ADA YANG TERSINGGUNG ? - Kis 16:24-31



 Setiap tindakan tentu akan mendapatkan reaksi pro dan kontra. Keputusan-keputusan yang kita ambil dalam hidup akan selalu bersifat politis, karena hidup setiap orang selalu bersinggungan dengan orang lain. Karena itu, tidak jarang orang tua dahulu mengajar kita untuk hati-hati dalam bertindak.

Tapi, bagaimana bila hal ini terkait dengan pelayanan? Apakah kita harus sangat berhati-hati untuk melakukannya? Tentu! Tapi bagaimana bila tindakan itu justru menjadikan kita untuk tidak berbuat sama sekali? Apalagi sampai bersinggungan dengan sesuatu yang sudah “biasa” dan dianggap “benar” padahal “tidak”! Bagaimana?

Bila kita perhatikan ayat alkitab yang menjadi renungan kita hari ini, yakni Kis 16:24-31 dituliskan bahwa; Perbuatan Paulus mengusir roh tenung dari hamba perempuan itu berdampak pada kemarahan pemilik hamba perempuan itu yang kehilangan penghasilan mereka. Paulus dan Silaspun ditangkap dan diseret ke hadapan penguasa setempat (19). Dengan tuduhan bahwa keduanya telah mengacaukan kehidupan penduduk kota Filipi. Hal ini disebabkan banyak orang percaya akan ucapan-ucapan hamba perempuan yang dari setan itu dianggap berasal dari dewa oleh karena itu pelayanannya sebagai tukang tenung sangat dicari. Melalui Paulus Kristus menunjukkan kuasaNya atas roh jahat itu. (16). Apa yang telah dilakukan Paulus dan Silas atas hamba perempuan yang mempunyai roh tenung itu mengakibatkan mereka di lempar kepenjara setelah menerima siksaan terlebih dahulu (20-24). Menurut kebiasaan hukum penderaan Yahudi, hukuman yang mereka terima empatpuluh kurang satu pukulan (2Kor.11:24). Sementara hukum Romawi tergantung kepada hakimnya yang sering kali berakhir dengan siksaan yang kejam.

Saya teringat dengan pengalaman dalam mengembangkan pelayanan di satu daerah dengan orang-orang diaspora GBKP. Yangmana kala itu, dalam pelayanan tersebut saya menemukan orang-orang Karo tersebut merindukan pelayanan dan persekutuan bersama di GBKP. Hanya karena mereka telah dilayani oleh denominasi Gereja lain, tindakan saya dianggap menyalahi aturan dan mendapatkan fitnah. Pelayanan saya dianggap tidak murni dan hanya mengharapkan hal-hal yang bersifat materi.

Nah, bagaimana bila hal serupa terjadi pada saudara? Apa tindakan yang saudara lakukan dan putuskan secara khusus dalam pelayanan seperti itu? Berhenti?

Pernah ingat tentang seorang tokoh dunia yang dipenjara dan cerai dengan keluarganya? Pada 1992, dua tahun usai dirinya dibebaskan dari penjara rezim Apartheid Afrika Selatan, sang pemenang penghargaan Nobel Perdamaian mengajukan tuntutan hukum untuk mengakhiri mahligai rumah tangganya. Dia adalah Nelson Mandela seorang yang juga pernah menjadi Presiden Afrika Selatan. Bahkan banyak pula tokoh lain yang akhirnya juga mengalami peristiwa persitiwa kontrovesial dalam hidup keluarganya.

Saya teringat dengan 2 lagu sebagai inspirasi dari renungan ini; Jadikan Hatiku Istana Cintamu dan Sekalipun Diriku Dapat Berkata Kata.

Lagu ini begitu menginspirasi saya akhir akhir ini dalam melakukan pelayanan. Mengapa? Karena sering kali setiap tindakan benar yang kita lakukan dianggap sebagai kehendak dari Tuhan. Sehingga kita berjuang dengan perlakuan tersebut dan melupakan kuasa Tuhan serta kepentinganNya.

Ingatlah ini saudaraku; tidak semua hukuman yang terjadi pada hal-hal yang saudara lakukan secara khusus pelayanan dikarenakan saudara sedang “memikul salib”. Bahkan tak semua hal benar adalah baik! Segala kegiatan yang benar belum tentu menghasilkan hal baik, dan segala tindakan baik tentu akan menghasilkan yang baik.

Apa yang Paulus dan murid-murid Yesus lain lakukan dalam Kisah Para Rasul menghasilkan hal-hal baik meski akhirnya mereka dibunuh dan dihukum karena perbuatannya. Tapi hal baik bermunculan, tunas baru bertumbuh dan berkembang menjadi pohon yang meneduhkan kita.

Pertanyaannya, maukah kita menyelediki setiap tindakan yang kita ambil ini? Apakah hal-hal ini benar atas penyertaan dan utusan yang Tuhan lakukan pada kita? SADARLAH!!!

Komentar