Perkataan Orang Bijak Mendatangkan Kesembuhan (Amsal 12:18-25)

 


Seperti kita ketahui, Kitab Amsal sering disebut sebagai kitab yang ditulis oleh Salomo. Sebagai Tokoh Alkitab yang dianggap paling bijaksana. Walaupun sejatinya saya tidak terlalu menyetujui hal ini. Namun saya tidak ingin terlalu membahas hal tersebut, hanya saja Riwayat hidup Salomo menunjukkan bahwa perkataan yang manis dapat membuatnya memikat banyak Wanita dan bahkan karena sikapnya yang demikian Salomo akhirnya jatuh ke dalam dosa.

Belum lama ini, Marcel Radhival atau yang lebih dikenal dengan Pesulap Merah pernah memberikan tanggapan soal Hipnotis, yang mengatakan bahwa hal tersebut tidak seperti yang sering diceritakan atau diadegankan dalam drama. Sebaliknya hipnotis yang termasuk dalam hipnoterapi digunakan untuk penyembuhan pada penderita phobia dan seseorang yang mengalami stress. Menariknya semua kegiatan tersebut menggunakan perkataan-perkataan yang mempengaruhi pikiran dari orang yang mendengar. Termasuk pula dengan kegiatan-kegiatan sugesti.

Dengan kata lain, saya ingin mengatakan bahwa perkataan itu juga memiliki peran besar bagi yang mendengarnya. Termasuk memberikan perkataan-perkataan negatif, walau sering dianggap sepele tapi ini sangat berpengaruh pada pikiran, tubuh dan kehidupan orang yang mendengar. Dampak-dampak itu seperti; Meningkatkan stress. Menyalahkan dan meremehkan kemampuan diri, Kenangan Buruk yang Memicu Trauma, Merusak perkembangan otak, Gangguan Tidur dan Nafsu makan hilang, terserang penyakit berbahaya.

Untuk anak-anak, keluarga yang sering mengucapkan kata-kata negatif kepada mereka akan berdampak terhadap kepercayaan diri; kebiasaan berkata negatif karena anak-anak menirunya; kesulitan meredakkan stress yang akhirnya membawa anak-anak untuk bertindak hal-hal negatif dalam meredakan stresnya.

Inilah mengapa perikop ini menjadi menarik bagi kita. Sebab perikop ini mencakup sampai keseluruhan kehidupan kita termasuk dalam Spritualitas. Mengingat saat ini ada begitu banyak para pelayan Tuhan yang tanpa mereka sadari telah melakukan pelecehan spritualitas pada umat. Adapun beberapa contohnya, seperti:

1.      Memanfaatkan doktrin soal kejatuhan dalam dosa untuk menuduh, mengecam, menyerang, menghukum atau membuat seseorang hidup dalam rasa bersalah. Seseorang dilingkungan gereja bisa melakukan hal ini untuk mencapai tujuan pribadinya.

2.     Memanfaatkan karya penyaliban Yesus untuk meyakinkan seorang korban tindakan kekerasan atau kejahatan bahwa apa yang mereka alami itu normal. Karena itu mereka harus menerimanya dengan lapang dada.

3.     Memakai alasan pelayanan yang sibuk untuk mengabaikan seseorang yang butuh ditolong karena masalah pribadi, kekerasan fisik, tekanan pelayanan dan sebagainya.

4.    Pelaku pelecehan spiritual membenarkan jika perbedaan pendapat adalah produk dari dosa.

5.     Mengkambinghitamkan pelayanan atau lembaga Kristen untuk melindungi diri. Dia mencoba untuk menjadikan dirinya dibutuhkan oleh lembaga-lembaga pelayanan sehingga kesalahan atau kekeliruan yang dilakukannya tak lagi dipersoalkan.

Jadi bagaimana?

Disinilah kita harus menyadari dan jujur pada diri sendiri akan kelemahan diri kita yang lemah dan rapuh. Kejujuran ini diperlukan agar kita meminta dan menyerahkan diri pada Roh Kudus untuk berhikmat dalam berkata-kata. Sehingga dengan demikian, perkataan kita menjadi kesembuhan bagi yang mendengar dan menerimanya. Persis seperti perkataan Yesus kepada Perempuan Samaria yang menyembuhkan (Yoh 4:5-10),

Komentar

Anonim mengatakan…
Jadi bahan renungan juga..
Mantap bebere
Anonim mengatakan…
Contoh2 nya sangat aktual dan kekinian, sangat mungkin terjadi. Mudah2 an kita tdk terjebak dlm sikap2 spt contoh tsb.
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Bujur melala ma, Tuhan simasu masu