MIMPIKU DAN RENCANA-MU (MATIUS 16:21-24)

 


Petrus tidak mengerti atau Petrus tidak mau mengerti?

Banyak yang berfikir bahwa Petrus dan para murid lainnya memang tidak mengerti tentang arti hadirat Yesus di dunia. Benar, demikianlah memang yang terjadi. Hal ini disebakan karena menurut gambaran mereka, Mesias akan menggulingkan penjajah, lalu akan menjadi raja Israel yang merdeka. Tetapi kini Tuhan Yesus mengajarkan yang sebaliknya, Mesias akan menderita, disalibkan, mati dan dibangkitkan.

Ajaran Yesus itu terlalu bertentangan dengan gambaran mereka yang sudah mendarah daging. Mereka harus rela membuang dulu gambaran yang lama. Sesudah itu barulah mereka bisa mengerti apa yang diajarkan Yesus.

Itulah susahnya proses belajar dari seorang dewasa. Anak kecil belajar dengan jalan mengingat. Tetapi orang dewasa belajar dengan jalan melupakan, yaitu melupakan gambaran yang lama.

Hari ini, berapa banyak yang telah menjatuhkan semangat saudara untuk hidup? Ada berapa banyak kegagalan yang saudara alami? Percayalah saudaraku, sebanyak apapun penderitaan itu; sejatinya itu tidak akan pernah bisa melumpuhkan saudara. Sebab dalam Kristus ada pengharapan, dan pengharapan itulah yang menjadikan masa lalu menjadi sebuah pelajaran untuk melangkah lebih jauh.

Namun sering kali, justru hal yang demikian sering hilang dalam diri kita. Persis seperti yang dialami oleh murid selama tiga tahun bersama sama dengan Yesus. Mereka tidak mengerti bahwa Yesus akan menjadi Mesias yang menderita, disalibkan dan dibangkitkan.

Mengapa? Karena mereka tidak bertanya! Mereka tidak bertanya tentang apa yang selalu Yesus sampaikan mengenai arti hadiratnya di dunia. Injil Markus menceritakan hal tersebut, Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakan kepada=Nya. (Markus 9:32)

Ironis, seharusnya mereka tidak segan bertanya. Tapi keangkuhannya mendominasi diri para murid. Mereka berlagak pura-pura mengerti. Sesuatu yang sering kali juga terjadi dalam diri kita. Perkataan-perkataan yang menjatuhkan membuat diri kita sulit melangkah untuk lompatan yang jauh di dalam Kristus. Kita merasa yakin dengan “Mimpi Kita” bukan dengan apa yang Tuhan inginkan. Kita lebih senang bertanya kepada orang lain tentang “Mimpi Kita”, bukan bertanya dan berserah pada Tuhan tentang “Mimpi Kita”.

Tahukah saudara, batu besar seringkali tidak membuat orang lain terjatuh. Justru batu kecil yang terkadang membuat orang jatuh. Mungkin bagi kita yang berfikir dengan semua fakta dan logika, komunikasi dengan Tuhan adalah sesuatu yang kecil dan sering diabaikan. Namun, nyatanya hal inilah yang membantu saudara untuk melangkah lebih jauh yakni menerima hadirat Tuhan, bertanya dan menyerahkan diri dalam rancanganNya.

Sulit? Benar, tentu banyak hal yang sulit dan diluar kendali kita saat mengikuti jalan yang dia rancangkan bagi kita. Tapi apakah, IA pernah meninggalkan kita? Tidak!

Buktinya?

Tahukah kita? Mempersembahkan anak lelaki di zaman Yesus masa itu adalah sebuah kemaluan yang besar dan telah merengut harkat dan martabat diri seorang Bapak. Tapi, kita lihat bahwa Salib membuktikan kasihNya kepada kita semua. Anak Manusia yang adalah Tuhan kita mempersembahkan diri di kayu Salib untuk kita. Sebab, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, bahkan DIA selalu sedia memberikan dirinya untuk kita.

Jadi, bagaimana saudaraku?

Seberapa banyak rintangan yang engkau lihat didepan, seberapa banyak masa lalu yang telah merantai kakimu untuk melangkah?

Saudaraku, biarlah Tuhan melepaskan rantai itu! Biarlah Tuhan berbicara bagimu, untuk sesuatu yang indah. Mungkin Tuhan tidak menginginkanmu melewati penderitaan yang besar itu? Tapi dia mengarahkan jalan lain untuk melewati penderitaan yang engkau hadapi? Atau mungkin Dia telah sedia dan mengulurkan tanganNya untuk membawamu melangkah menuju “Mimpimu”? Saya tidak mengetahuinya, namun yang saya tahu; Sampai detik ini, Kasih Tuhan tidak tinggal di Kayu Salib 2000 tahun lalu. Tapi, kasihnya selalu ada untuk menyertai dan menguatkanmu sejak sekarang dan sampai nanti.

Komentar