MENDAPATKAN HORMATMU KEMBALI - KEJADIAN 17:1-8 (REFLEKSI KAUM BAPAK) -

 


Di suatu desa, hiduplah seorang Bapak Polan yang memiliki istri dan anak lelaki tunggal. Bp Polan terkenal dengan kehidupan kelamnya. Ia sering bermain judi, minum-minuman keras dan melakukan kekerasan pada anaknya Polan. Sampai suatu ketika, ia mendengar suatu ceramah yang tidak jauh dari tempat dia duduk. Ceramah tersebut menyentuh hatinya dan singkat cerita, hal tersebut membuat Bp Polan akhirnya memulai pertobatannya.

Berita itu terdengar di seluruh desa dan menjadi hot isu. Tentu hal ini membuat Bp Polan sedikit bangga dengan pertobatannya. Karena cerita pertobatannya membuat dirinya sering dibicarakan dan dilihat dengan penuh hormat oleh keluarga juga seluruh masyarakat di desa.

Kebanggaan tersebut, menghantarkan dirinya untuk membangun suatu kuburan yang bertuliskan “Bp Polan Telah Dikuburkan”. Hal ini semakin menggemparkan masyarakat desa. Karena mereka melihat Bp Polan masih hidup, tapi kuburannya dibangun olehnya. Ia mengklarifikasi kepada seluruh masyarakat, bahwa kuburan itu bukti bahwa dia telah menguburkan masa lalunya dan telah menjadi yang baru. Mendengar hal ini, masyarakat Desa akhirnya mengerti dan tersenyum dengan klarifikasi yang disampaikan Bp Polan.

Beberapa bulan setelahnya, terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Kuburan itu seketika hancurkan dan tertulis “Bp Polan Telah Bangkit Kembali”. Sontak, kejadian itu membuat masyarakat desa kebingungan dan mencari-cari pelaku penghancuran kuburan tersebut.

Tak disangka-sangka, yang melakukan hal tersebut adalah anak tunggalnya. Anak itu bercerita kepada masyarakat, bahwa Bp Pola telah melakukan kejahatan masa lalunya. Bahkan lebih parah lagi, karena memukul istri dan melakukan kekerasan pada dirinya.

Ilustrasi ini saya bagikan kepada kita, karena sering kali orang tua mengajarkan dan menceritakan bagaimana pengalaman mereka dimasa lalu dan kesuksesan mereka. Orang tua sering mempertontonkan dan bahkan menggunakan masa lalu sebagai pengingat bagi anak anak, tentang perjuangan dan kebaikan mereka.

Tapi, orang tua sering lupa bahwa anak-anak melihat kehidupan mereka sekarang. Alhasil, bagaimanapun orang tua mengajarkan mereka dengan membandingkan kehidupan masa lalunya. Tentu ini tidak berarti apapun, terlebih ketika masa lalu dan apa yang mereka lihat sekarang juga sangat berbeda.

Berbanding terbalik dengan kehidupan seorang Abraham, yang tidak hanya diceritakan oleh orang lain. Tapi sebagai Bapak, dia sangat komunikatif kepada anaknya dan mewujudnyatakan imannya di depan anaknya. Suatu hal yang membuat anaknya mendengar dan bangga memiliki Bapaknya. Bagaimana dengan kita?

Berbicara tentang pola asuh pada anak juga, ada mitos yang dipercaya dan banyak dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Mitos itu menyebutkan bahwa kekerasan dan ketakutan akan mendatangkan hormat dari anak-anak kepada orang tua. Tentu hal ini kita sadari sangat salah, tapi mitos ini tumbuh dan hidup dari pola asuh dahulu juga sampai sekarang.

Nyatanya, tidak demikian! -  Kekerasan hanya menanamkan kebencian, ketakutan hanya menghentikan perkembangan anak-anak dan kemarahan hanya membunuh karakter dalam anggota keluarga. Menebarkan kekerasan dan ketakutan, sama sekali tidak membantu orang tua mendapatkan hormat. Sebaliknya, itu melahirkan bom waktu yang cepat atau lambat akan meledak dan menghancurkan kehidupan banyak orangtua.

Berefleksi dari kegiatan saya bersama agen-agen literasi di Tanah Karo dalam kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Kab Karo. Yang mana dalam kesempatan itu, saya sebagai narasumber berbicara mengenai Literasi Budaya di Zaman AI.

Menariknya, kesempatan itu anak-anak bercerita tentang bagaimana mereka membutuhkan perhatian dan pengawasan dari orang tua tanpa kekerasan sama sekali. Tentu, mereka menginginkan kebebasan. Tetapi, mereka tidak ingin dibiarkan begitu saja dalam menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat seperti sekarang ini. Mereka membutuhkan orang tua untuk membantu mereka bersiap dalam menghadapi setiap tantangan yang akan mereka hadapi ke depan.

Dari curahan ini, akhirnya saya mengerti bahwa anak-anak membutuhkan Orang tua mereka sebagai orang tua. Mereka tidak menginginkan Bapak dan Ibunya menjadi teman atau sahabat. Tapi menjadi orang tua seutuhnya yang mengayomi dan menemani mereka dalam menghadapi berbagai tantang ke depan.

Tentu, orangtua juga menyadari bahwa ada banyak kekurangan yang tidak ingin kita pertontonkan kepada anak-anak dalam menghadapi tantangan zaman. Sesuatu yang juga terjadi pada Abraham, ketika Sarah istrinya sering kali khawatir dan menurut saya memusingkan hati dan kepala Abraham. Terlihat dari beberapa kali dia merenungkan janji Tuhan. Tapi Sarah tetap disebut orang beriman karena bersama Abraham. Dengan kata lain, “daulat” keluarga juga turun dari seorang Bapak yang mau mendekat diri pada Tuhan dan melakukan perintahnya. Segala kekhawatiran dan harapan, Abraham letakkan kepada Tuhan dan janjiNya. Mengapa kita tidak melakukan hal serupa? Mengakui kelemahan dan kerapuhan kita pada Tuhan. Lalu membiarkan diri tunduk pada rencana Tuhan?

Terakhir, pertobatan Abraham bukanlah pertobatan di usia muda. Melainkan di usianya yang menua. Namun, Abraham sangat diperhitungkan Tuhan. Bahkan telah menjadi nama yang besar bagi banyak bangsa.

Seharusnya, hal ini memberikan semangat kembali kita datang kepada Tuhan. Bahwa tidak ada kata terlambat! Tuhan selalu menerima kita dengan seluruh kekurangan dan kerapuhan kita. Termasuk kepada kaum Bapak atas setiap kesalahan yang telah dilakukan pada anak dan istri. Tuhan tetap menerima, dan keluarga juga demikian.

Karena hati seorang istri dan anak bukanlah seperti kaca yang pecah lalu dipersatukan kembali dan masih menunjukkan keretakan. Sekalipun demikian, sekarang sudah ada Lem dari CINA yang mampu menghilangkan keretakan tersebut dan terlihat seperti baru.

Kaum Bapak hanya perlu kata “MAAF” untuk memperbaiki segala sesuatunya. Kaum Bapak hanya perlu datang dalam kerendahan hatinya kepada Tuhan yang maha pengasih dan pengampun.

Datanglah dan sampaikanlah kepada Tuhan untuk mendapatkan kehormatanmu kembali.

Komentar

Anonim mengatakan…
Bujur Pdt
Anonim mengatakan…
Wow.... 👍👍👍
Anonim mengatakan…
GOOD. 👍👍