ANDAI DIA MINTA MAAF LEBIH DULU... KEJADIAN 33:1-11

 


”Inisiatif minta maaf itu ampuh. Tindakan itu menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, memperbaiki perpecahan antar bangsa, memungkinkan pemerintah mengenali penderitaan rakyatnya, dan memulihkan keseimbangan dalam hubungan pribadi.” Demikianlah tulis Deborah Tannen, seorang pengarang buku terlaris dan sosiolinguis dari Georgetown University di Washington D.C.

Alkitab pun jauh sebelumnya sudah membicarakan tentang hal ini dalam pengajaran /khotbah Yesus di bukit yang disampaikan kepada orang banyak pada waktu itu. Inisiatif minta maaf dengan tulus adalah cara yang efektif untuk memperbaiki hubungan yang rusak (Matius 5:23-24). Termasuk pula, dengan hubungan antara Yakub dan Esau. Segalanya menjadi baik kembali, ketika Yakub berinisiatif untuk meminta maaf kepada Esau.

Hari-hari ini, ada banyak keluarga Kristen yang hancur karena anggota keluarga di dalamnya tidak ada yang mau merendahkan hati untuk datang meminta maaf. Banyak organisasi, pekerjaan atau bisnis yang tidak bisa berjalan dengan baik, hanya karena tak ada orang yang mau berinisiatif lebih dahulu untuk meminta maaf. Dengan meminta maaf, kebesaran hati seseorang akan terlihat

Eittsss.... Kalau renungan ini saya teruskan, percayalah hal ini hanya akan memuaskan ego Anda. Sebab, Anda akan selalu berpikir bahwa mereka yang bersalah harus meminta maaf. Menurut Anda, apakah orang baik yang memiliki kebesaran hati akan membaca renungan dari kekasihyesus.com? Hahahaha

Fakta yang sering kali terjadi dalam kehidupan saat ini, setiap orang merasa memiliki kebenaran dan sering pula orang tidak ingin disalahkan. Bahkan tidak jarang di antara kita yang dengan sadar atau tidak menyumpahi kehidupan orang lain yang kita pikir dirinya bersalah pada kita. Sampai akhirnya, saya menemukan perkataan Yesus yakni “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar”.

Ternyata orang yang kita pikir jahat dan juga bisa mendapatkan Matahari dan Hujan yang melambangkan berkat dari Tuhan loh... Saat orang jahat itu menikmati hangatnya matahari dan hujan, Anda masih sibuk dengan pikiran-pikiran yang menyumpahi dan tidak jarang membuat kita hipertensi juga sakit-sakitan.

Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan adalah merasa pada kasihan pada diri sendiri, atau pada orang lain. Berpikir bahwa hidup ini seharusnya adil, atau suatu hari nanti hidup ini pasti adil. Tidak benar begitu dan tidak akan begitu. Bila kita melakukan kesalahan ini, kita cenderung menghabiskan waktu kita berkubang dan/atau mengeluh tentang apa yang salah dengan hidup ini. Kita kasihan pada orang lain, mendiskusikan ketidaadilan hidup. “Tak adil,” Kita mengeluh, tidak menyadari bahwa mungkin, hidup ini akan begitu terus. Lihat saja, bagaimana kehidupan Yakub yang menipu dan Esau yang tertipu.

“Menganggap orang lain tidak bersalah” adalah alat yang paling ampuh untuk melakukan transformasi yang sangat berarti bila seseorang bertingkah laku dengan cara yang tidak kita sukai. Strategi terbaik untuk menghadapi orang seperti ini adalah menjauhi diri kita dari tingkah laku itu; untuk melihat apa yang tersembunyi “di balik tingkah laku” itu. Sangat sering , yang kita lihat adalah “ketidakbersalahan” yang merupakan asal perilaku tersebut. Sedikit perubahan dalam pikiran kita akan membuat kita lebih peduli

Perhatikan Roma 9:10-16;

Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, – supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya – dikatakan kepada Ribka: ”Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,” seperti ada tertulis: ”Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: ”Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah

Dengan kata lain, orang yang selama ini kita pikirkan bersalah justru mendapatkan kesukaan Tuhan, bukan oleh perbuatan dan usahanya. Tapi karena kemurahan Tuhan.

Terakhir, ada sebuah kisah tentang sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan disebuah huta pada suatu malam musim panas yang indah sesuai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan.

Tatkala mereka mendengar suara di kejauhan, “Kuek! Kuek!”

“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti suara ayam!”

“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.

Tapi tetap saja, si istri tidak mendengar dan menganggap itu sebagai suara ayam. Perdebatan yang panjang itupun membuat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya

Berapa banyak kekeluargaan, persekutuan dan kelompok yang harus bubar karena hal-hal “ayam atau bebek”?

Sering kali kita mulai percaya bahwa posisi kita lebih penting daripada kebahagian kita. Ternyata tidak demikian. Bila kita ingin menjadi orang yang lebih damai, kita harus memahami bahwa menjadi yang benar hampir tak pernah lebih penting daripada membuat diri kita bahagia. Cara untuk menjadi bahagia adalah membiarkan masalah itu berlalu dan mulai sembuhkan hati kita dengan maaf serta kepedulian pada orang lain. Biarkan orang lain menjadi yang benar. Ini tidak berarti kita bersalah. Semua akan baik-baik saja. Kita akan menikmati pengalaman membiarkan masalah berlalu, juga nikmatnya membiarkan orang lain menjadi yang “benar”, mereka akan menjadi tidak defensif dan lebih menyukai kita. mereka mungkin akan mendekati kita kembali. Tetapi, bila karena berbagai alasan mereka tidak melakukannya, itu tidak menjadi soal juga. Kita akan mendapatkan kepuasan batin dari memahami bahwa kita telah mengerjakan tugas kita untuk menciptakan dunia yang penuh kasih sayang dengan menjadi pantulan kasih Kristus kepada banyak orang, dan tentu saja kita sendiri akan menjadi lebih tenteram.



Komentar

Anonim mengatakan…
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar”