Allah Menolong, Seturut Kehendak-Nya (Mazmur 27:7-10)

 


Saudara yang terkasih, bila kita membahas renungan ini dari ayat 1-3; maka kita melihat bagaimana Pemazmur mengalami keyakinan dan keberanian dalam hidupnya. Tidak ada lagi rasa khawatir yang muncul bersama dengan Allah. Seterusnya, bila kita membaca ayat 4-6, maka kita menemukan bagaimana gairah dan perasaan Pemazmur yang aman dalam perlindunganNya dan tenang saat menghadapi musuh-musuhnya. Tetapi, pada ayat-ayat yang kita baca kali ini terasa seperti adanya kontras dari kondisi Pemazmur yang sebelumnya.

Bagaimana mungkin Pemazmur yang tadinya begitu percaya diri tanpa rasa takut, namun sekarang terasa begitu tertekan?

Sebagian besar penafsir Alkitab mengatakan bahwa Mazmur 27 merupakan penggabungan dua mazmur Pemazmur dari dua peristiwa yang berbeda, itulah sebabnya pembaca yang cermat dapat merasakan perbedaan yang terjadi pada diri Pemazmur.

Tentu ini persoalan teologis yang tidak perlu saya bahasa dalam artikel ini, tapi hal menarik untuk kita refleksikan sebagai berikut;

1.     Seberapa berdosakah manusia yang memiliki keraguan?

Sejatinya, semakin kemari saya semakin sadar tentang Douter et croire (Ragu-ragu dan Percaya) kerap menjadi seperti dua sisi dari koin yang sama, yaitu relasi kita dengan Tuhan. Relasi yang membawa kita dalam sebuah perjalanan yang mendalam. Tentu, ada bagian-bagian kosong, gelap dan pekat. Namun setidaknya, perjalanan itu tidak terhenti karena rasa percaya. Itulah mengapa, ragu-ragu bukan status jiwa yang sanksi akan Tuhan, melainkan gejolak kehidupan yang memacu relasa kedalaman hubungan kita bersamanya. Justru sulit membayangkan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang besar tanpa pernah berada dalam keragu-raguan. Karena relasi dengan Tuhan tidak mungkin sekedar sebuah formalitas, tentang keterpaksaan untuk mempercayai Tuhan atau memaksa diri untuk mempercayaiNya. Relasa dengan Tuhan adalah momen di mana kita berhadap-hadapan sendirian dengna Tuhan kita. Dan saat itu, Ragu-Ragu justru menjadi pengantar cinta itu sendiri yang segera akan lebuh dalam pelukanNya, pelukan Sang Cinta.

Agustinus adalah contohnya. Agustinus sangat pandai meragukan apa yang setiap kali dipeluknya. Dia tercebur dalam “kebenaran” yang satu ke yang lain tanpa ada pemenuhan kedahagaan. Dan ketika dia berjumpa dengan seorang Uskup Ambrosius, Uskup dari kota Mila, ia menanggalkan keragu-raguanya. Ia berjumpa dengan saksi kebenaran. Ia ditangkap dan dipeluk oleh Sang Kebenaran lewat khtobah lembu Amborsius.

Dalam konteks hidup Agustinus, Tuhan seperti berkata,” Kejarlah Daku, dikau kutangkap.” Ragu-ragu identik dengan kegelisahan. Agustinus gelisah sampai ia dipeluk oleh Sang Cinta.

“Terlambat aku datang kepada-Mu, hai Sang Cinta” adalah bahasa lain dari apa yang kerap dia tulisa mengenai Tuhannya, God, I love you late.

2.   Doa itu ternyata juga tentang merendahkan diri dihadapanNya!

Benar bila Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya. –1 Yohanes 5:14. Namun, ada satu yang sering kali kita lupakan pada ayat tersebut dan umumnya dipotong oleh banyak orang yakni menurut kehendak-Nya.

Pengertian ini menjadi yang seharusnya terpenting bagi kita adalah mencari kehendakNya dan apakah kita layak menerima kehendaknya? Sering kita lupakan akan hal tersebut, sampai kita merasa angkuh kepada DIA.

Justru hal menarik ketika melihat mazmur ini menjadi satu bagian, ketika ia menceritakan bagaimana orang yang layak dan mendapat pertolongan dari Allah kemudian dirinya terenyuh dan memohon dengan sangat untuk dilayakkan oleh Allah tuk dapat menerima janjiNya.

Perhatikan ayat 9. Empat kali Pemazmur, memohon dengan sangat kepada Tuhan, saya tambahkan dari kata kerja Ibraninya: pertama, janganlah kiranya menyembunyikan wajah-Mu kepadaku. Kedua, janganlah kiranya menolak hamba-Mu ini dengan murka. Ketiga, janganlah kiranya membuang aku. Keempat, janganlah kiranya meninggalkan aku.

Pernahkah kita meminta seperti yang Pemazmur lakukan? Bila belum pernah melakukanya, sampaikan dan tanyakan pada-Nya. Apakah kita layak untuk mendapatkan sesuatu yang kita minta sekarang? Apakah Allah mau melayakkan hal tersebut untuk kita?

Komentar