LITERASI BUDAYA DI ZAMAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI)

 


Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi salah satu inovasi teknologi yang paling menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir. AI telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mengubah cara kita bekerja, berinteraksi, dan hidup secara keseluruhan. Tapi, sadarkah kita dalam perkembangan AI terdapat efek samping yang mengubah identitas kita sebagai manusia yang memiliki emosi dan berbudaya.

Terbukti dalam perkembangan AI yang muncul sejak tahun 1956 dan dikemukakan oleh ilmuwan komputer Amerika John McCarthy di konferensi Dartmouth. Terdapat 12 Bahasa yang sudah punah dan 25 bahasa terancam punah di Indonesia. Apakah penyebab utamanya adalah AI? Tentu tidak, sangat jauh bila kita menjadikan AI sebagai faktor utama dari kejadian ini. Sebab, perkembangan paling pesat dari AI justru terjadi saat Dunia diserang virus Corona.

Sekalipun demikian, bukan berarti AI tidak jadi perhatian. Karena perkembangannya yang tidak terbendung kini, akan menentukan nasib bahasa daerah kedepan. Tidak menutup kemungkinan, dengan kemudahan yang diciptakan AI akan mengurangi ketertarikan orang lain terhadap bahasa daerah. Bahkan, UNESCO menyatakan bahwa bahasa daerah akan punah setiap 15 hari sekali.

Adakah kita yang mengetahui Sengketa Sipadan dan Ligitan, persengketaan antara Indonesia dan Malaysia atas kepemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makasar? Menurut Kepala Bidang Pengembangan Strategi Kebahasaan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Joni Endardi diketahui bahwa lepasnya pulau itu dari Indonesia, karena setelah dicari informasi ke Mahkamah Internasional, di sana ternyata masyarakatnya menggunakan bahasa Melayu Malaysia. Inilah jadi salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia kalah dengan Malaysia

Perkembangan terkini, membuktikan bahwa bahasa daerah sangat kurang diminati. Salah satu penyebabnya, karena ada bahasa Internasional yang digunakan dan diakui oleh banyak kalangan. Tentu ini tidak salah, tapi masyarakat Jepang dengan berbagai faktor pendukung; memilih untuk tetap menggunakan bahasa ibu mereka daripada memaksa diri belajar bahasa Internasional.

Lalu apa hubungannya dengan kita dan literasi Budaya?

Sadarkah kita, bahwa Bahasa Daerah itu memenuhi kebutuhan emosional seseorang? Apakah itu keluarga dan saudara, ataupun orang yang pertama kali anda kenal dengan kesamaan suku. Karena bahasa daerah yang kita ketahui, akhirnya kita semakin memiliki keterikatan di dalamnya.

Nah, ini yang menjadi bagian pentingnya. Pemenuhan Emosional menjadi hal utama yang membedakan manusia dengan hasil dari AI. Dengan perkembangan saat ini, AI juga mampu menggunakan dan menerjemahkan beberapa bahasa daerah. Tetapi, teknologi tidak dapat memenuhi “emosi” yang dihasilkan dari penuturan bahasa daerah tersebut.

Literasi Budaya, menjadi pilihan untuk tidak hanya sebagai pelestari budaya. Lebih daripada itu, Literasi Budaya menjadikan diri kita sebagai “manusia seutuhnya” dengan semua “emosi” yang kita miliki. Bukankah, “Emosi” menjadi anugerah terindah dari Tuhan untuk kita mewarnai hidup ini?

Selain itu, sebagai bagian dari dunia global, Indonesia juga mendapat pengaruh budaya dari berbagai Negara sebagai dampak dari hubungan kerja sama yang dibangun. Akibatnya, keberagaman yang sudah ada, yang dibawa oleh tiap tiap suku bangsa di Indonesia menjadi semakin kompleks dengan masuknya pengaruh global. Kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab Negara sebagai bagian dari suatu bangsa merupakan kecakapan yang patut dimiliki oleh setiap individu di abad ke-21 ini. Oleh karena itu, literasi budaya penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kenapa? Karena literasi budaya tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global.

Jangan sampai kita menjadi seperti yang disinggung dalam Pidato Presiden Jokowi di Kemerdekaan NKRI ke-78, membawa polusi pada budaya dan melukai keluhuran budi perketi bangsa Indonesia.

Komentar

Anonim mengatakan…
Mantap sekali ulasannya Pak Pdt
Anonim mengatakan…
Bujur
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Terimakasih, terpujilah Tuhan
Anonim mengatakan…
Ini current isu yang perlu disebarluaskan spy banyak yang memahami tentang AI dan mampu memanfaatkannya untuk pelestarian budaya. Teruslah berkarya mengisi ruang sebagai data base yang dapat dipakai oleh AI saat memberikan jawaban kpd user.
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Terimakasih, terpujilah Tuhan
Teo Tarigan mengatakan…
Ulasan yang aktual dan inspiratif. Mengutip slogan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, mari "Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing." Terus menulis dan berkarya, Pdt
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Bujur melala abangnda Teo Tarigan. Terpujilah Tuhan, atas setiap yang DIA telah lakukan