa berubah-ubah setiap harinya.

Sebagai contoh, kapasitas Anda untuk merespon feedback negatif atau pandangan buruk orang lain mungkin terbatas, namun keinginan Anda untuk mencari tahu dan belajar dari orang yang lebih ahli adalah bagian dari growth mindset. Ketika menghadapi situasi yang menantang apakah Anda merasa gugup dan berpikir negative? Ketika melihat orang lain sukses apakah Anda merasa terganggu? Memahami diri sendiri dengan baik bisa membantu mengidentifikasi apakah Anda memiliki orientasi growth mindset dan mengidentifikasi pemicu munculnya fixed mindset.

Singkatnya, saya ingin mengatakan bahwa dalam kita bekerja dan berpengharapan kepada Tuhan adalah kegiatan sangat baik. Tapi, Tuhan juga menginginkan kita berhikmat dalam setiap perubahan yang cepat atau lambat terjadi. Berhenti berusaha dan belajar bukanlah aplikasi dari tindakan bersyukur. Sebaliknya, tindakan bersyuku membawa seseorang yang berpengharapan kepada Tuhan menjadi orang-orang pembelajar kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan. 

Komentar