"BERSAMA MELAKUKAN KEHENDAK-NYA Keluaren 2:1-10"

 


Bangsa Israel yang berada di Mesir mengalami penderitaan bukan hanya fisik, mental dan Iman mereka, hal ini dikarenakan adanya ketakutan Bangsa Mesir akan pertumbuhan dan perkembangan Bangsa Israel yang semakin hari semakin bertambah banyak, memaksa Firaun untuk mengeluarkan titah agar setiap anak laki-laki yang lahir dari keluarga Bangsa Israel, harus dibunuh. Ini adalah situasi yang sangat mencekam dan menakutkan bagi setiap keluarga orang Israel termasuk satu keluarga Lewi yang melahirkan seorang bayi laki-laki yang cantik. Mereka tidak rela untuk melepaskannya mati ditangan bangsa Mesir dan berusaha untuk menyembunyikannya, tetapi mereka tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi. Disinilah mereka, para wanita-wanita yang luar biasa yaitu: Yokhebed ibu Musa, Miryam kakak kandung Musa dan yang ketiga Ibu angkat Musa yaitu Putri Firaun, melakukan peran mereka masing-masing dalam menggenapi kehendak Allah, dengan cara menyelamatkan bayi Musa yang kelak akan menjadi perpanjangan tangan Kasih Tuhan untuk kebebasan bangsa Israel dari masa penjajahan Mesir.

Tapi pernahkah saudara membayangkan bahwa diri anda adalah Putri Firaun dan nyatanya Yokhebed adalah orang yang selama ini saudara anggap sebagai orang yang tidak pernah bisa diatur dan memberikan tanggung jawab besar kepada saudara. Apa tanggapan saudara?

Hal ini saya pertanyakan, sebab sering kali kita berfikir bahwa sangatlah sulit untuk melakukan kehendak Tuhan secara bersama dengan orang lain. Sebab (mungkin) sering kali kita menemukan bahwa dalam persekutuan kita akan ada seseorang yang sangat sulit untuk diatur dan kita sebut sebagai Yudas Iskariot.

Faktanya, kita tidak akan pernah bisa lolos dari orang-orang seperti ini dan demikianlah kenyataanya. Bahwa kita belajar dan berkembang justru karena orang-orang yang kita anggap demikian. Sebab sangatlah mudah berdamai dan memiliki cinta kasih kepada orang-orang yang kita sukai. Namun, ujian spritual sejatinya adalah jika kita bisa memiliki belas kasih dan kedamaian terhadap hal-hal yang tidak kita sukai. Singkatnya, cara pertama yang harus kita sadari, adalah “apapun yang kita lakukan, betapapun kita berpuaya dan berjuang, sesuatu yang tidak kita sukai selalu ada dalam hidup kita!”

Kedua, sadarilah bahwa bukanlah kita yang paling berkuasa dan kita bukanlah pemilik tanggung jawab besar dalam menjalankan kehendak Allah dalam persekutuan kita. Sebab, bila kita memiliki pemikiran bahwa sebagai penanggung jawab besar, maka kesalahan pertama yang muncul adalah kita beranggapan bahwa kita mengetahui lebih banyak dari yang lain dalam mewujudnyatakan kehendak Allah. Sehingga perspektif ini membawa kita pada banyak masalah dan mengentikan banyak pengembangan kasih, kedamain dan kebaikan dalam kebersamaan kita dalam mewujudnyatakan kehendak Allah.

Terakhir, sering kali kita memberikan persepsi yang salah kepada kehidupan orang lain dan persepsi tersebut membuat kenyataan baru dalam pikiran kita mengenai orang tersebut. Contohnya, jika saudara pergi ke penjara dan melihat bahwa itu adalah sosok yang pernah melakukan pembunuhan, saudara akan melihat gambaran yang jauh lebih besar ketimbang perbuatan yang pernah mereka lakukan. Ketika saudara sesungguhnya mulai melihat sisi lain mereka yang jauh lebih besar, maka sisi itulah yang akan mereka tunjukkan kembali kepada saudara. Sebaliknya, ketika saudara menghormat sisi baik mereka, sisi yang pantas dihormat, dan mereka akan mulai bisa melihat sisi baik itu sendiri, mereka mendapatkan kepercayaan diri, mereka menyukai bagian baik dari diri mereka ketimbang bagian kriminalnya, maka bagian kriminal dari diri mereka akan tersingkir. Itu karena apa yang kita sukai, apa yang kita pusatkan, itulah yang biasanya bertumbuh.

Nah, jadi bagaimana? Maukah saudara bersama-sama mewujudnyatakan kehendak Allah dalam keluarga, kelompok dan persekutuan-persekutuan saudara?

Aron Ginting Manik, S.Si Teol C.CM

GBKP Rg Buluh Awar (085372363155)

Komentar

Anonim mengatakan…
We must potitif thinking for ever