"TAK PERLU TINDAKAN SPEKTAKULER - KISAH PARA RASUL 28:1-10"

 


Kisah yang termuat dalam renungan kita kali ini menjadi kesaksian dan menggenapi nubuat dari perkataan Yesus saat ia menunjukkan dirinya setelah kebangkitan khususnya mengenai orang beriman yakni, “Pergilah ke seluruh dunia dan siarkanlah Kabar Baik dari Allah itu kepada seluruh umat manusia.  Orang yang tidak percaya akan dihukum. Tetapi orang yang percaya dan dibaptis, akan selamat. Sebagai bukti bahwa mereka percaya, orang-orang itu akan mengusir roh jahat atas nama-Ku; mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak mereka kenal. Kalau mereka memegang ular atau minum racun, mereka tidak akan mendapat celaka. Kalau mereka meletakkan tangan ke atas orang-orang yang sakit, orang-orang itu akan sembuh. (Bdk Mrk 16:15-18)

Ketika membaca kisah Paulus dalam renungan kita kali ini dan perkataan Yesus, saya menjadi sangat bersemangat untuk menyalakan api penginjilan. Tapi disisi lain, timbul pula keraguan yang layak untuk kita refleksikan;

Apakah api penginjilan akan selalu dibarengi dengan kuasa-kuasa dan mukjizat kesembuhan? Apakah api penginjilan itu selalu dibarengi dengan semangat-semangat pelepasan seperti pengusiran setan? Apakah penginjilan selalu berbicara tentang pelepasan setan dan penyembuhan? Bagaimana bila api penginjilan itu aku sampaikan dan wujudnyatakan dengan kepedulianku melalui doa? Mungkinkah?

Saya ingat kisah tentang pendiri Peoples Temple Jim Jones memimpin ratusan pengikutnya untuk melakukan aksi bunuh diri massal di sebuah perkebunan di Guyana, negara terpencil di Amerika Selatan pada 18 November 1978. Mereka melakukan bunuh diri dengan cara meminum racun, baik secara sukarela maupun diancam dengan menggunakan senjata.

Adapula kisah tentang seorang pendeta ang biasa memegang ular saat memimpin ibadah dilaporkan tewas. Dirinya tewas akibat digigit ular yang sering dibawanya. Pendeta yang teridentikasi sebagai Jamie Coots diketahui meregang nyawa di Gereja Middlesboro Kentucky. Coots tewas ketika menolak mendapat perawatan sehabis digigit hewan berbisa tersebut.

Kegiatan ini berlandaskan hal-hal yang berbau teologis, khususnya mengutip perkataan Yesus tentang orang beriman akan baik baik saja ketika ia meminum racun atau memegang ular berbisa sekalipun.

Saya yakin, bila hal ini ditujukkan kepada saya untuk membuktikan bahwa diri saya beriman atau tidak. Maka sudah dipastikan kalau saya akan mati karena minum racun, bukan karena saya beriman atau tidak.

Dengan kata lain, saya ingin menyatakan dan membagikan kepada saudara bahwa mungkin saya bukanlah orang yang luar biasa seperti para pendeta-pendeta yang melakukan penyembuhan, melakukan pelepasan setan-setan, dan atraksi minum racun atau memegang ular berbisa. Tapi, dalam kekurangan dan kerapuhan tersebut saya meyakini bahwa Tuhan memakai saya untuk mengabarkan injil dengan yang ada pada saya.

Keyakinan serupa juga saya bagikan kepada saudara, bahwa (mungkin?) saudara tidak mendapatkan karunia yang dapat melakukan mukjijat dan kuasa kuasa yang luar biasa. Tapi bukan berarti kita tidak berdampak bagi siapapun, Tuhan juga memberikan kepada kita kuasa untuk mendoakan dan berdoa bagi juga untuk siapapun. Tentang hasil dari setiap doa kita untuk orang lain, mungkin tidak mampu memuaskan orang yang sedang kita doakan. Tapi setidaknya, Tuhan puas melihat anak-anaknya berusaha dan menyebarkan kehadiranNya melalui hal-hal kecil dan sederhana dalam kehidupan pelayanan kita.

Pada akhirnya, kita hanya perlu mengintegrasikan sikap melayani ke dalam diri kita. Starteginya sangatlah sederhana; Bila saudara melakukan sesuatu yang baik kepada seseorang, lakukanlah saja, maka saudara akan memperoleh perasaan ringan dan damai yang begitu indah. Sebaliknya, yang dapat mengganggu perasaan damai ini adalah pengharapan kita akan balasannya. Pikiran kita sendiri akan merusak perasaan damai kita begiti pikiran itu muncul, membuat kita terperangkap pada apa yang kita inginkan dan butuhkan.

Lihat kembali kisah Paulus dalam renungan ini, bukan tentang hal-hal spektakuler yang Tuhan lakukan melalui Paulus, tapi dia mengintegrasikan sikap melayani ke dalam dirinya sekalipun difitnah sebagai pembunuh dan dicurigai.

Bagaimana? Masih memerlukan hal-hal yang spektakuler? Atau menjadikan diri spektakuler karena mengintegrasikan sikap melayani dalam diri kita? Cobalah dengan mendoakan orang-orang sekitar anda. Layani mereka dalam setiap doamu!

Aron Ginting Manik, S.Si Teol C.CM

GBKP Rg Buluh Awar (085372363155)


Komentar

Anonim mengatakan…
Tks Pendeta..sangat memberkati.Tuhan Yesus memberkati pelayanan anda
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Amin. Terpujilah Tuhan